Laman

Kamis, 24 Juni 2010

Pengendalian hama tikus

BAB I
PENDAHULUAN
Upaya pengendalian hama serangga, tikus dan rayap baik dilingkungan perumahan (residential) dilingkungan komersial (commercial), di kantor, di gedung bertingkat, rumah sakit, restoran, swalayan, museum, hotel, maupun dilingkungan industrial telah dilakukan dalam kurun waktu yang cukup lama.
Pengendalian hama yang dilakukan selama ini lebih banyak dilakukan dengan mengandalkan penggunaan pestisida & rodentisida saja, sangat jarang pengendalian dilakukan secara komprehensive, yang melibatkan semua aspek yang mempengaruhi keberadaan hama tersebut.
Apabila pengendalian hama hanya mengandalkan penggunaan pestisida saja, maka untuk jangka panjang masalah yang timbul tidak akan teratasi dengan baik, malahan akan menimbulkan masalah baru yakni terjadinya Resistance atau Persistence serta menimbulkan potensial kesehatan manusia, mengancam species non target, dll.
Kehadiran binatang pengganggu mulai dirasakan menimbulkan masalah bila populasinya telah melampaui batas dan menimbulkan problematika kesehatan dan aspek hygiene lingkungan, berbagai kerugian ekonomi dapat ditimbulkan, demikian pula berbagai penyakit tanaman, hewan ataupun manusia dapat ditularkan oleh hama tersebut, antara lain dengan timbulnya berbagai macam penyakit seperti typhus, cholera, pes, malaria dan demam berdarah yang dibawa oleh hama-hama tersebut. Tindakan antisipatif untuk menekan akibat langsung ataupun tidak langsung perlu diupayakan pengelolaan yang komprehensif dan terpadu antara lain dengan program Integrated Pest Management. – IPM. Program pengelolaan ini dapat meliputi Pengendalian Hama Serangga (lalat, kecoa dan nyamuk) dan Pengendalian Hama Rondensia (tikus).



BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN
A. PEMBAHASAN
1. RODENT CONTROL (Pengendalian hama tikus)
Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam suku Muridae. Spesies tikus yang paling dikenal adalah mencit (Mus spp.) serta tikus got (Rattus norvegicus) yang ditemukan hampir di semua negara dan merupakan suatu organisme model yang penting dalam biologi; juga merupakan hewan peliharaan yang populer.
Diperkirakan setiap tahun tikus menghancurkan makanan yang cukup untuk dikonsumsi hingga 200 juta orang. Tikus juga merusak fasilitas/konstruksi gedung, mengerat pintu, melubangi plafond, memakan sabun dan kabel hingga memberikan resiko hubungan pendek listrik hingga terjadi kebakaran. Selain kerugian tersebut diatas biaya pengendalian hama tikus dinilai cukup mahal, di Amerika Serikat dikucurkan dana lebih dari U$D.120 juta.
Banyak metoda yang digunakan dalam mengendalikan tikus, pengendalian terpadu hama tikus dapat dilakukan dengan empat tahap operasional dilapangan :
a. Inspeksi tikus & Initial Survey
b. Sanitasi
c. Rat Proofing
d. Rodent Killing (trapping program dan rodentisida program)
2. Metode yang digunakan
Kombinasi beberapa metoda akan memberikan hasil yang lebih baik dari pada hanya menggunakan satu macam metoda. Pemilihan metoda yang digunakan disesuaikan dengan sasaran dan kondisi lingkungan.
a. Inspeksi Tikus & Initial Survey
Inspeksi tikus sangat penting dilakukan sebelum dilaksanakan program pengendalian tikus, inspeksi yang baik akan memberikan hasil maksimal dalam pengendalian. Initial Survey, ditujukan untuk menentukan kondisi awal atau tingkat serangan dan kerusakan yang ditimbulkan oleh tikus sebelum dilakukan program pengendalian tikus.
b. Sanitasi
Sanitasi sangat diperlukan dalam upaya suksesnya program pengendalian hama tikus. Untuk mendapatkan hasil sanitasi yang baik, kami akan membuatkan beberapa rekomendasi mengenai pengelolaan sampah, menjaga kebersihan area, sistem tata letak barang digudang dengan susunan berjarak dari dinding dan tertata diatas palet, dll.
Tikus menyukai tempat-tempat yang kotor dan lembab. Melakukan sanitasi berarti menghilangkan tempat beristirahat, bersembunyi, berteduh dan berkembang biak bagi tikus, disamping juga menghilangkan makanan tikus.
c. Rat Proofing / Exlucion
Untuk mengendalikan tikus disuatu lokasi diupayakan agar lokasi tersebut tertutup dari celah yang memungkinkan tikus masuk dari luar. Tikus dapat leluasa masuk lewat bawah pintu yang renggang, lewat lubang pembuangan air yang tidak tertutup kawat kasa, lewat shaft yang tidak bersekat atau lewat jalur kabel telepon dan listrik dari bangunan yang tersambung disekitarnya.
d. Rodent Killing
Pengendalian dengan tikus dapat dilakukan dengan dua cara,yakni non kimia sebagai berikut:
• Pengendalian non kimia (trapping)
Trapping adalah satu dari sekian cara yang paling efektif untuk mengendalikan tikus, kelebihan penggunaan sistem trapping :
Ø Trapp sangat aman,karena tidak mengandung racun seperti halnya umpan.
Ø Cepat mendatangkan hasil.
Ø Menghindari tersebarnya bangkai tikus yang sangat sulit ditemukan.
• Pengendalian dengan kimia Rodentisida
Ø POISONING
Poisoning dimaksudkan sebagai peracunan tikus melalui umpan makanan beracun. Keberhasilan poisoning ini tergantung pada bagaimana usaha agar tikus memilih dan menyukai umpan makanan yang dipasang dan tidak memilih atau menyukai makanan lain yang ada disekitarnya.
Umpan makanan haruslah yang preference bagi tikus dan pemasangannya ditempat yang tempatnya mudah didapatkan oleh tikus.
Ø RODENTISIDA
Rodentisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan tikus. Rodentisida yang digunakan adalah rodentisida antikoagulan yang mempunyai sifat sebagai berikut :
• Tidak berbau dan tidak berasa.
• Slow acting, artinya membunuh tikus secara perlahan-lahan, tikus baru mati setelah memakan beberapa kali.
• Tidak menyebabkan tikus jera umpan.
• Mematikan tikus dengan merusak mekanisme pembekuan darah.
Jenis bahan aktif rodentisida adalah boadfakum, kumatetralil atau bromadiolone, Sedangkan untuk area khusus yang sangat sensitif dan memerlukan perlakuan khusus akan digunakan pengumpanan dengan lem tikus yang khusus.
Pelaksanaan pengendalian hama tikus akan dilengkapi dengan laporan lapangan setiap melaksanakan pekerjaan pada tahapan yang dimaksud dan diketahui serta ditanda tangani oleh pejabat/petugas yang ditunjuk oleh perusahaan setempat.



B. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam suku Muridae. Spesies tikus yang paling dikenal adalah mencit (Mus spp.) serta tikus got (Rattus norvegicus) yang ditemukan hampir di semua negara dan merupakan suatu organisme model yang penting dalam biologi; juga merupakan hewan peliharaan yang populer. Merupakan vektor dari penyakit-penyakit yang membahayakan, seperti : Pes, Salmo-nellosis (meracuni makanan dengan kotorannya), Leptospirosis (terinfeksi penyakit oleh tikus, ketika berenang atau mandi dengan air tercemar), demam yang disebabkan oleh gigitan tikus, dll.
RODENT CONTROL (Pengendalian hama tikus) dengan cara : Inspeksi Tikus & Initial SurveyInspeksi tikus sangat penting. SanitasiRat, Proofing / Exlucion, Rodent Killing, Pengendalian non kimia (trapping) POISONING, RODENTISIDA.
2. Saran
Tikus merupakan hewan pengerat yang membahayakan. Tikus dapat membawa penyakit kepada manusia melalui berbagai macam faktor baik melalui makanan maupun media lain. Berdasarkan hal diatas penulis menyarankan untuk lebih mengenal tikus lebih jauh terutama factor-faktor yang ditimbulkan tikus terhadap kesehatan manusia.








DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Tikus
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.idph.state.il.us/ envhealth/pcp

PENGADAAN LOGISTIK DITEMPAT BENCANA

BAB I
PENDAHULUAN
Kepulauan Indonesia termasuk dalam wilayah Pacific Ring of Fire (deretan gunung berapi Pasifik) yang bentuknya melengkung dari utara pulau Sumatera-Jawa-Nusa Tenggara hingga ke Sulawesi Utara. Kepulauan Indonesia juga terletak di pertemuan dua lempeng tektonik dunia dan dipengaruhi oleh tiga gerakan, yaitu Gerakan Sistem Sunda di bagian barat, Gerakan Sistem pinggiran Asia Timur dan Gerakan Sirkum Australia. Kedua faktor tersebut menyebabkan Indonesia rawan terhadap bencana khususnya letusan gunung berapi dan gempa bumi. Sekretariat Strategi Internasional untuk Pengurangan Bencana atau International Strateg for Disaster Reduction - Perserikatan Bangsa- Bangsa (ISDR 2004), mendefinisikan bahwa bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat tersebut untuk mengatasinya dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri.
Pujiono (2006) mengemukakan pada dasarnya penanggulangan bencana muncul dari keyakinan bahwa hidup manusia pada hakekatnya adalah sangat berharga. Ditempatkannya hidup dan kehidupan sebagai hak dasar setiap manusia mempunyai implikasi bahwa semua langkah penanggulangan bencana harus diambil demi mencegah atau meringankan penderitaan manusia, baik yang diakibatkan oleh konflik maupun bencana.
Dengan demikian, maka proses penanggulangan bencana ini tentunya memerlukan pengelolaan yang baik dan efektif. Pertimbangan tingkat pemenuhan barang yang dibutuhkan akanmenjadi variabel terpenting dalam pemenuhan kebutuhan di lokasi bencana. Peran sistem informasi menjadi sangat penting agar aktivitas tanggap darurat dan penanggulang bencana yang meliputi aktivitas, pengiriman barang seperti obat-obatan dan tenaga medis, peralatan penyelamatan khusus dan tim penyelamatan, serta makanan dan minuman ke pusat distribusi daerah yang terkena bencana dapat dilakukan dengan secepat dan setepat mungkin. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk melakukan pemetaan sistem informasi manajemen logistik dalam penanggulangan bencana. Hasil yang diperoleh pada tahap pemetaan ini akan menjadi dasar untuk merancang sistem informasi logistik penanggulangan bencana.
BAB II
PEMBAHASAN
PENGADAAN
A. Sumber dan Pengadaan Persediaan Darurat
Bantuan yang diminta untuk menghadapi situasi kedaruratan dapat berasal dari berbagai sumber, baik yang diperoleh langsung oleh organisasi pemberi bantuan, yang diterimanya sebagai sumbangan dari masyarakat nasional dari dalam maupun luar negeri ataupun yang didapatnya sebagai pinjaman.
Biasanya semua metode pengadaan tersebut akan dimainkan dalam situasi kedaruratan dan masing-masing metode pengadaan itu dimiliki kelebihan dan kelemahannya sendiri. Bukan saja itu, tetapi juga kita jarang berada pada posisi yyang dapat menentukan metode paling tepat dalam suatu situasi. Kapanpun memungkinkan keputusan yang kita buat harus didasarkan pada criteria teknis dan hasil pengkajian yang tdak biasa terhadap kebutuhan penduduk yang tertimpa bencana.
Pembelian
Pembelian dapat dilakukan secara local atau eksternal. Untuk memilih salah satunya, ada persoalan tertentu yang harus dipertimbangkan.
Pembelian local : kelebihan pembelian local bergantung pada beberapa criteria, misalnya ketersediann local barang yang diperlukan, mutu dan jumlahnya, serta seberpa mendesaknya kebutuhan atas barang tersebut. Dalam situasi apapun, analisis biaya/manfaat 9termasuk pertanyaan kunci terhadap mutunya) harus dibuat dan kondisi tersebut mungkin memerlukan saran teknis.
Pembelian skala besar
Pembelian produk tertentu dalam jumlah besar mungkin pada akhirnya akan berakibat buruk bagi pasar local karena menggangu keseimbangan persediaan dan permintaan dan secara tidak langsung menaikan harga. Di lain pihak, pembelian local yang berpengaruh terhadap paar local ini dapat memacu pemulihan ekonomi daerah yang terkena bencana.
Penyimpanan
Keterbatasan ruang adalah hal yang umum ketika menyimpan persediaan darurat. Oleh karena itu masalah penyimpanan terkadang dapat dibicarakan dengan pedagang local agar barang-barang yang dibeli itu bisa tetap ditampung dalam gudangnya sampai dibutuhkan oleh pengguna akhir.
Pembelian eksternal
Sering kali ketersediaan barang tertentu didaerah setempat tidak banyak dan tidak dapat diprediksi atau mutu atau jumlah produk yang ada di local tidak cukup baik untuk memenuhi kebutuhan secara efesien.
Sumbangan
Sumbangan mungkin merupakan bagian terbesar dari persediaan yang dapat diterima dan ditangani selama keadaan darurat. Jika sumbangan itu mengandung barang yang tidak diminta, atau tidak termasuk prioritas, atau tidak memenuhi kebutuhan yang ditimbulkan kedaruratan, sumbangan yang kerap justru merepotkan logistik operasi pertolongan.
Namun sumbangan tetap sangat penting. Jika tepat, sumbangan itu bukan hanya bermanfaat bagi korban bencana, tetapi juga memberikan bantuan dana bagi lembaga pertolangan bencana yang sering kekurangan dana tunai.
Pinjaman
Sebagaian penduduk, lembaga dan perusahaan swasta meminjamkan peralatan atau jasa dan keahlian mereka selama tahapan tertentu kedaruratan. Walau banyak dari pinjaman itu bersifat spontan, pemberi pinjaman yang potensial penting untuk ditentukan sebelum bencana menyerang, dan jika memungkinkan, kesepakatan untuk jasa tersebut harus dibuat selama tahap perencanaan.
Tabel : keuntungan dan kerugian berbagai cara pengadaan bantuan
Cara pengadaan Keuntungan Kerugian
Pembelian local - Pengantaran segera
- Biaya trnsportasi lebih murah
- Menunjang ekonomi setempat - Tidak terlalu tersedia dalam jumlah dan mutu yang diperlukan
- Dapat menimbulkan persaingan antar organisasi untuk membeli suatu barang
- Dapat menyebabkan kekurangan dipasar local
Impor - Mungkin untuk memperoleh jumlah yang lebih banyak dan mutu yang lebih bagus
- Dapat memesan sesuai spesifikasi - Waktu pengantaran lebih lama
- Biaya transportasi lebih mahal
- Tidak menunjang ekonomi local
Sumbangan - Benas biaya atau berbiaya rendah (ingat setiap sumbnagan ada biayaanya)
- Meningkatakan solidaritas nasional dan internasional - Sering kali, benda yang disumbangkan tidak diminta
- Persediaan yang dikirim mungkin tidak memenuhi kebutuhan local
- Jika tidak dapat digunakan, penanganannya membuang waktu dan sumber daya
- Sulit untuk menolaknya jika tidak berguna
Pinjaman - Terkadang pinjaman berupa peralatan atau materi yang sulit untuk dibeli
- Biaya operasi lebih rendah - Bergantung pada berapa lama benda tersebut dipinjamkan
- Benda pinjaman harus dijaga dan diganti jika rusak
- Sulit untuk meminta pertanggungjawaban, jumlah, atau pemenuhan tanggal waktu dan komitmen lainnya,


B. Daftar permintaan
Semakin jelas dan spesifik permintaan kita, semakin cepat persediaan yang dibutuhkan datang dan akan lebih berguna tentunya kesalahpahaman dapat terjadi ketika meminta persedian darurat, terutama sekali jika berkaitan dengan aspek teknis, berikut faktor-faktor yang harus dipertimbangkan:
• Formulir permintaan: dokumen standar harusdigunakan untuk meminta persediaan darurat. Formulir harus diberi angka, tanggal, dan diselipi kopi karbon untuk membantu menindaklanjuti tanggapan atas setiap permintaan.
• Penyerahan tanggung jawab: hanya seorang yang ditentukan dengan jelas yang harus diserahi tanggung jawab untuk menyusun daftar permintaan.
• Kejelasan: daftar permintaan harus disusun dengan jelas,termaksud semua rincian yang dibutuhkan untuk mengenal persediaan yang diinginkan. Penggunaan catalog atau jenis ilustrasi lain, termaksud gambar jika diperlukan, selalu dianjurkan untuk menghilangkan kemungkinan ambiguitas. Sekali lagi, saran teknis diperlukan ketika meminta persediaan, khususnya jika berkaitan dengan produk tidak dikenal.
• Prioritas: setiap daftar permintaan harus menunjukan dengan jelas prioritas persediaan berdasarkan kebutuhan, volume distribusi, dan pengendalian stok
• Frekuensi permintaan: frekuensi permintaan bergantung pada kebutuhan penduduk yang tertimpa bencana, jumlah yang didistribusikan, dan cadangan yang ada. Namun, kita jangan menunggu sampai menit terakhir sebelum meminta persediaan baru, karena kiriman yang baru pasti butuh waktu untuk direncanakan dan waktu untuk mencapai tujuanya.
• Obat-obatan dan bahan berbahaya. Hokum nasional dan peraturan yang berkaitan dengan pemasukan dan penanganan barang harus diketahui, termasuk prosedur untuk memperoleh izin impornya.
• Tindak lanjut pesananan permintaan. Untuk melacak keberadaan bantuan saat transit, jumlah dan tanggal, serta permintaan harus disebutkan.

C. Pengiriman Bantuan
Salah satu cara untuk memudahkan tugas mereka yang mengantar banyak darurat di lapangan dan tentunya menghindarkan mereka dari kesulitan tambahan, adalah pengemasan bantuan dengan benar sesuai prosedur standar.
Prinsip kunci lain dari bantuan yang efektif adalah mengirim bantuan yang benar-benar diminta. Yang mungkin terjadi adalah bahwa beberapa produk mungkin dibutuhkan, tetapi tidak. Dalam hal ini, pendekatan terbaik adalah dengan berkonsultasi pada mereka yang bertanggung jawab terhadap operasi di lapangan atau mereka yang menyarankan agar-agar benda-benda tersebut diminta.
Berdasarkan upaya dasar dapat membuat perbedaan besar dalam pergerakan dan penerimaan persediaan. Bagian berikut akan menyebutkan beberapa langkah tersebut.

D. Pembungkusan dan Pelabelan Barang
Idealnya, bantuan yang akan dikirim pertama sekali harus dikelompokan dan dipilah. Barang-barang berbeda jenis, misalnya, pakaian dan obat-obat jangan pernah dikirim dalam kemasan yang sama. Kenyataannya, sampai pada tingkatan yang memungkinkan setiap jenis item harus dikemas terpisah.

• Untuk memudahkan identifikasi isi kemasan, kemasan itu harus ditandai dengan menggunakan system symbol dan warna yang sekarang ini banyak dipakai oleh organisasi internasional untuk menentukan berbagai kategori dan barang:
o Hijau untuk obat dan peralatan medis
o Merah untuk makanan
o Biru untuk pakaian dan barang rumah tangga
o Kuning untuk peralatan dan perkakas
• Bantuan tidak boleh dikirim jika ada keraguan terhadap mutu dan kondisinya. Serupa halnya, produk yang berusia pendek jangan dikirim kecuali jelas bahwa produk itu akan didistribusikan dan digunakan dengan segera.
• Sikap kemasan harus diberi label yang jelas dengan informasi berikut :
o Isi (umum)
o Tujuan
o Nama, alamat dan nomor telepon penerima
o Nama, alamat, dan nomor telepon pengirim
o Upaya atau cirri khusus apapun yang harus dipasang pada kemasan
• Pelabelan harus dilakukan dengan tinta yang tidak dapat dihapus, label tidak boleh mudah lepas.
Kemasan yang memiliki tumpukan dan nomor produksi sama harus diberi nomor “X” dari “Y”, dengan y adalah total jumlah paket dalam jumlah paket dalam tumpukan. Contoh, dalam tumpukan 100 kemasan, ang kemasan pertama harus ditandai 1/100. Penandaan ini akan memudahkan pemeriksaan dan penindaklanjutan jumlah kemasan yang tiba di pusat penerimaan.
• Ketika mengemas suatu kiriman, perlu diingat jenis perlakuan yang akan dialami kemasan itu. Kekokohan materi kemasan sangat penting.
• Bergantung pada alat transportasi harus dilakukan upaya untuk mengurangi “beban tambahan” yaitu berat dari bahan kemasan.
• Salah satu kemasan harus dilengkapi dengan salinan daftar kemasan dan diberi label sebagai kemasan yang berisi daftar. Label harus ditempatkan di dalam amplop plastic dan melekat pada bagian luar kemasan agar tidak mudah basah atau robek.
• Volume,berat,dan besar kemasan
Di tempat peneriman jarang terdapat mesin pemuat pembongkar seperti truk forklift.pada dasarnya,berat,dan kemasan harus sedemikian rupa sehingga benda dapat ditangani oleh suatu orang tanpa bantuan mekanis,seperti berikut:
• Berar:berat paket sebaiknya antara 25 dan 50 kg;
• Volume:volume harus sedemikian rupa sehingga dapat ditangani secara manual.tetapi ukuran kemasan membuatnya sulit ditangani;
• Bentuk;kemasan harus berbentuk sesimertis mungkin agar lebih mudah memegang dan memegang dan mengangkatnya.paket yang bentaknya aneh atau tidak berbentuk sebaiknya dihindari.

E. Pemberitahuan kiriman
Pusat penerimaan harus bersiap menyambut kedatangan barang baru.mereka perlu menemukan ruang penyimpanan,mengatur tranportasi jika pemindahan kiriman perlu di lakukan,dan memastikan cukupnya jumlah pekerja atau relawan untuk membokar kiriman.dengan demikian petugas di lokasi sumber (pengiriman)perlu memberikan informasi sedini mungkin tentang pengiriman dan sarana transportasi yang di gunakan kepada pusat penerimaan.berikut ini adalah informasi yang harus dimasukan:
• Berkaitan dengan kiriman
o Jenis barang dan peralatan yang termasuk dalam kiriman
o Jumlah (nomor kemasan, kotak dan sebagainya)
o Berat dan volume
o Perlakuan khusus yang diperlukan
o Nomor daftar barang (jika ada)
• Berkaitan dengan sarana trnsportasi
o Jenis dan karakteristik transportasi
o Perusahaan pengiriman (jika ada)
o Petugas yang bertanggung jawab dalam hal transportasi
• Berkaitan dengan rencana perjalanan
o Perkiraan waktu keberangkatan dan kemungkinan rute yang ditempuh
o Perkiraan waktu kedatangan (titik penerimaan harus diberi tahu secepat mungkin jika ada perubahan)
o Tujuan pasti (didaerah yang mungkin terdapat beberapa titik penerimaan)
• Informasi lain yang dianggap relevan untuk memudahkan penerimaan
Dokumen kiriman
• Kiriman local atau dalam Negara
Biasanya, kiriman local kurang membutuhkan “dokumentasi dibanding kiriman internasional. Kiriman tersebut harus dilengkapi dengan daftar kargo atau muatan yang menjelaskan kiriman dan informasi lain tentang bantuan yang dikirim dan juga data kemasan yang disebutkan sebelumnya.
• Kiriman luar Negara atau internasional
Dalam hal ini, pemberangkatan kiriman dilengkapai dengan kiriman suatu konosemen (surat muatan kapal) dan daftar muatannya masing-masing yang disiapkan oleh perusahaan pengangkutan (carrier). Harus diperhatikan bahwa daftar muatan yang disiapkan oleh perusahaan pengangkutan dengan menggunakan kop surat milik perusahaannya adalah untuk digunakan oleh perusahaan itu sendiri dan untuk urusan bea cukai. Sebaiknya organisasi yang sedang mengirimkan barang juga memasukan daftar muatannya sendiri selain daftar kemasan yang menerangkan isi muatan untuk memudahkan pengendaliian dari dalam organisasi
Pengebndalian dan Pemantauan
Operasi pengiriman, seperti mata rantai lain dalam rantai logistik memerlukan prosedur pengendalian dan pemantauan yang dapat melacak bantuan darurat dari saat bantuan dikapalkan sampai bantuan itu tiba ditujuan akhir. Pengendalian itu akan membantu manajer bencana, diantaranya untuk :
1. Mengetahui rute yang ditempuh bantuan sehingga dapat mengidentifikasi, misalnya, jika kiriman yang belum mencapai tujuannya mungkin bertahan
2. Mengidentifikasi semua pihak yang bertanggung jawab terhadap pengiriman, dari titik sumber sampai tujuan akhirnya.
3. Memilki dokumen penting untuk melacaka pengiriman dan persediaan bantuan
Berkaitan dengan kiriman, fungsi-fungsi diatas dimungkinkan dengan adanya daftar barang yang harus dicetak dalam formulir standar yang mencakup paling sedikit informasi berikut:
o Nomor tujuan
o Tempat pengiriman
o Tempat asal kiriman
o Sarana transportasi
o Nama dan tanda tangan pihak yang bertanggung jawab terhadap kiriman, yaitu pengirim, perusahaan pengangkut dan penerima
o Penjelasan muatan
o Ruang untuk komentar
Formulir tersebut juga harus memilki karakteristik berikut :
o Dicetak dan dijilid dalam arsip-arsip
o Diberi nomor secara berurut
o Memberikan salinan bagi setiap orang yang terlibat dalam proses pengirim, perusahaan pengangkut dan penerima
Asuransi Kargo
Ketika pengiriman (dengan kapal laut) dilalakuakan oleh perusahaan pengangkutan resmi, asuransi umumnya menjadi bagian dari kontrak pengangkutan. Jika tidak organisasi perlu menemukan jenis asuransi pengiriman apa yang tersedia dan asuransi tersebut dapat mencakup apa saja. Jelasnya, pengirim tidak harus menunggu sampai pertengahan keadaan darurat untuk memperoleh infirmasi ini. Sebaliknya, hal itu merupakan bagian dari persiapan perencanaan logistik darurat yang tepat.










BAB III
PENUTUP
Bantuan yang diminta untuk menghadapi situasi kedaruratan dapat berasal dari berbagai sumber, baik yang diperoleh langsung oleh organisasi pemberi bantuan, yang diterimanya sebagai sumbangan dari masyarakat nasional dari dalam maupun luar negeri ataupun yang didapatnya sebagai pinjaman.
Pembelian dapat dilakukan secara local atau eksternal. Untuk memilih salah satunya, ada persoalan tertentu yang harus dipertimbangkan. Yaitu Pembelian local dan Pembelian skala besar.
Daftar permintaan
Semakin jelas dan spesifik permintaan kita, semakin cepat persediaan yang dibutuhkan datang dan akan lebih berguna tentunya kesalahpahaman dapat terjadi ketika meminta persedian darurat, terutama sekali jika berkaitan dengan aspek teknis, berikut faktor-faktor yang harus dipertimbangkan yaitu Formulir permintaan, Penyerahan tanggung jawab, Kejelasan, Prioritas, Frekuensi permintaan, Obat-obatan dan bahan berbahaya, Tindak lanjut pesananan permintaan.

menajemen logistik yaitu Pencatatatan, Pengendalian, dan Pemantaunan Bantuan.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara kepulauan yang diapit oleh dua samudra yaitu samudra pasifik dan samudra hindia. Sehingga rawan bencana, baik gempa bumi, gunung meletus, tanah longsor dan bahkan tsunami. Melihat kondisi tersebut dalam membantu para korban bencana maka diperlukan manajemen logistik untuk membantu penyaluran bantuan, baik bantuan dari lokal maupun dari luar.
Dalam pembahasan kami mengangkat salah satu bagian terpenting dalam menajemen logistik yaitu Pencatatatan, Pengendalian, dan Pemantaunan Bantuan.
B. Perumusan Masalah
Dalam menyusun makalah ini, penulis merumuskan beberapa masalah berkaitan dengan :
a. Kedatangan dan pencatatan bantuan
b. System pengendalian, pemantauan dan tindak lanjut
c. Pengelolaan barang non prioritas dan persediaan lain
d. System SUMA untuk pengelolaan bantuan kemanusiaan
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagi berikut :
1. Untuk menambah ilmu dan pengetahuan mengenai masalah yang diangkat dalam makalah.
2. Untuk memberikan keterampilan baru di bidang manjemen logistik terutama dalam pencatatan, pengendalian dn pemantauan bantuan
3. Untuk mengetahui menggunakan system SUMA dalam manejemen Logistik
D. Metode Penulisan
Dalam menyusun makalah ini, penulis menggunakan metode literatur yaitu dengan mengkaji buku sebagai acuan yang sesuai dengan pembahasan dan browsing data di internet.


BAB II
PEMBAHASAN
Pencatataan, Pengendalian dan Pemantauan Bantuan
A. Kedatangan dan Pencatatan Bantuan
Pembuatan catatan persediaan darurat yang tiba dalam setiap pengiriman merupakan satu kegiatan pokok-ini merupakan kontak pertama dengan sumbangan yang datang, dan pembuatan catatan yang efektif pada saat itu akan menentukan sampai sejauh mana keseluruhan sistem berlangsung sebagaimana mestinya. Persediaan harus didaftarkan sesegera mungkin pada titik (tempat) masuk dan tempat penerimaannya dengan menggunakan sistem standar yang mencakup sarana untuk pengendalian dan tindak lanjut. Aktifitas ini memerlukan penggerakan tim pembuatan laporan dan klasifikasi pada setiap tempat, dipandu oleh seseorang koordinator yang dapat menyelesaikan perselisihan tentang pemilahan, klasifikasi, penetapan prioritas, dan persolan lain yang berkaitan dengan sumbangan, berbagai kategorinya dan criteria lain yang sudah ada.
Prosedur pebuatan catatan yang paling penting pada titik masuk antara lain
• Penggunaan definisi standar kiriman yang dipakai dalam operasi bantuan kemanusian.
• Pembuatan catataan setiap yang datang berdasarkan surat pengirimannya. Ketika mencatatat persediaan yang datang hala-hal berikut penting untuk dicatat serinci mungkin :
 Penerimaan barang
 Tempat pemberangkatan
 Sarana transportasi
 Tanggal dan waktu kedatangan
 Jumlah kemasan
 Berat (jika mungkin, berdasarkan kategori misalnya 1000 kg makananan, 1 kg obat, dan sebagainya.
• Pemilahan dan pelabelan berdasarkan prioritas. Organisasi yang bertugas menangani persediaan hanay menetapkan prioritas untuk berbagai barang berdasarkan kebutuhan yang paling mendesak. Contoh, dalam kejadian gempa bumi, persediaan dan peralatan medis untuk merawat patah tulang mungkin mejdi prioritas utama. Sementara selama banjir makanan dan alat pemurnian air merupakan kebutuhan yang paling mendesak untuk didistribusiakan.
Contoh system SUMA menggunakan tingkatan sebagai berikut :
Prioritas 1 : mendesak- untuk didistribusikan langsung. Ditandai label merah
Prioritas 2 : distribusi tidak mendesak. Tercakup dalam prioritas ini adalah barang-barang yang tidak diperlukan segera, tetapi akan sangat berguna pada tahap menjelang akhir keadaan darurat.
Prioritas 3 : barang-barang bukan prioritas dan tidak mendesak untuk didistribusikan. Barang yang rusak, kadarluarsa, tidak dikenali, tidak berguna, atau nilainya meragukan. Barang tersebut diletakan pada suatu tempat untuk diperiksa kembali jika waktu mengizinkan. Ditandai dengan label hitam.

B. Sistem Pengendalian, pemantauan Dan Tindak Lanjut
Bantuan darurat harus mengikuti suatu jalur dan serangkain tahapan mulai dari titik masuk atau penerimaan sampai diserahkan kepenggunaan akhir, populasi yang tertimpa bencana. Untuk mencegah kehilangan atau penyimpangan, dan menjamin penggunaan sumber daya secara lebih efesien, sebuah instrument diperlukan untuk memastikan keberhasilan bantuan melewati berbagai tahap dan menentukan tahap berikutnya dalam proses.
Sarana dokumentasi dan prosedur pengendalian maupun tindak lanjutnya harus disepakati dan dirancang selama tahap persiapan perencanaan logistic. Formulir pendaftaran yang digunakan harus memuat beberapa jenis stempel resmi atau logo, diberi nomor secara berturut dan menyertakan salinan untuk semua orang yang bertanggung jawab atas kiriman pada berbaggai tahapnya. Dalam dokumentasi yang cermat penting karena dokumentasi harus sesuai dan melengkapi informasi yang diperoleh pada berbagai tahap perjalanan kiriman.
Berikut beberapa aspek yang harus dikendalikan pada setiap tahapan pemindahan bantuan didalam Negara atau wilayah yang tertimpa bencana :
• Kedatangan sumbangan dan persediaan lain di titik-titik masuk (pelabuhan laut, pelabuhan udara, perbatasan) dan lokasi penerimaan (pusat pengumpulan, gudang lembaga tertentu dan lain-lain) juga menvcakup hal berikut :
 Kedatangan dan pencatatan barang
 Penyimpanana sementara
 Pengantaran persediaan (pengantaraan kepada penerima untuk mereka gunakan atau mereka distribusikan, pengentaraan kepengangkut yang diberi kuasa untuk mengirimnya kefasilitas penyimpanana lain).
• Pengangkutan sumbangan dan persediaan lain kesarana penyimpanan atau tujuan akhir dilapangan meliputi :
 Pemuatan bantuan
 Pemberitahuan kepada penerima akan pengantaran muatan
 Transportasi (mencakup antar kiriman)
 Pembongkaran muatan
• Penerimaan dilapangan atau fasilitas penyimpanan sekunder memerlukan
 Kejelasan fisik dan dokumentasi dari kiriman (jumlah, berat, mutu)
 Pendaftaran bantuan yang masuk
 Pemberitahuan kepada penerima akan kedatanganmuatan
• Penyimpanan bantuan mencakup kegiatan berikut :
 Penvcatatan kedatangan bantuan
 Inventaris dan pengendalian stok
 Upaya kebersihan dan kesehatan dalam fasilita penyimpanan
 Pencatatan tanggal kadarluarsa dan perputaran stok
 Perwatan dan pemeliharaan paralatan ( misalnya, pompa air, pembangkit listrik dsb)
 Pencatatan dan pernyataan barang yang rusak dan hilang
 Pencatatan pengiriman persediaan menuju penerima perantara atau penerima langsung.
• Pengantaran kiriman dari tempat penyimpanan (pengantaran kepengguna akhir atau pengiriman dititik distribusi) memerlukan :
 Pemuatan barang
 Pemberitahuan distribusi kepada penerima
 Transportasi (termasuk antar-pengiriman)
 Pembongkaran muatan
• Distribusi Persediaan Meliputi :
 Pencatatan persediaan yang sampai di titik-titik distribusi
 Penyimpanan
 Pencatatan dan indentifikasi penerima yang berhak
 Pencatatan pengantaran barang ke penerima yang berhak
 Inventarisasi dan pengendalian stok
 Laporan distribusi harian
C. Pengelolaan Barang Nonprioritas dan Persediaan Lain
Sumbangan yang datang ternyata juga memuata barang-barang nonprioritas atau singkatnya barang yang tidak berguna atau tidak relevan dalam jumlah yang cukup besar. Kedua jenis persediaan tersebut akan menambah beban kerja. Namun, perlu dibuat suatu perbedaan diantara keduanya.
Barang Non Prioritas
Seperti disebutkan beberapa persediaan yang datang mungkin saja bukan termasuk kebutuhan prioritas tetapi mungkin berguna dalam tahapan lain keadaan darurat. Dengan demikian, produk tersebut harus diklasifikasi, diberi label, dan simpan sampai kemudian dibutuhkan.
Pembuangan Persediaan Lain
Barang yang tidak berguna karena kondisinya (rusak, kadarluarsa, sangat tidak sesuai) harus dibuang sesegera mungkin, terutama untuk memberikan ruang yang cukup bagi persediaan yang berguna.
Terdapat kesulitan diplomatis atau hubungan masyarakat karena masyarakat termasuk penyumbang tidak sengan melihat persediaan, yang menurut mereka dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang terkena bencana, meskipun kenyataannya barang tersebut tidak cocok untuk digunakan oleh manusia ataupun untuk dikonsumsi.
Pembuangan barang semacam itu harus dilakukan denagn serius. Barang tersebut bukan sapah biasa. Sering kali lebih mudah untuk menyimpannya di gudang sampai dapat dibuang dengan aman, daripada membuangnya ditempat orang-orang mungkin menemukannya lagi atau ditempay orang yang dapat merabutnya menjadi bahaya bagi kesehatan masyarakat.
Materi tersebut dapat dibakar, dikubur, ataupun dibuang. Kuncinya adalah memiliki suatu panduan yang jelas tentang proses pembuangangnya sehingga tindakan seadanya tanpa perencanaan dapat dihindari. Situasinya bahkan lebih sulit ketika berhadapan dengan obata-obatan atau bahan-bahan berbahaya, yang tidak dapat dibuang tanpa keterlibatan tenaga ahli, mengingat perlunya metode penanganan dan pembuangan khusus terhadap benda-benda tersebut.
D. System SUMA untuk Pengolahan Bantuan Kemanusian
System pengelolaan bantuan kemanusiaan ( humanitarian supply management system, SUMA) diluncurkan sebagia upaya bersama dari Negara-negara Amerika Latin dan Karibia, dengan bantuan teknis dari Pan Amerika Health Organization (PAHO), perwakilana regional WHO untuk Amerika dan dengan dukungan keuangan dari pemerintah belanda, untuk meningkatkan pengelolaan bantuan kemanusiaan dalam situasi bencana.
Tujuan sisyem ini adalah membantu menyelesaikan berbagia masalah yang muncul dalam kedatangan missal bantuan kewilayah atau Negara yang terkena bencana, baik yang berasal dari kota atau wilayah lain dalam Negara yang sama maupun yang diberikan oleh masyarakat internasional.
Pendekatan sistematis SUMA, yang melibatkan staf terlatih, prosedur klasifikasi yang tepat, dan mekanisme teknologi informasi yang fleksibel dan ramh pengguna, memastikan bahwa bantuan datang akan secara tepat dipilih, diinventarisasi, ditetapkan prioritasnya dan disimpan ditempat kedatangannya.
Untuk mencapai tujuan ini, semua sumbangan tanpa melihat asal atau penerima akhirnya, diproses pada titik masuk atau kedatanganya dengan menggunakan system SUMA sebelum didistribusikan. Proses ini menghendaki agar organisasi dan institusi pengelola bantuan, baik pemerintah maupun non pemerintah, bekerja sama untuk menerapkan kebijakan operasional dan strategi sebelum bencana menyerang.
Komponen Sistem
System ini memiliki tiga tingkatan :
1. SUMA PUSAT
SUMA pusat dirancang untuk bekerja dimarkas besar pengolahan kedaruratan, yaitu difasilitasi tempat pejabat nasional tengah mengelolah bencana atau keaadaan darurat
Padatingkat ini, kegiatannya adalah :
o Menyusun criteria untuk digunakan oleh Unit-unit lapangan, misalnya tempat-tempat penerimaan, petunjuk pengiriman, defenisi pengguna utam dan sebagainya.
o Membangun unit lapangan
o Mengonsolidasi informasi yang dikirim oleh unit-unit lapangan
o Menanggapi pertanyaan dan menyiapkan laporan yang mendukung proses pengambilan keputusan dan meningkatkan kerja sama antar institusi.
o Memelihara tabel-tabel (daftar) program.
2. Unit Lapangan SUMA
Unit Lapangan dirancang untuk bekerja pada titik-titik masuk (misalnya perbatasan, pelabuhan laut) dan pada pusat-pusat pengumpulan local tempat persediaan tiba selama keadaan darurat, seperti pelabuhan udara, tempat-tempat pengumpulan, dll.
Kegiatan utama pada tingkatan ini, antara lain :
o Memilah dan mengidentifikasi persediaan yang datang dan menandainya dengan “MENDESAK UNTUK DISTRIBUSI SEGERA”, ‘DISTRIBUSI TAK MENDESAK”, dan “ BUKAN PRIORITAS”.
o Mengklasifikasi persediaan kedalam kategori dan subkategori dan perinciaanya.
o Menanggapi pertanyaan tertentu tentang barang yang tersedia
o Menyiapkan laporan tentang kiriman yang telah datang ke unit lapangan itu.
o Menyediakan tanda bukti pengantaran untuk pihak penerima
o Menggabungkan semua data yang sesuai dalam disket untuk dikirim ke SUMA PUSAT.
Tim unit lapangan SUMA juga menggunakan formuliir kertas seandainya computer tidak berfungsi atau kapanpun logistic dari pengumpulan data memerlukan penggunaannya.
3. Manajemen Pergudangan
Modul manajemen Pergudangan. Merupakan media yang digunakan untuk mendata kedatangan bantuan dipusat-pusat penyimpanan atau gudang dan keberangkatannya untuk didistribusi. Gudang tersebut menerima persediaan sekaligus informasi pelacak elektronik yang dikirim dengan disket oleh unit-unit lapangan atau SUMA PUSAT. Dengan cara ini, institusi dapat mengkoordinasi pengelolaan internal persediaan bantuan atau distribusi ke sarana atau organisasi lain yang terlibat dalam upaya pertolongan darurat. Kegiatan utama yang dilakukan pada tingkatan ini, antara lain :
o Mengawasi inventaris local
o Menyiapkan laporan tentang stok yang tersedia dan pengantaraannya, menurut beberapa criteria dan kategori.
o Menindaklanjuti inventarisasi digudang lain, baik dicabang gudang utama maupun dipust pengumpulan lain.



Kiriman
Kiriman adalah unit dasar acuan untuk pencatatan persediaan yang menggunakan system SUMA. Kiriman merupakan setumpuk persediaan yang dikirim oleh pengirim yang sama kepada penerima yang sama dan yang datang pada waktu yang sama dengan alat transportasi yang sama. Keseluruhan proses pengelompokan dan manipulasi data persediaan yang datang difokuskan pada kiriman-kiriman.
Pintu masuk adalah tempat datangnya kiriman, laut dan sungai, pelabuhan laut, Bandar udara, perbatasan, kantor bea cukai, gudang dan sebaginya.
Kegiatan di Fasilitas Penerimaan Bantuan
Sebelum persediaan dapat diantarkan kepada penerima yang dimaksud, ada tiga tahap yang harus dilakukan :
a. Pemilahan
Prioritas manajemen dan distribusi persediaan bantuan ditetapkan oleh pedoman yang diajukan oleh lembaga manajemen kedaruratan atau coordinator tim SUMA. Prioritas itu bergantung pada tipe bencana dan kebutuhan local atau nasional. Contoh : dalam kejadian gempa bumi, sediaan medis untuk penanganan kasus luka dan patah tulang menjadi sangat penting, dalam kasus banjir, barang yang diutamakan adalah makanan dan air.
Semua kemasan dan kotak yang datang harus dipilah dan diberi label serta kode berwarna untuk memperlihatkan secara jelas tingkatan prioritasnya. Tingkatan prioritas SUMA dank ode warna yang sesuai antara lain :
Prioritas 1 : Mendesak untuk distribusi segera (Urgen For Immidiate Distribution). Barang dalam prioritas ini harus segera didistribusikan ditempat darurat. Warna label merah.
Prioritas 2 : distribusi takmendesak (non urgent distribution). Barang semacam ini kebutuhannya tidak mendesak selama fase kritis kedaruratan, tetapi berguna kemudian, selama fase rekontruksi atau pembangunan. Warna label biru
Prioritas 3 : barang non prioritas (non priority articles). Beberapa persediaan mungkin kadaluarsa, atau rusak selama persinggahan.

b. Klasifikasi
Di dalam system SUMA,persediaan bantuan masuk kedalam salah satu dari 10kategori teknis berikut:
1. Obat-obatan(medicines)
2. Air dan kesehatan lingkungan (water and environmental health)
3. Persediaan dan perlengkapan kesehatan (health supplies/kits)
4. Makanan (food)
5. Tempat perlindungan/listrik/bangunan (shelter/elektrikal/construction)
6. logistik /administrasi (logistics/administration)
7. kebutuhan/pendidikan personal (personal needs/education)
8. sumber daya manusia (human resources)
9. pertanian/peternakan (agriculture/livestock)
10. tidak masuk klasifikasi (unclassified)
c. Inventarisasi
Tahapan inventarisasi memungkinkan disusunya laporan harian yang selanjutnya dikirim kepejabat nasional atau local yang terkait tentang bantuan yang telah diterima dan data relevan yang lain,termaksud pengiriman,penerima yang dimaksud,dan kategori persediaan yang diterima, jumlahnya,dan sebagainya. Penerima kemudian dapat membuat keputusan yang jelas tentang cara mengalokasikan sumber tersebut dan/atau mengelola keadaan darurat.mereka juga bisa memberitahu donator secara langsung tentang kedatangan kiriman mereka






BAB III
PENUTUP
Pembuatan catatan persediaan darurat yang tiba dalam setiap pengiriman merupakan satu kegiatan pokok-ini merupakan kontak pertama dengan sumbangan yang datang, dan pembuatan catatan yang efektif pada saat itu akan menentukan sampai sejauh mana keseluruhan sistem berlangsung sebagaimana mestinya.
System pengelolaan bantuan kemanusiaan ( humanitarian supply management system, SUMA) diluncurkan sebagia upaya bersama dari Negara-negara Amerika Latin dan Karibia, dengan bantuan teknis dari Pan Amerika Health Organization (PAHO), perwakilana regional WHO untuk Amerika dan dengan dukungan keuangan dari pemerintah belanda, untuk meningkatkan pengelolaan bantuan kemanusiaan dalam situasi bencana.
Tujuan sisyem ini adalah membantu menyelesaikan berbagia masalah yang muncul dalam kedatangan missal bantuan kewilayah atau Negara yang terkena bencana, baik yang berasal dari kota atau wilayah lain dalam Negara yang sama maupun yang diberikan oleh masyarakat internasional.
system SUMA menggunakan tingkatan sebagai berikut :
Prioritas 1 : mendesak- untuk didistribusikan langsung. Ditandai label merah
Prioritas 2 : distribusi tidak mendesak. Tercakup dalam prioritas ini adalah barang-barang yang tidak diperlukan segera, tetapi akan sangat berguna pada tahap menjelang akhir keadaan darurat.
Prioritas 3 : barang-barang bukan prioritas dan tidak mendesak untuk didistribusikan. Barang yang rusak, kadarluarsa, tidak dikenali, tidak berguna, atau nilainya meragukan. Barang tersebut diletakan pada suatu tempat untuk diperiksa kembali jika waktu mengizinkan. Ditandai dengan label hitam.

Rabu, 23 Juni 2010

PENCEMARAN TANAH

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kita semua tahu Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alamnya. Salah satu kekayaan tersebut, Indonesia memiliki tanah yang sangat subur karena berada di kawasan yang umurnya masih muda, sehingga di dalamnya banyak terdapat gunung-gunung berapi yang mampu mengembalikan permukaan muda kembali yang kaya akan unsur hara.
Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah Indonesia banyak yang digunakan sesuai aturan yang berlaku tanpa memperhatikan dampak jangka panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah tersebut.
Salah satu diantaranya, penyelenggaraan pembangunan di Tanah Air tidak bisa disangkal lagi telah menimbulkan berbagai dampak positif bagi masyarakat luas, seperti pembangunan industri dan pertambangan telah menciptakan lapangan kerja baru bagi penduduk di sekitarnya. Namun keberhasilan itu seringkali diikuti oleh dampak negatif yang merugikan masyarakat dan lingkungan.
Pembangunan kawasan industri di daerah-daerah pertanian dan sekitarnya menyebabkan berkurangnya luas areal pertanian, pencemaran tanah dan badan air yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil/produk pertanian, terganggunya kenyamanan dan kesehatan manusia atau makhluk hidup lain. Sedangkan kegiatan pertambangan menyebabkan kerusakan tanah, erosi dan sedimentasi, serta kekeringan. Kerusakan akibat kegiatan pertambangan adalah berubah atau hilangnya bentuk permukaan bumi (landscape), terutama pertambangan yang dilakukan secara terbuka (opened mining) meninggalkan lubang-lubang besar di permukaan bumi. Untuk memperoleh bijih tambang, permukaan tanah dikupas dan digali dengan menggunakan alat-alat berat. Para pengelola pertambangan meninggalkan areal bekas tambang begitu saja tanpa melakukan upaya rehabilitasi atau reklamasi.
Dampak negatif yang menimpa lahan pertanian dan lingkungannya perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena limbah industri yang mencemari lahan pertanian tersebut mengandung sejumlah unsur-unsur kimia berbahaya yang bisa mencemari badan air dan merusak tanah dan tanaman serta berakibat lebih jauh terhadap kesehatan makhluk hidup.
Berdasarkan fakta tersebut, sangat diperlukan pengkajian khusus yang membahas mengenai pencemaran tanah beserta dampaknya terhadap lingkungan di sekitarnya.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini antara lain, yaitu:
1. sebagai bahan kajian para mahasiswa mengenai dampak pencemaran terhadap lingkungan
2. sebagai cara untuk mencari berbagai cara untuk menanggulangi dampak pencemaran yang sedang dikaji
3. sebagai metode pengumpulan data tentang pencemaran lingkungan
C. RUANG LINGKUP
Makalah ini membahas mengenai pencemaran tanah, mulai dari gambaran, dampak, dan cara menanggulangi pencemaran tanah tersebut.








BAB II
METODE PENULISAN
A. OBJEK PENULISAN
Objek penulisan mencakup gambaran/ penjelasan, dampak yang ditimbulkan, dan cara penanggulangan pencemaran tanah.
B. DASAR PEMILIHAN OBJEK
Objek yang penulis pilih adalah mengenai pencemaran tanah, karena tanah merupakan salah satu komponen kehidupan yang sangat penting. Semua manusia pasti sangat tergantung akan keberadaan tanah tersebut. Namun, banyak orang yang belum mengetahui bagaimana cara pengolahan tanah yang tepat tanpa banyak menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan.
C. METODE PENGUMPULAN DATA
Dalam penulisan makalah ini, penulis secara umum mendapatkan bahan tulisan dari berbagai referensi, baik dari tinjauan kepustakaan berupa buku – buku atau dari sumber media internet yang terkait dengan pencemaran lingkungan.

D. METODE ANALISIS
Penyusunan makalah ini berdasarkan metode deskriptif analisis, yaitu dengan mengidentifikasi permasalahan berdasarkan fakta dan data yang ada, menganalisis permasalahan berdasarkan pustaka dan data pendukung lainnya, serta mencari alternatif pemecahan masalah.





BAB III
ANALISIS PERMASALAHAN
A. PEMBAHASAN
a. Gambaran dari Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
1. Dampak yang Ditimbulkan Akibat Pencemaran Tanah
Berbagai dampak ditimbulkan akibat pencemaran tanah, diantaranya:
a. Pada kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat menyebabkan gangguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan Kematian.
b. Pada Ekosistem
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat Kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.

2. Penanganan yang Harus Dilakukan
Ada beberapa langkah penangan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran tanah. Diantaranya:
1. Remidiasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
2. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).



3. Macam-macam Pencemaran
Macam-macam pencemaran dapat dibedakan berdasarkan pada tempat terjadinya, macam bahan pencemarnya, dan tingkat pencemaran.
a. Menurut tempat terjadinya
Menurut tempat terjadinya, pencemaran dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu pencemaran udara, air, dan tanah.
 Jenis-jenis Pencemaran tanah
Pencemaran tanah disebabkan oleh beberapa jenis pencemaran berikut ini :
a. sampah-sampah plastik yang sukar hancur, botol, karet sintesis, pecahan kaca, dan kaleng
b detergen yang bersifat non bio degradable (secara alami sulit diuraikan) zat kimia dari buangan pertanian, misalnya insektisida.
b. Menurut macam bahan pencemar
Macam bahan pencemar adalah sebagai berikut.
1. Kimiawi; berupa zat radio aktif, logam (Hg, Pb, As, Cd, Cr dan Hi), pupuk anorganik, pestisida, detergen dan minyak.
2. Biologi; berupa mikroorganisme, misalnya Escherichia coli, Entamoeba
coli, dan Salmonella thyposa.
3. Fisik; berupa kaleng-kaleng, botol, plastik, dan karet.
c. Menurut tingkat pencemaran
Menurut WHO, tingkat pencemaran didasarkan pada kadar zat pencemar dan waktu (lamanya) kontak. Tingkat pencemaran dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai berikut :
1. Pencemaran yang mulai mengakibatkan iritasi (gangguan) ringan pada
panca indra dan tubuh serta telah menimbulkan kerusakan pada
ekosistem lain. Misalnya gas buangan kendaraan bermotor yang
menyebabkan mata pedih.
2. Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh dan menyebabkan sakit yang kronis. Misalnya pencemaran Hg (air raksa)
di Minamata Jepang yang menyebabkan kanker dan lahirnya bayi cacat.
3. Pencemaran yang kadar zat-zat pencemarnya demikian besarnya
sehingga menimbulkan gangguan dan sakit atau kematian dalam
lingkungan. Misalnya pencemaran nuklir.
d. Parameter Pencemaran
Dengan mengetahui beberapa parameter yang ads pads daerah/kawasan penelitian akan dapat diketahui tingkat pencemaran atau apakah lingkungan itu sudah terkena pencemaran atau belum. Paramaterparameter yang merupakan indikator terjadinya pencemaran adalah sebagai berikut :
a. Parameter kimia
Parameter kimia meliputi C02, pH, alkalinitas, fosfor, dan logam-logam berat.
b. Parameter biokimia
Parameter biokimia meliputi BOD (Biochemical Oxygen Demand), yaitu jumlah oksigen dalam air. Cars pengukurannya adalah dengan menyimpan sampel air yang telah diketahui kandungan oksigennya selama 5 hari. Kemudian kadar oksigennya diukur lagi. BOD digunakan untuk mengukur banyaknya pencemar organik. Menurut menteri kesehatan, kandungan oksigen dalam air minum atau BOD tidak boleh kurang dari 3 ppm.
c. Parameter fisik
Parameter fisik meliputi temperatur, warna, rasa, bau, kekeruhan, dan radioaktivitas.
d. Parameter biologi
Parameter biologi meliputi ada atau tidaknya mikroorganisme, misalnya, bakteri coli, virus, bentos, dan plankton.

B. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Ada beberapa cara untuk mengurangi dampak dari pencemaran tanah, diantaranya dengan remediasi dan bioremidiasi. Remediasi yaitu dengan cara membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Sedangkan Bioremediasi dengan cara proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri).
B. SARAN
Untuk lebih memahami semua tentang pencemaran tanah, disarankan para pembaca mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi pada makalah ini. Selain itu, diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – hari dalam menjaga kelestarian tanah beserta penyusun yang ada di dalamnya.






DAFTAR PUSTAKA
Bachri, Moch. 1995. Geologi Lingkungan. CV. Aksara, Malang. 112 hal.
Soekarto. S. T. 1985. Penelitian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bhatara Karya Aksara, Jakarta. 121 hal.
Wikipedia. 2007. Pencemaran Tanah (On-line). http://id.wikipedia.org/wiki/pencemaran_tanah. diakses 26 Desember 2007.

Sabtu, 12 Juni 2010

campak

Penyakit Tampak (Campak) pada Bayi dan Anak
Ditulis pada Oktober 17, 2008 oleh zasmiarel

Tiga hari yang lalu, tepatnya tanggal 15 Oktober 2008, anak kami yang berumur 17 bulan terkena tampak (campak). Padahal anak kami sudah diimunasi campak ketika umur 9 bulan. Saya mencoba searching mengenai penyakit ini di internet. Setelah mempelajari beberapa artikel yang saya temui ternyata pada anak kami gejalanya sudah muncul sejak sekitar dua minggu yang lalu. Saya masih ingat di malam takbiran sekitar jam setengah dua belas malam kami membawa anak kami ke rumah sakit karena suhu badannya mencapai 38,6 C dan batuk flu serta muntah-muntah. Waktu itu diagnosa dokter anak kami terserang radang dan diberi obat penurun panas dan antibiotik serta obat batuk flu. Paginya suhu badannya sempat turun, namun menjelang malam suhu badannya kembali naik hingga mencapai 38,5 C, padahal besoknya kami harus terbang mudik ke Palembang. Pagi-pagi seperti biasa kami putuskan mengajak anak kami jalan-jalan dan berjemur di luar rumah. Lumayan, badannya jadi segar dan berkeringat dan setelah diukur suhu badannya berada di titik normal 36,5 C. Saya pun sedikit bernafas lega dan kami pun bisa terbang ke Palembang dengan senang. Selama di bandara dan sepanjang perjalanan anak kami terlihat senang dan seperti tidak sedang sakit (kebetulan anak kami termasuk anak yang aktif bergerak, meskipun dalam kondisi sakit).
Setibanya di Palembang muncul persoalan baru, anak kami tidak mau makan, biarpun mau inginnya cemilan atau kue-kue, itu pun tidak banyak. Untungnya anak kami doyan minum air putih dan susu sehingga membantu supaya dia tidak dehidrasi. Anggapan kami waktu itu dia tidak mau makan dan suhu badannya tinggi lantaran akan tumbuh gigi, sebab setelah kami perhatikan ternyata ada 6 giginya yang akan tumbuh sekaligus termasuk geraham belakang atas dan bawah. Namun demikian, kami tetap waspada dan terus mengontrol suhu badannya secara teratur. Pada lebaran hari ke empat suhu badan anak kami mengalami puncaknya, yaitu 39,4 C. Meskipun berusaha tenang, sebagai orang tua kami tetap panik. Syukurlah, setelah diberi obat penurun panas dan sedikit ramuan tradisional ala kampung lambat laun suhu badannya berangsur turun mulai dari 38,2 C sampai akhirnya di titik normal 36,3 C. Setibanya di Jakarta kondisi suhu badannya tetap tidak stabil, batuk dan flunya juga belum sembuh, ditambah mencret serta susah makan. Anggapan kami tetap karena giginya sedang proses tumbuh. Belakangan baru kami tahu….. disamping karena memang sedang proses tumbuh gigi, kondisi tersebut ternyata juga karena dalam tubuhnya sedang diserang virus tampak. Itu pun kami sadari setelah di badannya keluar bintik-bintik merah dan setelah membaca beberapa artikel yang saya temui diinternet. Sekarang bintik-bintik merahnya sudah mulai mengering, mungkin sudah mulai memasuki fase penyembuhan, semoga saja. Mungkin untuk sekedar sharing, berikut ini saya sampaikan isi dari artikel tentang tampak yang saya baca. Semoga bermanfaat.
LANGKAH EFEKTIF MENGATASI CAMPAK
Campak sebenarnya hadir sepanjang tahun tanpa musim. Walau tertular hanya sekali, lakukan antisipasi agar anak tak sampai mengalami komplikasi.
Penyakit campak atau yang lebih sering disebut tampek mudah sekali menular. Virusnya bisa hidup dan menyebar lewat udara, “Karenanya penyakit ini tetap mewabah sepanjang tahun di beberapa daerah, terutama di pemukiman padat,” kata dr. Rudy Firmansyah, Sp.A, dari RSAB Harapan Kita Jakarta. Penyakit campak yang dalam bahasa asing disebut measles, disebabkan oleh virus campak atau morbili. Virus ini terdapat di udara bebas. Bila masuk ke dalam tubuh anak, terutama yang daya tahan tubuhnya sedang lemah, maka sangat mungkin ia terjangkit campak. Sebaiknya jika ada satu orang anak terkena campak, maka anak lain dianjurkan untuk tidak berdekatan dengannya. Virusnya yang keluar melalui napas atau semburan ludah (droplet) bisa terisap lewat hidung atau mulut dan akan menulari anak lain.
Menurut Rudy, campak hanya terjadi sekali seumur hidup. Bila waktu kecil anak sudah pernah terkena campak maka setelah itu biasanya dia tidak akan terkena lagi. Namun, karena anggapan ini sudah terlalu memasyarakat banyak orang tua yang sengaja menulari anaknya dengan campak agar nantinya dia tidak terkena lagi. “Ini adalah tindakan yang keliru,” komentar Rudy.
Justru sebaiknya setiap anak dibentengi dari penyakit ini dengan imunisasi campak. Memang tidak dijamin 100%, tapi kalaupun sampai terjangkit virus campak, maka kondisinya tidak terlalu parah. Imunisasi bisa dilakukan dua kali. Pertama di usia 9 bulan, usia ini dipilih karena antibodi bayi yang berasal dari ibunya lewat plasenta sudah semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat imunisasi. Agar kekebalan tubuh anak semakin baik maka pemberian vaksinasi campak diulang di usia 15 bulan dengan imunisasi MMR (Measles, Mumps and Rubella). Berikutnya, imunisasi campak dilakukan ketika anak berusia 6 tahun. Mengapa perlu dicegah? Karena campak bisa menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal.
EMPAT FASE CAMPAK DAN PENANGANANNYA
Agar serangan campak tidak menjadi terlalu berat, kita bisa melakukan hal-hal berikut berdasarkan fase-fasenya:
(1) Masa Inkubasi
Fase inkubasi berlangsung sekitar 10-12 hari. Di fase ini agak sulit mendeteksi infeksinya karena gejalanya masih bersifat umum bahkan tidak terlihat sama sekali. Mungkin beberapa anak mengalami demam tetapi umumnya anak tidak merasakan perubahan apa-apa. Bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas campak pun belum keluar.
Yang perlu dilakukan: Jagalah keseimbangan gizi anak dengan baik agar daya tahan tubuhnya tetap tinggi. Misalnya dengan makan sayur, buah, serta menjaga kebugaran tubuhnya. Bila memang nantinya campak benar-benar menyerang kemungkinan terjadinya tidak akan terlalu parah.
(2) Fase Prodormal
Adalah fase dimana gejala penyakit sudah mulai timbul seperti flu, batuk, pilek, dan demam. Mata anak pun akan tampak kemerah-merahan dan berair. Tak hanya itu, anak tidak bisa melihat dengan jelas ke arah cahaya karena merasa silau (photo phobia). Ciri lain, di sebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5° C. Di fase kedua bercak merah belum muncul.
Yang perlu dilakukan: Segeralah memeriksakan anak ke dokter ketika flu, batuk, pilek, dan demam mulai muncul. Jangan sampai menunggu munculnya bercak-bercak merah karena anak butuh pertolongan secepatnya. Tindakan cepat sangat membantu untuk mengantisipasi beratnya penyakit.

(3) Fase Makulopapuler
Fase makulopapuler yakni keluarnya bercak merah yang sering diiringi demam tinggi antara 38-40,5°C. Awalnya, bercak ini hanya muncul di beberapa bagian tubuh saja, biasanya di belakang kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Untuk membedakan dengan penyakit lain, umumnya warna bercak campak akan sangat khas; merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil.
Biasanya, bercak merah akan memenuhi seluruh tubuh dalam waktu satu minggu meskipun hal ini tergantung pula pada daya tahan tubuh masing-masing anak. Pada anak yang memiliki daya tahan tubuh baik umumnya bercak merahnya hanya pada beberapa bagian saja. Tetapi pada anak yang memiliki daya tahan tubuh lemah, bercak merahnya akan semakin banyak. Hal ini juga menunjukkan kalau campak yang diderita anak termasuk berat.
Yang perlu dilakukan: Tetaplah mengonsultasikan segala sesuatunya pada dokter. Biasanya dokter akan mengusahakan agar bercak merah pada anak tidak sampai muncul di sekujur tubuh. Bila memang sekujur tubuhnya dipenuhi bercak, ini berarti campaknya cukup berat. Apalagi jika sudah muncul gejala komplikasi, maka konsultasikanlah ke dokter apakah anak perlu dirawat atau tidak.
Sebagian masyarakat beranggapan bahwa semakin banyak bercak merah yang tampak semakin bagus karena berarti anak akan cepat sembuh. Pendapat ini keliru karena kita sebenarnya dituntut untuk lebih waspada. Tetapi bila diagnosis sudah ditegakkan, dan tak ada komplikasi, anak cukup dirawat di rumah.
(4) Fase Penyembuhan
Bila bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan sendirinya. Selanjutnya bercak merah akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumnya, dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa campak.
Yang perlu dilakukan: Tetap berikan obat yang sudah diberikan oleh dokter sambil menjaga asupan makanan bergizi seimbang dan istirahat yang teratur. Jangan pernah beranggapan kalau bercak merah sudah berkurang dan gejalanya sudah hilang berarti virus campaknya sudah musnah. Kita tetap perlu melanjutkan pengobatan sampai anak benar-benar sembuh.
HAL LAIN YANG PERLU DIPERHATIKAN
Jangan melakukan pengobatan menurut aturan sendiri tetapi harus berdasarkan petunjuk dokter. Bila memang harus mengonsumsi obat 3 kali sehari maka harus dilakukan dengan baik. Bila ada gejala lain yang timbul, misalnya kejang-kejang atau sesak napas, segeralah berkonsultasi pada dokter.
Sebaiknya berikan makanan yang mudah dicerna seperti bubur nasi. Hal ini untuk menghindari terjangkitnya infeksi lain, seperti radang tenggorokan, flu, atau lainnya. Dianjurkan untuk memberikan makanan yang mudah dicerna selama sebulan kemudian sampai kondisinya benar-benar pulih.
Karena mudah menular lewat udara, sebaiknya anak campak dirawat di kamar sendiri agar tidak menularkan penyakitnya. Namun perlu diingat, jangan sampai terkesan kalau anak diisolasi, berikan mainan yang dapat menghibur agar dia tidak bosan.
Setiap anak yang sedang sakit butuh istirahat yang cukup. Anak campak pun demikian, berikan waktu beristirahat secara maksimal.
Jangan biarkan bayi yang belum mendapat imunisasi campak berdekatan dengan penderita campak sampai penyakitnya benar-benar sembuh. Sangat mungkin virus campak akan menulari bayi.
Jaga tubuh anak agar tetap bersih sehingga dia tetap merasa nyaman. Boleh saja anak dimandikan atau dilap seluruh tubuhnya. Pendapat yang mengatakan kalau anak campak tidak boleh dimandikan adalah keliru karena bila tubuhnya kotor dan berkeringat akan menimbulkan rasa lengket dan gatal luar biasa. Dorongan menggaruk kulit yang gatal bisa menimbulkan infeksi berupa bisul-bisul kecil bernanah. Gunakan sabun bayi yang tak terlalu merangsang kulit dan gosoklah kulitnya perlahan. Sehabis mandi, keringkan dan taburi dengan bedak salycyl talc.
Selama anak sakit dan dalam pemulihan sebaiknya kita memisahkan peralatan makan dan mandinya, seperti piring, gelas, sendok, handuk, sprai dan pakaiannya. Hal ini untuk menghindari terjadinya penularan lewat kontak tak langsung.
PENGOBATAN SECARA SIMPTOMATIS
Rudy menjelaskan, pengobatan campak hanya bersifat simptomatis, yakni mengobati gejalanya saja. Misalnya, bila muncul demam maka yang diobati adalah gejala demamnya. Bila mengalami batuk maka obat batuk digunakan untuk meringankan batuknya. Demikian pula bila anak diare maka dokter akan memberikan obat antidiare. Pada beberapa anak yang berbakat kejang, gejala ini bisa timbul sehingga dokter akan menyiapkan obat antikejang. Sementara hingga saat ini, kata Rudy, belum ditemukan obat yang bisa langsung mengatasi virus campak tersebut.
Pengobatan gejala sangat penting dilakukan karena bila tidak ditangani dengan baik campak bisa sangat berbahaya. Bisa saja terjadi komplikasi terutama pada campak yang berat. Ciri-ciri campak berat, selain bercaknya di sekujur tubuh, gejalanya tidak membaik setelah diobati selama 1-2 hari. Sebaliknya, bila selama 1-2 hari pengobatan gejalanya sudah membaik, umumnya anak hanya menderita campak ringan.
Komplikasi yang terjadi biasanya berupa radang paru-paru (broncho pneumonia) dan radang otak (ensefalitis). Hal ini terjadi karena virus campak dapat menyebar melalui aliran darah ke jaringan tubuh lainnya. Komplikasi inilah yang umumnya paling sering menimbulkan kematian pada anak.
Untuk mengetahui apakah sudah terjadi komplikasi atau tidak biasanya ditunjukkan dengan tanda-tanda khas. Bila sudah terjadi ensefalitis biasanya terjadi kejang satu kali atau berulang, kesadaran anak menurun, dan suhu tubuhnya tinggi atau susah turun karena infeksinya sudah sampai ke otak.
Sedangkan radang paru-paru ditunjukkan dengan gejala batuk berdahak, pilek, dan sesak napas. Boleh dikatakan, kematian bukan ditimbulkan karena campak itu sendiri melainkan komplikasi yang terjadi. Umumnya hal ini akan terjadi pada anak yang kurang gizi dan memiliki daya tahan tubuh lemah.
BERBEDA DARI CAMPAK JERMAN
Campak biasa, kata Rudy, berbeda dari campak Jerman atau rubela. Campak Jerman umumnya memiliki dampak lebih ringan dan tidak fatal. Umumnya pun terjadi pada anak usia 5 sampai 14 tahun.
Memang gejalanya hampir sama dengan campak biasa, seperti flu, batuk, pilek dan demam tinggi. Yang membedakan, bercak merah pada rubela tidak timbul terlalu banyak dan tidak separah campak biasa, juga cepat menghilang dalam waktu 3 hari. Gejala lain, umumnya nafsu makan anak akan menurun karena terjadi pembengkakan pada limpa.
Justru kita harus lebih khawatir bila rubela menyerang wanita hamil karena virusnya bisa menular pada janin melalui plasenta. Bila janin tertular maka anak yang dilahirkan akan mengalami sindrom rubela kongenital dengan kelainan-kelainan, misalnya mata bayi mengalami katarak, tidak bisa mendengar, terjadi pengapuran di otak, juga banyak terjadi anak-anak tumbuh dengan keterbelakangan perkembangan.
Rudy menekankan, setiap anak perempuan harus mendapat vaksinasi rubela. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya rubela serta melindungi janin yang dikandungnya kelak. Tak hanya pada perempuan, vaksinasi rubela pun penting bagi kaum pria. Gunanya mencegah agar tidak terserang rubela dan menulari sang istri yang mungkin tengah hamil nanti.

Jumat, 30 April 2010

kontrasepsi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kontrasepsi adalah suatu usaha untuk mencegah terjadinya konsepsi/kehamilan dengan memakai cara, alat, obat-obatan yang dapat bersifat permanen (Manuaba, 2001).
Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara atau menetap, yang dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan obat/alat, atau dengan operasi (Mansjoer, 1999).
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen (Winkjosastro, 1999). Kontrasepsi (kontra-konsepsi) merupakan pencegahan terjadinya kehamilan atau konsepsi dengan memakai cara, alat atau obat-obatan (Mochtar, 1998).
Memasuki awal tahun pertama pembangunan jangka panjang tahap II. Pembangunan Gerakan Keluarga Berencana Nasional ditujukan terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keluarga sebagai kelompok sumber daya manusia terkecil yang mempunyai ikatan batiniah dan lahiriah. Dimana merupakan pengembangan sasaran dalam mengupayakan terwujudnya visi Keluarga Berencana Nasional yang kini telah diubah visinya menjadi “Keluarga Berkualitas Tahun 2005” keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak – hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. (Sarwono, 2003). Berbicara tentang kesehatan reproduksi banyak sekali yang harus dikaji, tidak hanya tentang organ reproduksi saja tetapi ada beberapa aspek, salah satunya adalah kontrasepsi. Saat ini tersedia banyak metode atau alat kontrasepsi meliputi IUD, suntik, pil, implant, kontap, kondom. (BKKBN,2004).

Salah satu kontrasepsi yang populer di Indonesia adalah kontrasepsi suntik. Kontrasepsi suntik yang digunakan adalah Noretisteron Enentat (NETEN), Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA) dan cyclofem. Kontrasepsi suntik memiliki kelebihan dan kekurangan.kelemahan dari kontrasepsi suntik adalah terganggunya pola haid diantaranya adalah amenorhoe,menoragia dan muncul bercak( spotting),terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, pertambahan berat badan 2 kg dari berat badan pada kunjungan pertama (Saifuddin, 2003).
B. Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan kontrasepsi.
2. Hubungan alat-alat kontrasepsi tersebut kaitannya dengan peningkatan berat badan akseptor.
3. Untuk Mengetahui manfaat serta tujuan penggunaan alat kontrasepsi.











BAB II
PEMBAHASAN

A. Riset
Pertambahan berat badan disebabkan oleh retensi cairan, bertambahnya lemak pada tubuh, dan meningkatkan selera makan (Hartanto, 2004). Pencapaian peserta KB aktif semua metode kontrasepsi pada bulan Desember 2003 di Jawa Timur sebanyak 5.380.243 peserta atau 107,8 % dari PPM sebesar 4.989.050 yang terdiri atas 1.082.934 peserta IUD (81,60 % dari PPM sekitar 1.327.100), 18.941 peserta MOP (109,17 % dari PPM sebesar 17.350), 337.937 peserta MOW (101,60 % dari PPM sebesar 332.600), 472.500 peserta implant (78,11 % dari PPM sebesar 604.900), 2.281.238 peserta suntikan (163,06 %) dari PPM sebesar 1.030.400), 22.025 peserta kondom dan obat vaginal (7,93 % dari PPM sebesar 277.700). Pencapaian tertinggi pada suntikan sebesar 163,06 %, terendah pertama adalah kondom dan obat vaginal (7,93 %). (BKKBN, 2003).
Kegiatan pelayanan kasus efek samping pada bulan Desember 2003 di Jawa Timur, pelayanan kasus efek samping yang tertinggi dari peserta KB suntikan yaitu sebesar 2.672 kasus atau 54,8 %, berikutnya diikuti Peserta IUD sebesar 951 kasus atau 19,5 %. Sedangkan jumlah kasus terendah terdapat pada peserta KB kondom yaitu sebesar 0,0 %. (BKKBN, 2003)
Berdasarkan studi pendahuluan di BPS Enny Juniati Sutorejo Surabaya didapat jumlah KB pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember 3054 akseptor dengan data sebagai berikut : kontrasepsi suntik (85,8%), kontrsepsi pil (13,8%), kontrasepsi IUD (0,2%), kontrasepsi Implant (0,06%), kontrasepsi suntik yang mengalami peningkatan berat badan (68,6 %), spotting (19,1%), amenorhoe (21,3%), kontrasepsi pil yang mengalami peningkatan berat badan (47,3%), spotting (31,2%), amenorhoe (21,3 %), kontrasepsi IUD yang mengalami peningkatan berat badan (42,8%), spotting (28,6%), amenorhoe (28,6%), dan kontrasepsi Implant yang mengalami peningkatan berat badan (50%), spotting (50%), amenorhoe(0%).
Melihat dari uraian diatas masalah yang ada adalah tingginya penggunaan alat kontrasepsi suntik dan tingginya efek sampingnya dibanding penggunaan alat kontrasepsi yang lainnya. Efek samping kontrasepsi suntik yang paling tinggi frekuensinya yaitu peningkatan berat badan. Dan untuk mendapatkan gambaran nyata tentang kejadian peningkatan berat badan yang dialami akseptor kontrasepsi suntik maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara kontrasepsi suntik dengan peningkatan berat badan.
Pembangunan gerakan keluarga berencana nasional ditujukan terutama umtuk mneingkatkan kualitas sumber daya manusia dimana keluarga sebagai sumber daya terkecil yang mempunyai ikatan lahiriah dan batiniah.
Aspek-aspek reproduksi adalah kontrasepsi antara lain :
 IUD
 Suntik
 Pil
 Implant
 Kontap
 Kondom
a. IUD
Alat kontrasepsi IUD/AKDR adalah alat kecil yang terdiri dari bahan plastik yang lentur, yang dimasukkan ke dalam rongga rahim oleh petugas kesehatan yang terlatih (Manuaba, 1999).
Mekanisme Kerja Kontrasepsi IUD Menurut Saifuddin, 2003 Mekanisme kerja Kontrasepsi IUD adalah:
- Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopii.
- Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
- Kontrasepsi IUD bekerja teutama untuk mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi wanita dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
- Memungkinkan terjadinya implantasi telur dalam uterus.
Gambar Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD




















b. Suntik
Alat kontrasepsi suntik adalah alat kecil yang terdiri dari bahan plastik dan sejenis logam dimana mempunyai luban yang sangat kecil untuk memasukan dan mengeluarkan cairan yang sudah diserap. Cara kerja sama dengan pil. Efektifitasnya mencapai 99%. Keuntungan metode ini antara lain disuntikkan setiap tiga bulan sekali, efektif, tahan lama, melindungi akseptor terhadap kanker rahim. Aman digunakan setelah melahirkan dan saat menyusui. KB suntik juga dapat mengurangi kram saat menstruasi, dan tidak mengganggu aktivitas seksual.
b. Pil
Pil adalah sejenis obata diman dia berupa tablet yang sudah dikemas dan dibentuk sesuai ukuran ukuran kecil yang dibutuhkan. Pil menghasilkan hormon estrogen dan progesterone buatan, yang cara kerjanya menyerupai hormon alami yang diproduksi oleh tubuh setiap bulan. Estrogen akan mencegah produksi sel telur (ovum) dari ovarium, sehingga pembuahan tidak terjadi. Mini-pil biasanya hanya mengandung progesterone. Efektifitas metode ini adalah 99% untuk pil kombiniasi dan 86% untuk mini pil. Keuntungan metode Pil ini antara lain mengurangi risiko kanker uterus, ovarium serta radang panggul. Kontrasepsi Pil juga mengurangi sindroma pra menstruasi, jerawat, perdarahan, anemia, kista ovarium, dan nyeri payudara. Penggunaan Pil memungkinkan siklus menstruasi lebih teratur, serta tidak mengganggu aktifitas seksual. Mini pil dapat dikonsumsi saat menyusui.
c. Implant
Sama dengan pil kecuali susuk ditanamkan di dalam kulit, biasanya di lengan atas. Implan mengandung progesterone yang akan terlepas secara perlahan dalam tubuh. Efektifits mencapai 99 %. Keuntungan dari metode implant ini antara lain tahan sampai 5 tahun atau sampai diambil. Kesuburan akan kembali segera setelah pengangkatan. Pencegahan kehamilan terjadi dalam waktu 24 jam setelah pemasangan. Metode ini juga dapat melindungi wanita dari kanker rahim, aman digunakan setelah melahirkan dan menyusui, serta tidak mengganggu aktivitas seksual.


d. Kondom
Kondom adalah alat kontrasepsi yang berupa benda seperti karet dimana mempunyai ruang dan ruang tersebut digunakan untuk memasukkan alat kelamin (penis). Cara kerjanya adalah mencegah sperma mencapai serviks (leher rahim). Efektivitas mencapai 80-90% (dapat meningkat jika digunakan bersama spermisida). Keuntungan metode ini antara lain tidak memerlukan resep, melindungi terhadap beberapa penyakit akibat hubungan seksual, serta aman, kesuburan segera pulih setelah tidak memakai kondom lagi.
B. Metodologi
Identifikasi masalah :
Sesuai dengan yang tercantum pada latar belakang, banyak faktor yang dapat mempengaruhi pemakaian KB suntik. Adapun faktor – faktor yang dapat mempengaruhi pemakaian KB suntik meliputi :
1. Umur
Merupakan usia individu yang terhitung mulai saat melahirkan sampai saat berulang tahun (Elisabeth, B.H, 1995). Pada wanita yang berusia antara 20 – 30 tahun, kontrasepsi suntik merupakan pilihan kedua setelah IUD, pada usia ini merupakan fase untuk menjarangkan kehamilan dibutuhkan suatu alat kontrasepsi yang mempunyai daya kerja lama dan salah satunya kontrasepsi suntik. Karena seorang wanita yang telah mengakhiri pemakaian kontrasepsi suntik lebih dari 60 % sudah hamil dalam waktu 1 tahun dan 90% dalam waktu 2 tahun. (hartanto, H, 1996). Seperti dikemukakan Hargono (1985) menyatakan ±40% wanita usia 20 – 24 tahun menggunakan alat kontrasepsi pil dan suntik dan dengan semakin meningkatnya usia semakin sedikit yang menggunakan kontrasepsi pil dan suntik.
2. Pendidikan
Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan dalam pola pengambilan keputusan dan menerima informasi dari pada seseorang yang berpendidikan rendah (Broewer, 1993). Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya sesuatu hal, termasuk pentingnya keikutsertaan dalam KB. Ini disebabkan seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih luas pandangannya dan lebih mudah menerima ide dan tata cara kehidupan baru (BKKBN, 1980). Dalam hubungan dengan pemakaian kontrasepsi pendidikan akseptor dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan jenis kontrasepsi yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kelangsungan pemakaiannya.
3. Pekerjaan
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu, bekerja bagi ibu – ibu akan mempunyai pengaruh terhadap keluarga. (Markum, AH, 1991). Pekerjaan dari peserta KB dan suami akan mempengaruhi pendapatan dan status ekonomi keluarga. Suatu keluarga dengan status ekonomi atas terdapat perilaku fertilitas yang mendorong terbentuknya keluarga besar (Singarimbun, 1996).Status pekerjaan dapat berpengaruh terhadap keikutsertaan dalam KB karena adanya factor pengaruh lingkungan pekerjaan yang mendorong seseorang untuk ikut dalam KB, sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi status dalam pemakaian kontra sepsi.
C. Analisis
1. Pembatasan
Melihat dan identifikasi beberapa permasalahan yang terkait dengan status pemakaian kontrasepsi suntik sangatlah kompleks dan bervariasi, karena adanya keterbatasan waktu sehingga tidak mempelajari secara keseluruhan. Penelitian ini membatasi pada hubungan kontrasepsi dengan peningkatan berat badan sehingga data yang diperoleh dapat memberikan informasi mengenai keadaan yang sebenarnya.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah adalah :
Apakah ada hubungan antara kontrasepsi suntik 1 bulan atau 3 bulan dengan peningkatan berat badan akseptor KB di BPS Enny Juniati tahun 2006.


D. Tujuan Penggunaan Kontrasepsi
Menurut Manuaba (2001), tujuan penggunaan kontrasepsi adalah:
- Menunda kehamilan. Pasangan dengan istri berusia kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya.
- Menjarangkan kehamilan (mengatur kesuburan). Masa saat istri berusia 20-30 tahun adalah masa yang paling baik untuk melahirkan dengan dua anak yang jarak kelahirannya 3-4 tahun.
E. Syarat Kontrasepsi yang Baik
Menurut Mochtar (1998), kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.
2. Efek samping yang merugikan tidak ada.
3.Lama kerjanya dapat diatur sesuai keinginan.
4. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
5. Cara penggunaannya sederhana.
6. Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas.
7. Dapat diterima oleh pasangan suami istri






BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/ mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma.
Kontrasepsi adalah suatu usaha untuk mencegah terjadinya konsepsi/kehamilan dengan memakai cara, alat, obat-obatan yang dapat bersifat permanen (Manuaba, 2001).
Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara atau menetap, yang dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan obat/alat, atau dengan operasi (Mansjoer, 1999).
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen (Winkjosastro, 1999). Kontrasepsi (kontra-konsepsi) merupakan pencegahan terjadinya kehamilan atau konsepsi dengan memakai cara, alat atau obat-obatan (Mochtar, 1998).
Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada umumnya mempunyai perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu menunda / mencegah kehamilan, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan / mengakhiri kehamilan atau kesuburan. Secara skematis, pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi yang rasional dijelaskan seperti
Berdasarkan materi di atas dapat disimpulkan bahwa pembangunan gerakan keluarga berencana nasional ditujukan terutama umtuk mneingkatkan kualitas sumber daya manusia dimana keluarga sebagai sumber daya terkecil yang mempunyai ikatan lahiriah dan batiniah.


Alat-alat kontrasepsi yang digunakan antara lain :
 IUD
 Suntik
 Pil
 Implant
 Kontap
 Kondom
Dari aspek diatas meliputi factor-faktor yang dapat mempengaruhi pemakaian KB yaitu
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaan










DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2003. Alat Kontrasepsi, KB dan Keluarga Sejahtera. Jakarta : BKKBN.
BKKBN. 2003. Huhungan Alat Kontrasepsi Akseptor
www.geogle.Hubungan Alat Kontrasepsi.co.id.

Sabtu, 24 April 2010

PBLII

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni yang bertujuan mencegah timbulnya penyakit, memperpanjang masa hidup dan mempertinggi nilai kesehatan dengan jalan menimbulkan, menyatukan, menyalurkan, serta mengkoordinir usaha-usaha dalam masyarakat kearah perlaksanaan usaha memperbaiki kesehatan lingkungan, mencegah dan memberantas penyakit-penyakit infeksi yang merajalela dalam masyarakat, mendidik masyarakat dalam prinsip-prinsip kesehatan perorangan, mengkoordinir tenaga-tenaga kesehatan agar mereka dapat melakukan pengobatan dan perawatan sebaik-baiknya, dan mengembangkan upaya-upaya kesehatan masyarakat agar masyarakat dapat mencapai tingkat hidup yang setinggi-tigginya dan sebaik-baik baiknya (winslow, 1920). Tujuan semua upaya-upaya kesehatan masyarakat, baik dalam bidang preventif maupun kuratif ialah agar setiap warga masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik sehat jasmani, rohani, maupun sosialnya. Untuk mencapai tujuan ini harus selalu ada pengertian, bantuan, dan partisipasi dari masyarakat demi tercapainya Indonesia Sehat tahun 2010

Untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010, di harapkan lingkungan yang kondusif bagi terwuujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih , sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dan memelihara budaya-budaya bangsa.

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dan modal dasar manusia agar dapat menjalani hidup yang wajar dengan berkarya dan menikmati kehidupan secara optimal di dunia ini secara produktif.


Upaya yang dilakukan untuk merealisasikan hal ini di tempuh melalui pembinaan professional dalam bidang promotif dan preventif yang mengarah pada permasalahan-permasalahan kesehatan masyarakat, untuk selanjutnya dapat dilakukan pengembangan program intervensi menuju perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat yang sehat. Salah satu bentuk konkrit upaya tersebut adalah dengan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL).

PBL adalah proses belajar untuk mendapatkan kemampuan profesional di bidang kesehatan masyarakat, yang merupakan kemampuan spesifik yang harus dimiliki oleh seorang tenaga profesi kesehatan masyarakat, yang meliputi:
1. Menerapkan diagnosis kesehatan masyarakat yang intinya mengenali, merumuskan dan menyusun prioritas masalah kesehatan masyarakat.
2. Mengembangkan program penanganan masalah kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif.
3. Bertindak sebagai manager madya yang dapat berfungsi sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti.
4. Melakukan pendekatan masyarakat.
5. Bekarja dalam Tim Multidisipliner.

Dari kemampuan-kemampuan itu ada empat kemampuan yang diperoleh melalui PBL yaitu ;
a. Menetapkan diagnosis kesehatan masyarakat.
b. Mengembangkan program-program intervensi kesehatan masyarakat.
c. Melakukan pendekatan masyarakat.
d. Multi disipliner dalam bekerja secara tim.

Untuk mendukung peranan ini diperlukan pengetahuan mendalam di bidang masyarakat serta cakupan program dan bentuk-bentuk kerja sama yang bisa digalang, untuk itu PBL harus dilaksanakan dengan benar dan sungguh-sungguh.



B. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari Pengalaman Belajar Lapangan II mahasiswa (i) yaitu menentukan prioritas masalah dan membuat program intervensi.
Kegiatan pendidikan keprofesian yang terbentuk lewat praktek belajar lapangan, bertujuan untuk :
Mahasiswa mampu mengenal dan memahami struktur masyarakat serta organisasinya.
1. Mahasiswa diharapkan mampu mengenal karakteristik serta norma-norma dalam masyarakat dan lingkungannya.
2. Mahasiswa diharapkan dapat mengidentifaksi masalah hasil pengumpulan data primer dan data sekunder.
3. Mahasiswa diharapkan bersama-sama masyarakat untuk menentukan masalah kesehatan.
4. Mahasiswa dapat mengenal dan memahami institusi lain serta organisasi yang terkait dengan kesehatan.
5. Mahasiswa diharapkan bersama dengan masyarakat untuk membuat prioritas masalah yang berkaitan dengan bidang kesehatan masyarakat.
6. Mahasiswa bersama dengan masyarakat membuat prioritas program dan merencanakan program untuk menyelesaikan masalah yang diprioritaskan lalu diseminarkan di lokasi masing-masing.
7. Mahasiswa mempersiapkan program yang dipilih pada PBL berikutnya.
8. Mahasiswa bekerja secara tim dalam berbagai kegiatan kelompok.
9. Mahasiswa dapat membuat laporan PBL II dan mempersiapkan program intervensi untuk PBL selanjutnya.




C. Manfaat PBL
Manfaat dari PBL II ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa, masyarakat bersama dengan instansi terkait dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi di wilayah desa Tridana Mulya, kecamatan Landono.
2. Mahasiswa dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal.
3. Mahasiswa dapat mengetahui struktur masyarakat beserta organisasi-organisasi yang ada didalamnya.
4. Mahasiswa dapat melakukan analisis situasi.
5. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah kesehatan berdasarkan hasil dari data primer dan data sekunder.
6. Mahasiswa dapat membuat prioritas masalah kesehatan yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat.
7. Mahasiswa dapat membuat pemecahan masalah dan merencanakan program intervensi masalah yang ada.














BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI

A. Keadaan Geografi dan Demografi
1. Letak Geografis
Desa Tridana Mulya adalah salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan Landono, kabupaten Konawe Selatan, kota Kendari Sulawesi Tenggara. Luas Wilayah desa Tridana Mulya adalah 228 Ha, yang terbagi dalam empat dusun yaitu dusun I, II, III, IV.
Desa Tridana Mulya memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Desa Morini Mulya.
b. Sebelah Selatan : Desa Wonua Sangia.
c. Sebelah Barat : Desa Amotowo dan Desa Lalonggapu.
d. Sebelah Timur : Desa Wonua Sangia.
2. Keadaan Demografi
a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di desa Tridana Mulya pada tahun 2009 adalah 461 jiwa. Dengan distribusi penduduk sebagai berikut:
Tabel 1
Data Distribusi Penduduk Desa Tridana Mulya Januari 2010

No Jenis Kelamin Jumlah
1. Laki-Laki 251
2. Perempuan 232
Total 446
Sumber: Data Sekunder

b. Kelompok Umur
Tabel 2
Distribusi Berdasarkan Kelompok Umur
Di Desa Tridana Mulya, Agustus 2009
No. Kelompok Umur (Thn) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. 0-6 47 10,20
2. 7-15 91 19,74
3. 16-21 164 35,57
4. 22-60 109 23,64
5. >61 50 10,85
Total 461 100
Sumber: Data Sekunder.
Dari tabel diatas maka golongan umur yang paling besar adalah umur 16-21 tahun yaitu 164 orang (35,57) .
B. Status Kesehatan
1. Data Tenaga Kesehatan
 Data tentang tenaga kesehatan Puskesmas Landono
 Sarana pelayanan kesehatan dikelurahan Tridana Mulya
Tabel 3
Distribusi Tenaga Kesehatan pada Bulan Mei 2009 di Puskesmas Landono
No. Tenaga Kesehatan Jumlah (Orang) %
1. Dokter Umum 1 3,6
2. Dokter Gigi 1 3,6
3. Perawat 10 35,7
4. Bidan 7 25,0
5. Gizi 4 14,3
6. SKM 2 7,1
7. Kesling 2 7,1
8. Pekarya 1 3,6
Total 28 100
Sumber: Data Sekunder
2. Pola Angka Kesakitan
Berdasarkan data sekunder yang di peroleh dari puskesmas Landono bulan Mei yang telah dirata-ratakan secara umum, yang masuk 10 besar penyakit dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4
Distribusi Data 10 Besar Penyakit di Wilayah Puskesmas Landono, Mei 2009
No. 10 Besar Penyakit Jumlah Penderita (Jiwa)
1. ISPA 92
2. Pencernaan 32
3. Diare 18
4. Infeksi Usus 17
5. Kecelakaan 17
6. Gangguan Syaraf 15
7. Konjungtivitis 13
8. Demam Rematik 12
9. Kulit & Jaringan Bawah Kulit 12
10. Hipertensi 11
Total 239
Sumber : Data Sekunder




C. Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya
1. Ekonomi
Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
di Desa Tridana Mulya, Agustus 2009
No Pekerjaan Jumlah (KK) %
1. Petani 61 54,47
2. PNS 21 18,76
3. Pedagang/wiraswasta 23 20,54
4. TNI/POLRI 4 3,59
5. Lain-lain 2 1,74
Total 112 100
Sumber : data primer
Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan di Desa Tridana Mulya , Agustus 2009
No Pendapatan Jumlah (N) %
1 < 500.000,- 36 32,14
2 500.000,-1.000.000,- 41 36,61
3 >1.000.000,- 35 31,25
Total 112 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan data di atas diketahui jumlah pendapatan terbanyak adalah lima ratus ribu sampai satu juta rupiah yaitu sebanyak 41 orang (36,61 %) kurang lima ratus ribu adalah 36 KK (32, 14%) serta diatas satu juta adalah 35 orang (31,25%).



Tabel 7
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di Desa Tridana Mulya, Agustus 2009
No Pendidikan N %
1 SD 43 38,39
2 SLTP 16 14,29
3 SLTA 35 31,25
4 PT 18 16,07
TOTAL 112 100
Sumber : Data Primer
Dari tabel di atas menunjukan bahwa distribusi responden yang berpendidikan SD berjumlah 43 KK (38,39%), pendidikan SLTP sebanyak 16 KK (14,29), pendidikan SLTA sebanyak 35 KK (31,24%), dan pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 18 KK (16,07%).
a. Agama
Tabel 8
Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut
Di Desa Tridana Mulya, Agustus 2009

No Agama Jumlah (Jiwa) Persentase(%)
1. Islam 325 72,22
2. Kristen 39 8,67
3. Hindu 86 19,11
4. Budha - 0
Total 450 100
Sumber: Data Primer





a. Suku

Tabel 9
Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku
di Desa Tridana Mulya, Agustus 2009

No. Suku Jumlah (Jiwa) %
1. Jawa 288 64,00
2. Bali 90 20,00
3. Bugis 34 7,56
4. Tolaki 4 0,89
5. Tator 9 2,00
6. Sunda 11 2,44
7. Muna 5 1,11
8. Menui 5 1,11
9. Flores 4 0,89
Total 450 100
Sumber : Data primer
D. Fasilitas umum yang berpengaruh terhadap program kesehatan
Adapun fasilitas yang berpengaruh terhadap kesehatan di Desa Tridana Mulya yaitu :
Tabel 10
Distribusi Responden Berdasarkan Fasilitas Kesehatan
di Desa Tridana Mulya, Agustus 2009
No Fasilitas Kesehatan jumlah Persent
1 Puskesmas induk 1 50
2 Puskesmas Pembantu 0 0
3 Polindes /poskesdes 0 0
4 Posyandu 1 50
Jumlah 2 100

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pendataan
A.1. Analisis Masalah

1. Promosi kesehatan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Tabel 11.
Cakupan Perilaku PHBS desa Tridana Mulya Januari – Desember 2009
Jmlh RT Jml jiwa Jumlah RT diperiksa Indikator
linakes ASI eks Timbang Air Bersih jamban Jentik cuci Tangan Buah + sayur fisik rokok

100 363 80 130 118 41 80 76 72 310 333 363 286
Sumber : Puskesmas Landono

Berdasarkan data diatas perilaku PHBS masyarakat Tridana Mulya baik dilihat dari 10 indikator yaitu : linakes, ASI ekslusif, timbang, Air bersih, jamban, jentik, cuci tangan, buah dan sayur, fisik, dan Rokok.











2. Kesehatan Ibu dan Anak
Tebel 12
Laporan PWS KIA desa Tridana Mulya bulan Januari-Desember 2009
No Kegiatan Pencapaian Kegiatan Indikator Standar Pelayanan Minimal
(%)
Sasaran Pencapaian %
1 K1 bumil 13 7 54 95
2 K4 13 6 46 95
3 KN1 12 9 75 90
4 KN2 12 9 75 90
5 Persalinan nakes 12 8 75 90
4 Resti 3 0 0 100
Sumber : laporan pencapaian kegiatan Puskesmas Landono 2009
Berdasarkan tabel laporan PWS KIA yang ada di desa Tridana Mulya dilihat dari KI 54 %, K4 ( 46 ), KN1 ( 75 % ), KN2 ( 75% ), Persalinan Nakes ( 75 % ), dan Resti ( 0 % ) tidak mencapai indikator Standar Pelayanan Minimal.

3. GIZI

Tabel 13.
Laporan F-III Gizi Desa Tridana Mulya bulan Januari-Desember 2009
No Kegiatan Pencapaian Kegiatan Indikator Standar Pelayanan Minimal
(%)
Sasaran Pencapaian %
1 Vitamin A Balita 43 40 93 90
2 Fe Bumil 13 0 0 90
3 Gizi buruk 0 0 0 100
4 Penimbangan ( D/S) 59 41 69
Sumber : puskesmas Landono

Berdasarkan data diatas dapat dilihat Vitamin A Balita dengan sasaran 43 yang mendapat Vitamin A mencapai 40 (93%), Fe ibu Hamil dengan sasaran 13 yang mendapat Fe (zat besi) mencapai 0, gizi buruk tidak ada kasus dan penimbanmgan (D/S) dengan sasaran 59 yang dicapai sebesar 41 (69%).
4. Imunisasi
Tabel 14.
Cakupan Imunisasi Desa Tridana Mulya bulan Januari-Desember 2009

No Sasaran Kegiatan Imunisasi
Campak % Polio % DPT-HB % DPT- 1 % BCG %
1 9 9 100 5 56 5 56 7 78 11 122
Sumber : Puskesmas Landono
Berdasarkan data diatas kegiatan Imunisasi di Desa Tridana Mulya sangat lengkap dimana jumlah sasaran bayi di Imunisasi 9 dengan capaian sebagai berikut : campak 9 (100%), polio 5 (56%), DPT-HB (56%), DPT-1 7 (78%) dan BCG 11 (122%).

5. Kesehatan Lingkungan
Tabel 15.
Laporan Inpeksi Sanitasi Dasar Desa Tridana Mulya bulan Januari-Desember 2009
No. Sanitasi dasar Target/tahun Jan Feb. Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des Jumlah %
1 Rumah sehat 409 15 25 25 30 15 25 39 18 35 35 60 25 317 85
2 Jamban 313 15 25 20 25 15 20 28 19 17 20 60 50 313 100
3 SPAL 217 10 8 5 10 5 6 12 13 14 17 12 20 142 65
4 TPS 203 10 8 5 10 10 6 22 13 0 17 12 24 137 67
Sumber : Puskesmas Landono
Berdasarkan data diatas Rumah Sehat dengan Target 409 yang ada adalah 317 ( 85%), jamban dengan target 313 yang dicapai 313 (100%), SPAL dengan target 217 yang dicapai 142 (65%) dan TPS dengan target 203 yang dicapai 137 (67%).


6. Pemberantasan Penyakit Menular

Tabel 16.
Laporan Rekapitulasi Penyakit Menular Desa Tridana Mulya 2009

No
Nama Penyakit Pelayanan kesehatan
Presentase
( % )

Jumlah penduduk Jumlah penderita Mati
1 Diare 461 49 - 10,63 %
2 Malaria 461 13 - 2,82 %
Sumber : Puskesmas Landono
Berdasarkan data diatas penderita penyakit Diare 49 (10,63%), dan penderita penyakit Malaria 13 (2,82%)

A.2. Identifikasi Masalah
Dari data-data diatas dan hasil analisis yang sederhana, maka banyak permasalahan yang timbul dalam masyarakat Tridana Mulya yang disebabkan oleh faktor ketidaktahuan dan ketidakmampuan masyarakat dalam menjalankan tugas-tugas dalam bidang kesehatan, sehingga timbulah masalah-masalah kesehatan sebagai berikut :
1. Promkes
2. Kesehatan Ibu dan Anak
3. Gizi ( Fe Bumil, Penimbangan )
4. Imunisasi
5. Kesehatan Lingkungan ( SPAL dan TPS)
6. Penyakit Menular ( Diare dan Malaria )






A.3. Prioritas Masalah
Menetapkan prioritas dari sekian banyak masalah kesehatan di masyarakat saat ini merupakan tugas yang penting dan semakin sulit. Manager kesehatan masyarakat sering dihadapkan pada masalah yang semakin menekan dengan sumber daya yang semakin terbatas. Metode untuk menetapkan prioritas secara adil, masuk akal, dan mudah dihitung merupakan perangkat manajemen yang penting.
Metode yang dijelaskan di sini memberikan cara untuk membandingkan berbagai masalah kesehatan dengan cara yang relatif, tidak absolut/mutlak, memiliki kerangka, sebisa mungkin sama/sederajat, dan objektif.
Metode ini, yang disebut dengan Metode Hanlon maupun Sistem Dasar Penilaian Prioritas (BPRS), dijelaskan dalam buku Public Health: Administration and Practice (Hanlon and Pickett, Times Mirror/Mosby College Publishing) dan Basic Health Planning (Spiegel and Hyman, Aspen Publishers).
Metode ini memiliki tiga tujuan utama:
• Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas
• Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki bobot relatif satu sama lain
• Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dinilai secara individual.
Formula Dasar Penilaian Prioritas
Berdasarkan tinjauan atas percobaan berulang yang dilakukan dalam mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan, pola kriteria yang konsisten menjadi kelihatan jelas. Pola tersebut tercermin pada komponen-komponen dalam sistem ini.
Komponen A = Ukuran/Besarnya masalah
Komponen B = Tingkat keseriusan masalah
Komponen C = Perkiraan efektivitas solusi
Komponen D = PEARL faktor ((propriety, economic feasibility, acceptability, resource availability, legality--Kepatutan, kelayakan ekonomi, dapat diterima, ketersediaan sumber daya, dan legalitas).
Semua komponen tersebut diterjemahkan ke dalam dua rumus yang merupakan nilai numerik yang memberikan prioritas utama kepada mereka penyakit / kondisi dengan skor tertinggi.
Nilai Dasar Prioritas/Basic Priority Rating (BPR)> BPR = (A + B) C / 3
Nilai Prioritas Keseluruhan/Basic Priority Rating (OPR)> OPR = [(A + B) C / 3] x D
Perbedaan dalam dua rumus akan menjadi semakin nyata ketika Komponen D (PEARL) dijelaskan. Penting untuk mengenal dan menerima hal-hal tersebut, karena dengan berbagai proses seperti itu, akan terdapat sejumlah besar subyektivitas. Pilihan, definisi, dan bobot relatif yang ditetapkan pada komponen merupakan keputusan kelompok dan bersifat fleksibel. Lebih jauh lagi, nilai tersebut merupakan penetapan dari masing-masing individu pemberi nilai. Namun demikian, beberapa kontrol ilmiah dapat dicapai dengan menggunakan definisi istilah secara tepat, dan sesuai dengan data statistik dan akurat.
Komponen

Komponen A - Ukuran/Besarnya Masalah
Komponen ini adalah salah satu yang faktornya memiliki angka yang kecil. Pilihan biasanya terbatas pada persentase dari populasi yang secara langsung terkena dampak dari masalah tersebut, yakni insiden, prevalensi, atau tingkat kematian dan angka.
Ukuran/besarnya masalah juga dapat dipertimbangkan dari lebih dari satu cara. Baik keseluruhan populasi penduduk maupun populasi yang berpotensi/berisiko dapat menjadi pertimbangan. Selain itu, penyakit –penyakit dengan faktor risiko pada umumnya, yang mengarah pada solusi bersama/yang sama dapat dipertimbangkan secara bersama-sama. Misalnya, jika kanker yang berhubungan dengan tembakau dijadikan pertimbangan, maka kanker paru-paru, kerongkongan, dan kanker mulut dapat dianggap sebagai satu. Jika akan dibuat lebih banyak penyakit yang juga dipertimbangkan, penyakit cardiovascular mungkin juga dapat dipertimbangkan. Nilai maksimal dari komponen ini adalah 10. Keputusan untuk menentukan berapa ukuran/besarnya masalah biasanya merupakan konsensus kelompok.
Komponen B – Tingkat Keseriusan Masalah
Kelompok harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin dan menentukan tingkat keseriusan dari masalah. Sekalipun demikian, angka dari faktor yang harus dijaga agar tetap pada nilai yang pantas. Kelompok harus berhati-hati untuk tidak membawa masalah ukuran atau dapat dicegahnya suatu masalah ke dalam diskusi, karena kedua hal tersebut sesuai untuk dipersamakan di tempat yang lain.
Maksimum skor pada komponen ini adalah 20. Faktor-faktor harus dipertimbangkan bobotnya dan ditetapkan secara hati-hati. Dengan menggunakan nomor ini (20), keseriusan dianggap dua kali lebih pentingnya dengan ukuran/besarnya masalah.
Faktor yang dapat digunakan adalah:
• Urgensi: sifat alami dari kedaruratan masalah; tren insidensi, tingkat kematian, atau faktor risiko; kepentingan relatif terhadap masayarakat; akses terkini kepada pelayanan yang diperlukan.
• Tingkat keparahan: tingkat daya tahan hidup, rata-rata usia kematian, kecacatan/disabilitas, angka kematian prematur relatif.
• Kerugian ekonomi: untuk masyarakat (kota / daerah / Negara), dan untuk masing-masing individu.
Masing-masing faktor harus mendapatkan bobot. Sebagai contoh, bila menggunakan empat faktor, bobot yang mungkin adalah 0-5 atau kombinasi manapun yang nilai maksimumnya sama dengan 20. Menentukan apa yang akan dipertimbangkan sebagai minimum dan maksimum dalam setiap faktor biasanya akan menjadi sangat membantu. Hal ini akan membantu untuk menentukan batas-batas untuk menjaga beberapa perspektif dalam menetapkan sebuah nilai numerik. Salah satu cara untuk mempertimbangkan hal ini adalah dengan menggunakannya sebagai skala seperti:
0 = tidak ada
1 = beberapa
2 = lebih (lebih parah, lebih gawat, lebih banyak, dll)
3 = paling
Komponen C - Efektivitas dari Intervensi
Komponen ini harus dianggap sebagai "Seberapa baikkan masalah ini dapat diselesaikan?" Faktor tersebut mendapatkan skor dengan angka dari 0 - 10. Komponen ini mungkin merupakan komponen formula yang paling subyektif. Terdapat sejumlah besar data yang tersedia dari penelitian-penelitian yang mendokumentasikan sejauh mana tingkat keberhasilan sebuah intervensi selama ini.
Efektivitas penilaian, yang dibuat berdasarkan tingkat keberhasilan yang diketahui dari literatur, dikalikan dengan persen dari target populasi yang diharapkan dapat tercapai.
Contoh: Berhenti Merokok
Target populasi 45.000 perokok
Total yang mencoba untuk berhenti 13.500
Efektivitas penghentian merokok 32% atau 0,32
Target populasi x efektivitas 0,30 x 0,32 = 0,096 atau 0,1 atau 1
Contoh: Imunisasi
Target populasi 200.000
Jumlah yang terimunisasi yang diharapkan 193.000
Persen dari total 97% atau 0,97
Efektivitas 94% atau 0,94
Populasi yang tercapai x efektivitas 0,97 x 0,94 = 0,91 atau 9,1
Sebuah keuntungan dengan mempertimbangkan populasi target dan jumlah yang diharapkan adalah akan didapatkannya perhitungan yang realistis mengenai sumber daya yang dibutuhkan dan kemampuan yang diharapkan untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan.






Komponen D – PEARL
PEARL yang merupakan kelompok faktor itu, walaupun tidak secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan, memiliki pengaruh yang tinggi dalam menentukan apakah suatu masalah dapat diatasi.
P – Propierity/Kewajaran. Apakah masalah tersebut berada pada lingkup keseluruhan misi kita?
E – Economic Feasibility/Kelayakan Ekonomis. Apakah dengan menangani masalah tersebut akan bermakna dan memberi arti secara ekonomis? Apakah ada konsekuensi ekonomi jika masalah tersebut tidak diatasi?
A – Acceptability. Apakah dapat diterima oleh masyarakat dan / atau target populasi?
R – Resources/Sumber Daya. Apakah tersedia sumber daya untuk mengatasi masalah?
L – Legalitas. Apakah hukum yang ada sekarang memungkinkan masalah untuk diatasi?
Masing-masing faktor kualifikasi dipertimbangkan, dan angka untuk setiap faktor PEARL adalah 1 jika jawabannya adalah "ya" dan 0 jika jawabannya adalah "tidak." Bila penilaian skor telah lengkap/selesai, semua angka-angka dikalikan untuk mendapatkan jawaban akhir terbaik. Karena bersama-sama, faktor-faktor ini merupakan suatu produk dan bukan merupakan jumlah. Singkatnya, jika salah satu dari lima faktor yang "tidak", maka D akan sama dengan 0. Karena D adalah pengali akhir dalam rumus , maka jika D = 0, masalah kesehatan tidak akan diatasi dibenahi dalam OPR, terlepas dari seberapa tingginya peringkat masalah di BPR. Sekalipun demikian, bagian dari upaya perencanaan total mungkin termasuk melakukan langkah-langkah lanjut yang diperlukan untuk mengatasi PEARL secara positif di masa mendatang. Misalnya, jika intervensi tersebut hanya tidak dapat diterima penduduk, dapat diambil langkah-langkah bertahap untuk mendidik masyarakat mengenai manfaat potensial dari intervensi, sehingga dapat dipertimbangkan di masa mendatang.
Untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di desa Tridana Mulya secara keseluruhan tidak mungkin, oleh karena itu perlu dilakukan prioritas masalah kesehatan, mana masalah kesehatan dan keperawatan yang mengancam kehidupan dan mengancam kesehatan masyarakat itulah yang menjadi Prioritas utama.


Agar dapat melakukan prioritas kesehatan dalam masyarakat secara tetap, maka dilakukan pembobotan masalah dengan mengunakan metode Hanlon sebagai berikut :
1. Promosi Kesehatan
No Masalah Kesehatan A B C D Basic Priority Rating (BPR)
( A+B)C/3 OPR
(A+B)C/3]D
1 Linakes 0 0 4 1 0 0
2 ASI Ekslusif 0 0 4 1 0 0
3 Penimbangan 2 3 3 1 5 5
4 SAB 1 1 3 1 2 2
5 Jamban keluarga 0 0 3 1 0 0
6 Pemberantasan jentik 3 3 1 1 2 2
7 Cuci tangan 3 2 2 1 3,3 3,3
8 Cuci buah dan sayur 2 2 2 1 2,7 2,7
9 Merokok 3 4 1 1 2,3 2,3
Total 17,3
Ket :
A : Besarnya Masalah
0 = Tidak ada masalah
1 = Kurang masalah
2 = Cukup Masalah
3 = Masalah
4 = Sangat Masalah
B : Tingkat Keseriusan
0 = Tidak serius
1 = Ringan
2 = Sedang
3 = Serius
4 = Sangat Serius
2. Kesehatan Ibu dan Anak

No Masalah kesehatan A B C D Nilai Prioritas Dasar
( A+B)C/3 Nilai Prioritas Total
[ (A+B)C/3]D
1 K1 3 3 2 1 4 4
2 K4 3 4 3 1 7 7
3 KN1 2 2 3 1 4 4
4 KN2 2 2 3 1 4 4
5 KB 2 2 3 1 4 4
Total 23

KET :
A : Besarnya Masalah
0 = Tidak ada masalah
1 = Kurang masalah
2 = Cukup Masalah
3 = Masalah
4 = Sangat Masalah
B : Tingkat Keseriusan
0 = Tidak serius
1 = Ringan
2 = Sedang
3 = Serius
4 = Sangat Serius







3. Gizi


No Masalah kesehatan A B C D Nilai Prioritas Dasar
( A+B)C/3 Nilai Prioritas Total
[ (A+B)C/3]D
1 Vit. A Balita 0 0 3 1 0 0
2 Fe Bumil 4 3 3 1 7 7
3 Gizi kurang 3 2 2 1 3,3 3,3
4 Penimbangan 2 3 3 1 5 5
Total 15,3
KET :
A : Besarnya Masalah
0 = Tidak ada masalah
1 = Kurang masalah
2 = Cukup Masalah
3 = Masalah
4 = Sangat Masalah
B : Tingkat Keseriusan
0 = Tidak serius
1 = Ringan
2 = Sedang
3 = Serius
4 = Sangat Serius









4. Imunisasi

No Masalah kesehatan A B C D Nilai Prioritas Dasar
( A+B)C/3 Nilai Prioritas Total
[ (A+B)C/3]D
1 BCG 0 0 3 1 0 0
2 DPT-1 + HB1 2 2 2 1 2,7 2,7
3 DPT-HB 3 3 2 1 4 4
3 Polio 3 3 2 1 4 4
4 Campak 0 0 3 1 0 0
Total 10,7

A : Besarnya Masalah
0 = Tidak ada masalah
1 = Kurang masalah
2 = Cukup Masalah
3 = Masalah
4 = Sangat Masalah
B : Tingkat Kesiriusan
0 = Tidak serius
1 = Ringan
2 = Sedang
3 = Serius
4 = Sangat Serius








5. Kesehatan Lingkungan

No Masalah kesehatan A B C D Nilai Prioritas Dasar
( A+B)C/3 Nilai Prioritas Total
[ (A+B)C/3]D
1 Rumah Sehat 2 2 2 1 2,7 2,7
2 Jamban Keluarga 0 0 3 1 0 0
3 SPAL 3 3 2 1 4 4
4 TPS 4 3 2 1 4,7 4,7
Total 11,7

A : Besarnya Masalah
0 = Tidak ada masalah
1 = Kurang masalah
2 = Cukup Masalah
3 = Masalah
4 = Sangat Masalah
B : Tingkat Kesiriusan
0 = Tidak serius
1 = Ringan
2 = Sedang
3 = Serius
4 = Sangat Serius









6. Penyakit Menular


No Masalah kesehatan A B C D Nilai Prioritas Dasar
( A+B)C/3 Nilai Prioritas Total
[ (A+B)C/3]D
1 ISPA 0 0 3 1 0 0
2 Diare 3 3 3 1 6 6
3 Malaria 2 3 3 1 5 5
4 TBC Paru 0 0 3 1 0 0
Total 11


A : Besarnya Masalah
0 = Tidak ada masalah
1 = Kurang masalah
2 = Cukup Masalah
3 = Masalah
4 = Sangat Masalah
B : Tingkat Kesiriusan
0 = Tidak serius
1 = Ringan
2 = Sedang
3 = Serius
4 = Sangat Serius






Berdasarkan hasil pembobotan masalah diatas, maka urutan prioritas masalah kesehatan masyarakat Desa Tridana Mulya disusun sebagai berikut :
Prioritas 1 = Kesehatan Ibu dan Anak
Prioritas 2 = Promosi Kesehatan
Prioritas 3 = Gizi
Prioritas 4 = Kesehatan Lingkungan
Prioritas 5 = Penyakit Menular
Prioritas 6 = Imunisasi

Dari ke-6 prioritas masalah kesehatan diatas yang menjadi prioritas, pada program kesehatan lingkungan akan dilakukan intervensi fisik berupa Pembuatan SPAL dan TPS percontohan sekaligus intervensi non fisik berupa penyuluhan. Sedangkan program KIA dalam hal ini K4, Promkes dalam hal ini Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Gizi dalam hal ini Fe Bumil, Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) dalam hal ini penyakit Diare dan Malaria, Imunisasi (imunisasi lengkap).
A.4. Penyusunan Rencana
Perencanaan yang disusun berdasarkan prioritas masalah yang disusun secara sistematis. Yaitu
A. Program KIA
 Perumusan Tujuan dan Sasaran
- Tujuan Umum
Masyarakat dapat menjelaskan program KIA
- Tujuan Khusus
Masyarakat dapat mengetahui upaya-upaya dalam kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak berupa Kunjungan Ibu hamil, kunjungan neonatal, Ibu hamil resiko tinggi dan bayi yang berada dibawah garis merah
- Sasaran
Yang menjadi sasaran adalah Ibu-Ibu pasangan Usia Subur dengan target 40 orang dari 4 dusun dan indikator keberhasilan yaitu 80 % dari jumlah sasaran.


 Perumusan kegiatan
- Kegiatan dilaksanakan pada PBL III berupa memberikan penyuluhan.
 Perumusan Sumber Daya
- Sumber daya meliputi : peserta PBL, Ibu-Ibu pasangan usia subur
- Alat/Perlengkapan : Leptop, LCD dan Brosur
- Dana : peserta PBL, Swdaya Masyarakat dan Instansi yang tidak terikat
B. Program Kesehatan Lingkungan
 Perumusan Tujuan dan Sasaran
- Tujuan umum
Masyarakat dapat memberikan gambaran tentang pembuatan SPAL dan TPS yang memenuhi syarat.
- Tujuan khusus
Masyarakat dapat membuat SPAL dan TPS yang memenuhi syarat
- Sasaran dan target
Sasaran yaitu Bapak-bapak dengan target 20 orang dengan indaktor keberhasilan 80 % dari jumlah sasaran
 Perumusan kegiatan
Kegiatan yang akan dilakukan adalah pembuatan SPAL dan TPS percontohan yang dilakukan secara gotong royong bersama masyarakat
 Perumusan Sumber Daya
- Tenaga adalah bapak-bapak
- Bahan/alat : pipa 4 inchi 2 buah, sambungan Pipa 1 buah dan Cincin I Buah
- Dana : swadaya masyarakat dan bantuan instansi lain yang tidak mengikat.
C. Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
 Perumusan Tujuan dan Sasaran
- Tujuan Umum
Masyarakat dapat menjelaskan penyakit Diare dan Malaria
- Tujuan khusus
Masyarakat dapat mengetahui Penyakit Diare dan Malaria
- Sasaran dan target
Sasaran penyuluhan adalah Masyarakat Tridana Mulya dengan target 50 Orang serta indikator keberhasilan 80 persen dari jumlah yang hadir

 Perumusan kegiatan
Kegiatan dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit Diare dan penyakit Malaria
 Perumusan Sumber Daya
- Tenaga : peserta PBL dan Masyarakat
- Alat/perlengkapan : LCD, brosur
- Dana : peserta PBL, swadaya masyarakat dan bantuan instansi lain yang tidak mengikat.

D. Promosi Kesehatan
 Perumusan Tujuan dan Sasaran
- Tujuan Umum
Masyarakat dapat menjelaskan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
- Tujuan Khusus
Masyarakat dapat mengetahui Perlaku Hidup Bersih dan Sehat (cuci tangan sebelum makan)
- Sasaran dan target
Sasaran penyuluhan Masyarakat desa Tridana Mulya dengan target 40 orang serta Indikator keberhasilan 80 % dari jumlah sasaran yang hadir
 Perumusan kegiatan
Kegiatan dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang PHBS (Cuci tangan sebelum makan)
 Perumusan Sumber Daya
- Tenaga : peserta PBL dan Masyarakat
- Alat/perlengkapan : LCD, brosur
- Dana : peserta PBL, swadaya masyarakat dan bantuan instansi lain yang tidak mengikat.
-
E. Gizi
 Perumusan Tujuan dan Sasaran
- Tujuan Umum
Masyarakat dapat menjelaskan tentang manfaat Fe bumil, Triguna Makanan
- Tujuan Khusus
Masyarakat dapat mengetahui manfaat Fe Bumil dan Triguna Makanan
- Sasaran dan target
Sasaran penyuluhan Masyarakat desa Tridana Mulya dengan target 40 orang serta Indikator keberhasilan 80 % dari jumlah sasaran yang hadir
 Perumusan kegiatan
Kegiatan dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang Fe Bumil dan Triguna Makanan
 Perumusan Sumber Daya
- Tenaga : peserta PBL dan Masyarakat
- Alat/perlengkapan : LCD, brosur
- Dana : peserta PBL, swadaya masyarakat dan bantuan instansi lain yang tidak mengikat.
F. Imunisasi
 Perumusan Tujuan dan Sasaran DPT-HB
- Tujuan Umum
Masyarakat dapat menjelaskan tentang manfaat Imunisasi BCG, DPT 1+HB1, DPT-HB, Polio, dan Campak
- Tujuan Khusus
Masyarakat dapat mengetahui manfaat Imunisasi
- Sasaran dan target
Sasaran penyuluhan Masyarakat desa Tridana Mulya dengan target 40 orang serta Indikator keberhasilan 80 % dari jumlah sasaran yang hadir
 Perumusan kegiatan
Kegiatan dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang Imunisasi
 Perumusan Sumber Daya
- Tenaga : peserta PBL dan Masyarakat
- Alat/perlengkapan : LCD, brosur
- Dana : peserta PBL, swadaya masyarakat dan bantuan instansi lain yang tidak mengikat.

A.5. Plan Of Action (POA) atau Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Penyusunan Plan Of Action dalam Rencana Intervensi pada PBL III yaitu
1. Program kesehatan lingkungan
a) Penjadwalan
- Penentuan waktu
Waktu pelaksanaan interfensi dilakukan pada PBL III selama 2 minggu
- Penentuan lokasi dan sasaran
Lokasi berada didesa Tidana Mulya dengan sasaran masyarakat Tridana Mulya, dimana lokasi pembuatan:
 TPS: dibalai desa
 SPAL: dirumah kepala desa
 Penyuluhan: dibalai desa
b) Pengalokasian sumber daya, meliputi:
- Dana
Dana diperoleh dari bantuan yayasan hakli dan swadaya masyarakat serta instansi lain yang tidak terikat dan pemanfaatannya untuk pembuatan SPAL dan TPS.
c) Pelaksanaan kegiatan meliputi
- Persiapan
Persiapan sejak PBL II, pengerakkan dan pelaksanaan pada PBL III dan kegiatan diawasi oleh kepala desa, peserta PBL serta masyarakat
- Penggerakan dan pelaksanaan
Penggerakan dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL dan dilaksanakan secara gotong royong dengan masyarakat.
- Pengawasan, pengendalian dan penilaian
Pengawasan dan pengendalian dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL, serta dinilai secara bersama-sama dengan masyarakat.

2. Program KIA
a) Penjadwalan
- Penentuan waktu
Waktu pelaksanaan interfensi dilakukan pada PBL III selama 2 minggu
- Penentuan lokasi dan sasaran
Lokasi berada didesa Tidana Mulya dengan sasaran masyarakat Tridana Mulya, dimana lokasi:
 Penyuluhan: dibalai desa
b) Pengalokasian sumber daya, meliputi:
- Dana
Dana diperoleh dari bantuan yayasan hakli dan swadaya masyarakat serta instansi lain yang tidak terikat
- Jenis dan jumlah sarana ynag dibutuhkan.
c) Pelaksanaan kegiatan meliputi
- Persiapan
Persiapan sejak PBL II, pengerakkan dan pelaksanaan pada PBL III dan kegiatan diawasi oleh kepala desa, peserta PBL serta masyarakat
- Penggerakan dan pelaksanaan
Penggerakan dilakukan oleh kepala desa, peserta PBL dan kader posyandu.
- Pengawasan, pengendalian dan penilaian
Pengawasan dan pengendalian dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL, serta dinilai secara bersama-sama dengan masyarakat.
3. Program Promkes
a) Penjadwalan
- Penentuan waktu
Waktu pelaksanaan interfensi dilakukan pada PBL III selama 2 minggu
- Penentuan lokasi dan sasaran
Lokasi berada didesa Tidana Mulya dengan sasaran masyarakat Tridana Mulya, dimana lokasi:
 Penyuluhan: dibalai desa

b) Pengalokasian sumber daya, meliputi:
- Dana
Dana diperoleh dari bantuan yayasan hakli dan swadaya masyarakat serta instansi lain yang tidak terikat
- Jenis dan jumlah sarana ynag dibutuhkan.
c) Pelaksanaan kegiatan meliputi
- Persiapan
Persiapan sejak PBL II, pengerakkan dan pelaksanaan pada PBL III dan kegiatan diawasi oleh kepala desa, peserta PBL serta masyarakat
- Penggerakan dan pelaksanaan
Penggerakan dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL.
- Pengawasan, pengendalian dan penilaian
Pengawasan dan pengendalian dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL, serta dinilai secara bersama-sama dengan masyarakat.
4. Program P2M
a) Penjadwalan
- Penentuan waktu
Waktu pelaksanaan interfensi dilakukan pada PBL III selama 2 minggu
- Penentuan lokasi dan sasaran
Lokasi berada didesa Tidana Mulya dengan sasaran masyarakat Tridana Mulya, dimana lokasi:
 Penyuluhan: dibalai desa
- Pengorganisasian
b) Pengalokasian sumber daya, meliputi:
- Dana
Dana diperoleh dari bantuan yayasan hakli dan swadaya masyarakat serta instansi lain yang tidak terikat
- Jenis dan jumlah sarana ynag dibutuhkan.
c) Pelaksanaan kegiatan meliputi
- Persiapan
Persiapan sejak PBL II, pengerakkan dan pelaksanaan pada PBL III dan kegiatan diawasi oleh kepala desa, peserta PBL serta masyarakat
- Penggerakan dan pelaksanaan
Penggerakan dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL.
- Pengawasan, pengendalian dan penilaian
Pengawasan dan pengendalian dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL, serta dinilai secara bersama-sama dengan masyarakat.
5. Program program Gizi
a) Penjadwalan
- Penentuan waktu
Waktu pelaksanaan interfensi dilakukan pada PBL III selama 2 minggu
- Penentuan lokasi dan sasaran
Lokasi berada didesa Tidana Mulya dengan sasaran masyarakat Tridana Mulya, dimana lokasi:
 Penyuluhan: dibalai desa
b) Pengalokasian sumber daya, meliputi:
- Dana
Dana diperoleh dari bantuan yayasan hakli dan swadaya masyarakat serta instansi lain yang tidak terikat
- Jenis dan jumlah sarana ynag dibutuhkan.
c) Pelaksanaan kegiatan meliputi
- Persiapan
Persiapan sejak PBL II, pengerakkan dan pelaksanaan pada PBL III dan kegiatan diawasi oleh kepala desa, peserta PBL serta masyarakat
- Penggerakan dan pelaksanaan
Penggerakan dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL.
- Pengawasan, pengendalian dan penilaian
Pengawasan dan pengendalian dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL, serta dinilai secara bersama-sama dengan masyarakat.


B. Pembahasan

A. Promosi Kesehatan
a. Pengertian
 Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak hanya sada, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya suatu anjuran yang ada hubunganya dengan kesehatan. ( Azrul Anwar )
 Pendidikan kesehatan adalah uapaya menterjemahkan yang telah diketahui tentang kesehatan kedalam perilaku yang diinginkan dari perorangan ataupun masyarakat melalui proses pendidikan. ( Grout )
 Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat. (Nyswander )
2. Rumah Tangga Sehat
a. Pengertian
Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang memenuhi minimal 10 indikator, sebagai berikut :
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Adalah tindakan yang dilakukan Bidan/Nakes lainnya dalam proses lahirnya janin dari kandungan ke dunia luar dimulai dari tanda-tanda lahirnya bayi, pemotongan tali pusat dan keluarnya placenta.
2. Balita diberi ASI eksklusif. Adalah proporsi bayi usia 0-6 bulan yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir.
3. Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan. Adalah penduduk semua umur yang tercakup berbagai jenis pembiayaan pra upaya seperti Askes, Jamsostek, Asuransi Perusahaan, Dana Sehat, Kartu Sehat dll.
4. Tidak merokok. Adalah penduduk umur 10 tahun ke atas yang tidak merokok selama 1 bulan terakhir.
5. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. Adalah penduduk 10 tahun ke atas dalam seminggu terakhir melakukan aktivitas fisik sedang atau berat minimal 30 menit setiap hari.
6. Makan sayur dan buah setiap hari. Adalah penduduk 10 tahun ke atas yang mengkonsumsi minimal 2 porsi sayuran dan 2 porsi buah-buahan dalam seminggu terakhir.
7. Tersedia air bersih. Rumah tangga memiliki akses terhadap air bersih adalah rumah tangga yang memakai sehari-hari kebutuhan air minum yang meliputi air dalam kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung, serta mata air terlindung yang berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah.
8. Tersedianya jamban. Adalah rumah tangga menggunakan jamban dengan septic tank atau lubang penampungan sebagai pembuangan akhir.
9. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni. Adalah lantai rumah yang ditempati dan digunakan untuk keperluam sehari-hari dibagi dengan jumlah penghuni rumah (2,5 m2/orang).
10. Lantai rumah bukan dari tanah. Adalah bagian bawah/dasar/alas suatu ruangan terbuat dari semen, papan, dan ubin.
Catatan khusus : Apabila dalam rumah tangga tersebut tidak ada ibu yang pernah melahirkan dan tidak ada balita, maka pengertian rumah tangga sehat adalah rumah tangga yang memenuhi 8 indikator.
b. Definisi Operasional
Rumah tangga sehat adalah proporsi rumah tangga yang memenuhi 10 indikator, yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, balita diberi ASI eksklusif, mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, tidak merokok, melakukan aktivitas fisik setiap hari, makan sayur dan buah setiap hari, tersedia air bersih, tersedianya jamban, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, dan lantai rumah bukan dari tanah.








B. Kesehatan Ibu dan Anak
1. Cakupan kunjungan ibu hamil K- 4
a. Pengertian
1) Ibu hamil K-4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan.
2) Pelayanan adalah pelayanan/pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil sesuai standar pada masa kehamilan oleh tenaga kesehatan terampil (Dokter, Bidan, dan Perawat).
b. Definisi Operasional
Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal 4 kali sesuai dengan stándar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.


2. Cakupan pertolongan persalinan oleh Bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
a. Pengertian
1) Pertolongan persalinan adalah pertolongan ibu bersalin di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang mendapatkan pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
2) Kompetensi kebidanan adalah keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan dalam bidang pelayanan kebidanan (Dokter dan Bidan).
b. Definisi Operasional
Cakupan pertolongan persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan adalah cakupan Ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.



3. Ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk
a. Pengertian
1) Risti/Komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.
2) Risti/komplikasi kebidanan meliputi: (Hb < 8 g%, Tekanan darah tinggi (sistole > 140 mmHg, Diastole > 90 mmHg, Oedema nyata, eklampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, Letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan prematur.
3) Bumil Risti / komplikasi yang dirujuk adalah Bumil Risti / Komplikasi yang ditemukan untuk mendapat pertolongan pertama dan rujukan oleh tenaga kesehatan.
b. Definisi Operasional
Ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk adalah Ibu hamil risiko tinggi/komplikasi yang dirujuk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
4. Cakupan kunjungan neonatus
a. Pengertian
1) Cakupan Kunjungan Neonatus (KN) adalah pelayanan kesehatan kepada bayi umur 0-28 hari di sarana pelayanan kesehatan maupun pelayanan melalui kunjungan rumah.
2) Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit, dan pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; manajemen terpadu bayi muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan Buku KIA.
3) Setiap neonatus memperoleh pelayanan kesehatan minimal 2 kali yaitu 1 kali pada umur 0-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari.
b. Definisi Operasional
Cakupan kunjungan neonatus adalah cakupan neonatus yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh Dokter, Bidan, Perawat yang memilki kompetensi klinis kesehatan neonatal, paling sedikit 2 kali, di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.



5. Cakupan kunjungan bayi
a. Pengertian
1) Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan kunjungan bayi umur 1- 12 bulan di sarana pelayanan kesehatan maupun di rumah, posyandu, tempat penitipan anak, panti asuhan dan sebagainya, melalui kunjungan petugas.
2) Pelayanan kesehatan tersebut meliputi deteksi dini kelainan tumbuh kembang bayi (DDTK), stimulasi perkembangan bayi, MTBM, manajemen terpadu balita sakit (MTBS), dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA yang diberikan oleh dokter, bidan dan perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan bayi.
3) Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 1-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan dan 1 kali pada umur 9-12 bulan.
b. Definisi Operasional
Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh Dokter, Bidan, Perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan bayi, paling sedikit 4 kali, di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
C. GIZI
1. Cakupan balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali per tahun.
a. Pengertian
1) Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul vitamin A adalah bayi yang berumur mulai umur 6 bulan s/d 11 bulan dan anak umur 12 – 59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi.
2) Kapsul vitamin A dosis tinggi terdiri dari kapsul vitamin A berwarna biru dengan dosis 100.000 S.I yang diberikan kepada bayi umur 6-11 bulan dan kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis 200.000 S.I. yang diberikan kepada anak umur 12 – 59 bulan.
b. Definisi Operasional
Cakupan balita mendapat kapsul vitamin A adalah cakupan bayi 6 – 11 bulan mendapat kapsul vitamin A satu kali dan anak umur 12-59 bulan mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi dua kali per tahun di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
2. Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe
a. Pengertian
1) Ibu hamil adalah ibu yang mengandung mulai trimester I s/d trismester III.
2) Tablet Fe adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi Anemia Gizi Besi yang diberikan kepada ibu hamil.
b. Definisi Operasional
Cakupan Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe adalah cakupan Ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
3. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada Bayi Bawah Garis Merah dari keluarga miskin.
a. Pengertian
1) Bayi Bawah Garis Merah (BGM) keluarga miskin adalah bayi usia 6-11 bulan yang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS.
2) Keluarga Miskin (Gakin) adalah keluarga yang dtetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui Tim Koordinasi Kabupaten/Kota (TKK) dengan melibatkan Tim Desa dalam mengidentifikasi nama dan alamat Gakin secara tepat, sesuai dengan Gakin yang disepakati.
3) MP-ASI dapat berbentuk bubur, nasi tim dan biskuit yang dapat dibuat dari campuran beras, dan atau beras merah, kacangkacangan, sumber protein hewani/nabati, terigu, margarine, gula, susu, lesitin kedele, garam bikarbonat dan diperkaya dengan vitamin dan mineral.
b. Definisi Operasional
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi BGM dari keluarga miskin adalah pemberian MP-ASI dengan porsi 100 gram per hari selama 90 hari.
4. Balita gizi buruk mendapat perawatan
a. Pengertian
1) Balita adalah anak usia di bawah lima tahun (0 tahun sampai dengan 4 tahun 11 bulan), yang ada di kabupaten/kota.
2) Gizi buruk adalah status gizi menurut berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) dengan Z-score < −3, dan atau dengan tanda-tanda klinis (marasmus, kwasiorkor, dan marasmuskwasiorkor). 50
3) Perawatan sesuai standar yaitu pelayanan yang diberikan mencakup :
• Pemeriksaan klinis meliputi kesadaran, dehidrasi, hipoglikemi, dan hipotermi;
• Pengukuran antropometri menggunakan parameter BB dan TB;
• Pemberian larutan elektrolit dan multi-micronutrient serta memberikan makanan dalam bentuk, jenis, dan jumlah yang sesuai kebutuhan, mengikuti fase Stabilisasi, Transisi, dan Rehabilitasi;
• Diberikan pengobatan sesuai penyakit penyerta;
• Ditimbang setiap minggu untuk memantau peningkatan BB sampai mencapai Z-score -1;
• Konseling gizi kepada orang tua/pengasuh tentang cara memberi makan anak.
b. Definisi Operasional
Balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

D Pelayanan Imunisasi
Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
a. Pengertian
1) Desa/Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan/atau daerah kota di bawah kecamatan. (Undang- Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Daerah).
2) Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah kabupaten.
3) UCI (Universal Child Immunization) ialah tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, WUS dan anak sekolah tingkat dasar.
4) Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis Campak. Ibu hamil dan WUS meliputi 2 dosis TT. Anak sekolah tingkat dasar meliputi, 1 dosis DT, 1 dosis campak, 2 dosis TT.

b. Definisi Operasional
Desa atau Kelurahan UCI adalah desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap.

E. Penyakit Menular
a. Diare
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja
penderita (Sutanto 1984; Winardi 1981).
Penanganan yang tepat setelah terjangkit diare dapat dilakukan dengan cara : • Memperbanyak minum air putih yang bersih dan matang (terapi air).
• Hindari makanan atau minuman yang merasang seperti sambal,santan, nanas, dan sebagainya.
• Minum cairan rehidrasi ORALIT.
• Bila hendak ditambah dengan obat yang mengandung garam bismuth (sejenis garam untuk mengurangi bakteri diare) juga boleh, asal jangan berlebihan.
b. Malaria
Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles.
Tanda dan Gejala Penyakit Malaria
Masa tunas / inkubasi penyakit ini dapat beberapa hari sampai beberapa bulan yang kemudian barulah muncul tanda dan gejala yang dikeluhkan oleh penderita seperti demam, menggigil, linu atau nyeri persendian, kadang sampai muntah, tampak pucat / anemis, hati serta limpa membesar, air kencing tampak keruh / pekat karena mengandung Hemoglobin (Hemoglobinuria), terasa geli pada kulit dan mengalami kekejangan.
Pencegahan penyakit Malaria
Malaria bisa menyerang semua orang, baik lelaki maupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak maupun orang dewasa. Bila terserang penyakit ini, penderita bisa mengalami koma, kegagalan multi organ, bahkan kematian. Padahal, hal itu sebenarnya bisa dicegah dengan cara mudah dan murah.
sejauh ini ada beberapa cara paling aman untuk terhindar dari malaria.
Pertama, menghindari atau mengurangi gigitan nyamuk dengan cara tidur di dalam kelambu berinsektisida, berada di dalam rumah pada malam hari, mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk, memakai obat nyamuk bakar atau menyemprot dengan obat nyamuk. Jangan lupa memasang kawat kasa pada jendela atau ventilasi, ujarnya.
Kedua, membersihkan tempat-tempat hinggap atau istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk dengan membersihkan rumput dan semak di tepi saluran, melipat kain-kain yang ber gantungan, mengusahakan keadaan di dalam rumah tidak ada tempat gelap dan lembab dengan memasang genting kaca dan membuka kaca. Cara lain adalah, membersihkan semak-semak di sekitar rumah, mengalirkan genangan air, dan menimbun dengan tanah atau pasir semua genangan air di sekitar rumah.






C. Faktor Pendukung dan Penghambat
1. Faktor Pendukung
Adapun faktor pendukung terlaksananya kegiatan PBL II ini yaitu :
a. Adanya bantuan berupa saran-saran dari dosen-dosen supervisior dan dosen pembimbing serta dosen STIKES Mandala Waluya Kendari
b. Adanya partisipasi aktif dan motivasi dari masyarakat setempat
c. Adanya kerja sama dari Kepala Desa Tridana Mulya beserta perangkatnya.
d. Adanya kerja sama antar sesama anggota PBL.
2. Faktor Penghambat
Adapun faktor penghambat dalam kegiatan PBL II ini yaitu :
a. Kesibukan warga dalam bekerja hingga tidak mengikuti pertemuan .
b. Komunikasi kurang lancar karena sebagian penduduk menggunakan bahasa Jawa.
c. Adanya perbedaan pendapat saat penyusunan Laporan











BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah menentukan prioritas masalah dari 5 program kesehatan, diperoleh satu prioritas yang akan diintervensi dari masing-masing program yaitu:
1. Pelaksanaan intervensi fisik yang dilakukan yaitu pembuatan SPAL, dan Tempat Sampah Percontohan
2. Pelaksanaan intervensi nonfisik yang dilakukan yaitu penyuluhan penyakit diare, malaria, KIA, Manfaat Imunisasi dan Gizi dibalai desa serta penyuluhan tentang Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar.

B. SARAN

1. Sebaiknya pemerintahan wilayah Kec. Landono khususnya Desa Tridana Mulya lebih meningkatkan perhatiannya dalam bidang pembangunan kesehatan.









DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1990. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Departemen Kesehatan RI : Jakarta
Anonim. 2009. Rekapitulasi jumlah Penduduk Desa Tridana Mulya : Landono.
Anonim. 2009. Monografi Desa Tridana Mulya : Landono.
Anonim. 2009. Selayang Pandang Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Indonesia. Departemen Kesehatan : Jakarta.
Azrul Azwar. 1988. Pengantar Pendidikan Kesehatan. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Pencegahan FKUI. Sastra Hudaya. Jakarta.
Efendi, Nasrul.1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta: Jakarta