Laman

Jumat, 30 April 2010

kontrasepsi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kontrasepsi adalah suatu usaha untuk mencegah terjadinya konsepsi/kehamilan dengan memakai cara, alat, obat-obatan yang dapat bersifat permanen (Manuaba, 2001).
Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara atau menetap, yang dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan obat/alat, atau dengan operasi (Mansjoer, 1999).
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen (Winkjosastro, 1999). Kontrasepsi (kontra-konsepsi) merupakan pencegahan terjadinya kehamilan atau konsepsi dengan memakai cara, alat atau obat-obatan (Mochtar, 1998).
Memasuki awal tahun pertama pembangunan jangka panjang tahap II. Pembangunan Gerakan Keluarga Berencana Nasional ditujukan terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keluarga sebagai kelompok sumber daya manusia terkecil yang mempunyai ikatan batiniah dan lahiriah. Dimana merupakan pengembangan sasaran dalam mengupayakan terwujudnya visi Keluarga Berencana Nasional yang kini telah diubah visinya menjadi “Keluarga Berkualitas Tahun 2005” keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak – hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. (Sarwono, 2003). Berbicara tentang kesehatan reproduksi banyak sekali yang harus dikaji, tidak hanya tentang organ reproduksi saja tetapi ada beberapa aspek, salah satunya adalah kontrasepsi. Saat ini tersedia banyak metode atau alat kontrasepsi meliputi IUD, suntik, pil, implant, kontap, kondom. (BKKBN,2004).

Salah satu kontrasepsi yang populer di Indonesia adalah kontrasepsi suntik. Kontrasepsi suntik yang digunakan adalah Noretisteron Enentat (NETEN), Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA) dan cyclofem. Kontrasepsi suntik memiliki kelebihan dan kekurangan.kelemahan dari kontrasepsi suntik adalah terganggunya pola haid diantaranya adalah amenorhoe,menoragia dan muncul bercak( spotting),terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, pertambahan berat badan 2 kg dari berat badan pada kunjungan pertama (Saifuddin, 2003).
B. Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan kontrasepsi.
2. Hubungan alat-alat kontrasepsi tersebut kaitannya dengan peningkatan berat badan akseptor.
3. Untuk Mengetahui manfaat serta tujuan penggunaan alat kontrasepsi.











BAB II
PEMBAHASAN

A. Riset
Pertambahan berat badan disebabkan oleh retensi cairan, bertambahnya lemak pada tubuh, dan meningkatkan selera makan (Hartanto, 2004). Pencapaian peserta KB aktif semua metode kontrasepsi pada bulan Desember 2003 di Jawa Timur sebanyak 5.380.243 peserta atau 107,8 % dari PPM sebesar 4.989.050 yang terdiri atas 1.082.934 peserta IUD (81,60 % dari PPM sekitar 1.327.100), 18.941 peserta MOP (109,17 % dari PPM sebesar 17.350), 337.937 peserta MOW (101,60 % dari PPM sebesar 332.600), 472.500 peserta implant (78,11 % dari PPM sebesar 604.900), 2.281.238 peserta suntikan (163,06 %) dari PPM sebesar 1.030.400), 22.025 peserta kondom dan obat vaginal (7,93 % dari PPM sebesar 277.700). Pencapaian tertinggi pada suntikan sebesar 163,06 %, terendah pertama adalah kondom dan obat vaginal (7,93 %). (BKKBN, 2003).
Kegiatan pelayanan kasus efek samping pada bulan Desember 2003 di Jawa Timur, pelayanan kasus efek samping yang tertinggi dari peserta KB suntikan yaitu sebesar 2.672 kasus atau 54,8 %, berikutnya diikuti Peserta IUD sebesar 951 kasus atau 19,5 %. Sedangkan jumlah kasus terendah terdapat pada peserta KB kondom yaitu sebesar 0,0 %. (BKKBN, 2003)
Berdasarkan studi pendahuluan di BPS Enny Juniati Sutorejo Surabaya didapat jumlah KB pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember 3054 akseptor dengan data sebagai berikut : kontrasepsi suntik (85,8%), kontrsepsi pil (13,8%), kontrasepsi IUD (0,2%), kontrasepsi Implant (0,06%), kontrasepsi suntik yang mengalami peningkatan berat badan (68,6 %), spotting (19,1%), amenorhoe (21,3%), kontrasepsi pil yang mengalami peningkatan berat badan (47,3%), spotting (31,2%), amenorhoe (21,3 %), kontrasepsi IUD yang mengalami peningkatan berat badan (42,8%), spotting (28,6%), amenorhoe (28,6%), dan kontrasepsi Implant yang mengalami peningkatan berat badan (50%), spotting (50%), amenorhoe(0%).
Melihat dari uraian diatas masalah yang ada adalah tingginya penggunaan alat kontrasepsi suntik dan tingginya efek sampingnya dibanding penggunaan alat kontrasepsi yang lainnya. Efek samping kontrasepsi suntik yang paling tinggi frekuensinya yaitu peningkatan berat badan. Dan untuk mendapatkan gambaran nyata tentang kejadian peningkatan berat badan yang dialami akseptor kontrasepsi suntik maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara kontrasepsi suntik dengan peningkatan berat badan.
Pembangunan gerakan keluarga berencana nasional ditujukan terutama umtuk mneingkatkan kualitas sumber daya manusia dimana keluarga sebagai sumber daya terkecil yang mempunyai ikatan lahiriah dan batiniah.
Aspek-aspek reproduksi adalah kontrasepsi antara lain :
 IUD
 Suntik
 Pil
 Implant
 Kontap
 Kondom
a. IUD
Alat kontrasepsi IUD/AKDR adalah alat kecil yang terdiri dari bahan plastik yang lentur, yang dimasukkan ke dalam rongga rahim oleh petugas kesehatan yang terlatih (Manuaba, 1999).
Mekanisme Kerja Kontrasepsi IUD Menurut Saifuddin, 2003 Mekanisme kerja Kontrasepsi IUD adalah:
- Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopii.
- Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
- Kontrasepsi IUD bekerja teutama untuk mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi wanita dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
- Memungkinkan terjadinya implantasi telur dalam uterus.
Gambar Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD




















b. Suntik
Alat kontrasepsi suntik adalah alat kecil yang terdiri dari bahan plastik dan sejenis logam dimana mempunyai luban yang sangat kecil untuk memasukan dan mengeluarkan cairan yang sudah diserap. Cara kerja sama dengan pil. Efektifitasnya mencapai 99%. Keuntungan metode ini antara lain disuntikkan setiap tiga bulan sekali, efektif, tahan lama, melindungi akseptor terhadap kanker rahim. Aman digunakan setelah melahirkan dan saat menyusui. KB suntik juga dapat mengurangi kram saat menstruasi, dan tidak mengganggu aktivitas seksual.
b. Pil
Pil adalah sejenis obata diman dia berupa tablet yang sudah dikemas dan dibentuk sesuai ukuran ukuran kecil yang dibutuhkan. Pil menghasilkan hormon estrogen dan progesterone buatan, yang cara kerjanya menyerupai hormon alami yang diproduksi oleh tubuh setiap bulan. Estrogen akan mencegah produksi sel telur (ovum) dari ovarium, sehingga pembuahan tidak terjadi. Mini-pil biasanya hanya mengandung progesterone. Efektifitas metode ini adalah 99% untuk pil kombiniasi dan 86% untuk mini pil. Keuntungan metode Pil ini antara lain mengurangi risiko kanker uterus, ovarium serta radang panggul. Kontrasepsi Pil juga mengurangi sindroma pra menstruasi, jerawat, perdarahan, anemia, kista ovarium, dan nyeri payudara. Penggunaan Pil memungkinkan siklus menstruasi lebih teratur, serta tidak mengganggu aktifitas seksual. Mini pil dapat dikonsumsi saat menyusui.
c. Implant
Sama dengan pil kecuali susuk ditanamkan di dalam kulit, biasanya di lengan atas. Implan mengandung progesterone yang akan terlepas secara perlahan dalam tubuh. Efektifits mencapai 99 %. Keuntungan dari metode implant ini antara lain tahan sampai 5 tahun atau sampai diambil. Kesuburan akan kembali segera setelah pengangkatan. Pencegahan kehamilan terjadi dalam waktu 24 jam setelah pemasangan. Metode ini juga dapat melindungi wanita dari kanker rahim, aman digunakan setelah melahirkan dan menyusui, serta tidak mengganggu aktivitas seksual.


d. Kondom
Kondom adalah alat kontrasepsi yang berupa benda seperti karet dimana mempunyai ruang dan ruang tersebut digunakan untuk memasukkan alat kelamin (penis). Cara kerjanya adalah mencegah sperma mencapai serviks (leher rahim). Efektivitas mencapai 80-90% (dapat meningkat jika digunakan bersama spermisida). Keuntungan metode ini antara lain tidak memerlukan resep, melindungi terhadap beberapa penyakit akibat hubungan seksual, serta aman, kesuburan segera pulih setelah tidak memakai kondom lagi.
B. Metodologi
Identifikasi masalah :
Sesuai dengan yang tercantum pada latar belakang, banyak faktor yang dapat mempengaruhi pemakaian KB suntik. Adapun faktor – faktor yang dapat mempengaruhi pemakaian KB suntik meliputi :
1. Umur
Merupakan usia individu yang terhitung mulai saat melahirkan sampai saat berulang tahun (Elisabeth, B.H, 1995). Pada wanita yang berusia antara 20 – 30 tahun, kontrasepsi suntik merupakan pilihan kedua setelah IUD, pada usia ini merupakan fase untuk menjarangkan kehamilan dibutuhkan suatu alat kontrasepsi yang mempunyai daya kerja lama dan salah satunya kontrasepsi suntik. Karena seorang wanita yang telah mengakhiri pemakaian kontrasepsi suntik lebih dari 60 % sudah hamil dalam waktu 1 tahun dan 90% dalam waktu 2 tahun. (hartanto, H, 1996). Seperti dikemukakan Hargono (1985) menyatakan ±40% wanita usia 20 – 24 tahun menggunakan alat kontrasepsi pil dan suntik dan dengan semakin meningkatnya usia semakin sedikit yang menggunakan kontrasepsi pil dan suntik.
2. Pendidikan
Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan dalam pola pengambilan keputusan dan menerima informasi dari pada seseorang yang berpendidikan rendah (Broewer, 1993). Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya sesuatu hal, termasuk pentingnya keikutsertaan dalam KB. Ini disebabkan seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih luas pandangannya dan lebih mudah menerima ide dan tata cara kehidupan baru (BKKBN, 1980). Dalam hubungan dengan pemakaian kontrasepsi pendidikan akseptor dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan jenis kontrasepsi yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kelangsungan pemakaiannya.
3. Pekerjaan
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu, bekerja bagi ibu – ibu akan mempunyai pengaruh terhadap keluarga. (Markum, AH, 1991). Pekerjaan dari peserta KB dan suami akan mempengaruhi pendapatan dan status ekonomi keluarga. Suatu keluarga dengan status ekonomi atas terdapat perilaku fertilitas yang mendorong terbentuknya keluarga besar (Singarimbun, 1996).Status pekerjaan dapat berpengaruh terhadap keikutsertaan dalam KB karena adanya factor pengaruh lingkungan pekerjaan yang mendorong seseorang untuk ikut dalam KB, sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi status dalam pemakaian kontra sepsi.
C. Analisis
1. Pembatasan
Melihat dan identifikasi beberapa permasalahan yang terkait dengan status pemakaian kontrasepsi suntik sangatlah kompleks dan bervariasi, karena adanya keterbatasan waktu sehingga tidak mempelajari secara keseluruhan. Penelitian ini membatasi pada hubungan kontrasepsi dengan peningkatan berat badan sehingga data yang diperoleh dapat memberikan informasi mengenai keadaan yang sebenarnya.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah adalah :
Apakah ada hubungan antara kontrasepsi suntik 1 bulan atau 3 bulan dengan peningkatan berat badan akseptor KB di BPS Enny Juniati tahun 2006.


D. Tujuan Penggunaan Kontrasepsi
Menurut Manuaba (2001), tujuan penggunaan kontrasepsi adalah:
- Menunda kehamilan. Pasangan dengan istri berusia kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya.
- Menjarangkan kehamilan (mengatur kesuburan). Masa saat istri berusia 20-30 tahun adalah masa yang paling baik untuk melahirkan dengan dua anak yang jarak kelahirannya 3-4 tahun.
E. Syarat Kontrasepsi yang Baik
Menurut Mochtar (1998), kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.
2. Efek samping yang merugikan tidak ada.
3.Lama kerjanya dapat diatur sesuai keinginan.
4. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
5. Cara penggunaannya sederhana.
6. Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas.
7. Dapat diterima oleh pasangan suami istri






BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/ mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma.
Kontrasepsi adalah suatu usaha untuk mencegah terjadinya konsepsi/kehamilan dengan memakai cara, alat, obat-obatan yang dapat bersifat permanen (Manuaba, 2001).
Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara atau menetap, yang dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan obat/alat, atau dengan operasi (Mansjoer, 1999).
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen (Winkjosastro, 1999). Kontrasepsi (kontra-konsepsi) merupakan pencegahan terjadinya kehamilan atau konsepsi dengan memakai cara, alat atau obat-obatan (Mochtar, 1998).
Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada umumnya mempunyai perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu menunda / mencegah kehamilan, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan / mengakhiri kehamilan atau kesuburan. Secara skematis, pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi yang rasional dijelaskan seperti
Berdasarkan materi di atas dapat disimpulkan bahwa pembangunan gerakan keluarga berencana nasional ditujukan terutama umtuk mneingkatkan kualitas sumber daya manusia dimana keluarga sebagai sumber daya terkecil yang mempunyai ikatan lahiriah dan batiniah.


Alat-alat kontrasepsi yang digunakan antara lain :
 IUD
 Suntik
 Pil
 Implant
 Kontap
 Kondom
Dari aspek diatas meliputi factor-faktor yang dapat mempengaruhi pemakaian KB yaitu
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaan










DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2003. Alat Kontrasepsi, KB dan Keluarga Sejahtera. Jakarta : BKKBN.
BKKBN. 2003. Huhungan Alat Kontrasepsi Akseptor
www.geogle.Hubungan Alat Kontrasepsi.co.id.

Sabtu, 24 April 2010

PBLII

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni yang bertujuan mencegah timbulnya penyakit, memperpanjang masa hidup dan mempertinggi nilai kesehatan dengan jalan menimbulkan, menyatukan, menyalurkan, serta mengkoordinir usaha-usaha dalam masyarakat kearah perlaksanaan usaha memperbaiki kesehatan lingkungan, mencegah dan memberantas penyakit-penyakit infeksi yang merajalela dalam masyarakat, mendidik masyarakat dalam prinsip-prinsip kesehatan perorangan, mengkoordinir tenaga-tenaga kesehatan agar mereka dapat melakukan pengobatan dan perawatan sebaik-baiknya, dan mengembangkan upaya-upaya kesehatan masyarakat agar masyarakat dapat mencapai tingkat hidup yang setinggi-tigginya dan sebaik-baik baiknya (winslow, 1920). Tujuan semua upaya-upaya kesehatan masyarakat, baik dalam bidang preventif maupun kuratif ialah agar setiap warga masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik sehat jasmani, rohani, maupun sosialnya. Untuk mencapai tujuan ini harus selalu ada pengertian, bantuan, dan partisipasi dari masyarakat demi tercapainya Indonesia Sehat tahun 2010

Untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010, di harapkan lingkungan yang kondusif bagi terwuujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih , sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dan memelihara budaya-budaya bangsa.

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dan modal dasar manusia agar dapat menjalani hidup yang wajar dengan berkarya dan menikmati kehidupan secara optimal di dunia ini secara produktif.


Upaya yang dilakukan untuk merealisasikan hal ini di tempuh melalui pembinaan professional dalam bidang promotif dan preventif yang mengarah pada permasalahan-permasalahan kesehatan masyarakat, untuk selanjutnya dapat dilakukan pengembangan program intervensi menuju perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat yang sehat. Salah satu bentuk konkrit upaya tersebut adalah dengan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL).

PBL adalah proses belajar untuk mendapatkan kemampuan profesional di bidang kesehatan masyarakat, yang merupakan kemampuan spesifik yang harus dimiliki oleh seorang tenaga profesi kesehatan masyarakat, yang meliputi:
1. Menerapkan diagnosis kesehatan masyarakat yang intinya mengenali, merumuskan dan menyusun prioritas masalah kesehatan masyarakat.
2. Mengembangkan program penanganan masalah kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif.
3. Bertindak sebagai manager madya yang dapat berfungsi sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti.
4. Melakukan pendekatan masyarakat.
5. Bekarja dalam Tim Multidisipliner.

Dari kemampuan-kemampuan itu ada empat kemampuan yang diperoleh melalui PBL yaitu ;
a. Menetapkan diagnosis kesehatan masyarakat.
b. Mengembangkan program-program intervensi kesehatan masyarakat.
c. Melakukan pendekatan masyarakat.
d. Multi disipliner dalam bekerja secara tim.

Untuk mendukung peranan ini diperlukan pengetahuan mendalam di bidang masyarakat serta cakupan program dan bentuk-bentuk kerja sama yang bisa digalang, untuk itu PBL harus dilaksanakan dengan benar dan sungguh-sungguh.



B. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari Pengalaman Belajar Lapangan II mahasiswa (i) yaitu menentukan prioritas masalah dan membuat program intervensi.
Kegiatan pendidikan keprofesian yang terbentuk lewat praktek belajar lapangan, bertujuan untuk :
Mahasiswa mampu mengenal dan memahami struktur masyarakat serta organisasinya.
1. Mahasiswa diharapkan mampu mengenal karakteristik serta norma-norma dalam masyarakat dan lingkungannya.
2. Mahasiswa diharapkan dapat mengidentifaksi masalah hasil pengumpulan data primer dan data sekunder.
3. Mahasiswa diharapkan bersama-sama masyarakat untuk menentukan masalah kesehatan.
4. Mahasiswa dapat mengenal dan memahami institusi lain serta organisasi yang terkait dengan kesehatan.
5. Mahasiswa diharapkan bersama dengan masyarakat untuk membuat prioritas masalah yang berkaitan dengan bidang kesehatan masyarakat.
6. Mahasiswa bersama dengan masyarakat membuat prioritas program dan merencanakan program untuk menyelesaikan masalah yang diprioritaskan lalu diseminarkan di lokasi masing-masing.
7. Mahasiswa mempersiapkan program yang dipilih pada PBL berikutnya.
8. Mahasiswa bekerja secara tim dalam berbagai kegiatan kelompok.
9. Mahasiswa dapat membuat laporan PBL II dan mempersiapkan program intervensi untuk PBL selanjutnya.




C. Manfaat PBL
Manfaat dari PBL II ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa, masyarakat bersama dengan instansi terkait dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi di wilayah desa Tridana Mulya, kecamatan Landono.
2. Mahasiswa dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal.
3. Mahasiswa dapat mengetahui struktur masyarakat beserta organisasi-organisasi yang ada didalamnya.
4. Mahasiswa dapat melakukan analisis situasi.
5. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah kesehatan berdasarkan hasil dari data primer dan data sekunder.
6. Mahasiswa dapat membuat prioritas masalah kesehatan yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat.
7. Mahasiswa dapat membuat pemecahan masalah dan merencanakan program intervensi masalah yang ada.














BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI

A. Keadaan Geografi dan Demografi
1. Letak Geografis
Desa Tridana Mulya adalah salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan Landono, kabupaten Konawe Selatan, kota Kendari Sulawesi Tenggara. Luas Wilayah desa Tridana Mulya adalah 228 Ha, yang terbagi dalam empat dusun yaitu dusun I, II, III, IV.
Desa Tridana Mulya memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Desa Morini Mulya.
b. Sebelah Selatan : Desa Wonua Sangia.
c. Sebelah Barat : Desa Amotowo dan Desa Lalonggapu.
d. Sebelah Timur : Desa Wonua Sangia.
2. Keadaan Demografi
a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di desa Tridana Mulya pada tahun 2009 adalah 461 jiwa. Dengan distribusi penduduk sebagai berikut:
Tabel 1
Data Distribusi Penduduk Desa Tridana Mulya Januari 2010

No Jenis Kelamin Jumlah
1. Laki-Laki 251
2. Perempuan 232
Total 446
Sumber: Data Sekunder

b. Kelompok Umur
Tabel 2
Distribusi Berdasarkan Kelompok Umur
Di Desa Tridana Mulya, Agustus 2009
No. Kelompok Umur (Thn) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. 0-6 47 10,20
2. 7-15 91 19,74
3. 16-21 164 35,57
4. 22-60 109 23,64
5. >61 50 10,85
Total 461 100
Sumber: Data Sekunder.
Dari tabel diatas maka golongan umur yang paling besar adalah umur 16-21 tahun yaitu 164 orang (35,57) .
B. Status Kesehatan
1. Data Tenaga Kesehatan
 Data tentang tenaga kesehatan Puskesmas Landono
 Sarana pelayanan kesehatan dikelurahan Tridana Mulya
Tabel 3
Distribusi Tenaga Kesehatan pada Bulan Mei 2009 di Puskesmas Landono
No. Tenaga Kesehatan Jumlah (Orang) %
1. Dokter Umum 1 3,6
2. Dokter Gigi 1 3,6
3. Perawat 10 35,7
4. Bidan 7 25,0
5. Gizi 4 14,3
6. SKM 2 7,1
7. Kesling 2 7,1
8. Pekarya 1 3,6
Total 28 100
Sumber: Data Sekunder
2. Pola Angka Kesakitan
Berdasarkan data sekunder yang di peroleh dari puskesmas Landono bulan Mei yang telah dirata-ratakan secara umum, yang masuk 10 besar penyakit dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4
Distribusi Data 10 Besar Penyakit di Wilayah Puskesmas Landono, Mei 2009
No. 10 Besar Penyakit Jumlah Penderita (Jiwa)
1. ISPA 92
2. Pencernaan 32
3. Diare 18
4. Infeksi Usus 17
5. Kecelakaan 17
6. Gangguan Syaraf 15
7. Konjungtivitis 13
8. Demam Rematik 12
9. Kulit & Jaringan Bawah Kulit 12
10. Hipertensi 11
Total 239
Sumber : Data Sekunder




C. Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya
1. Ekonomi
Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
di Desa Tridana Mulya, Agustus 2009
No Pekerjaan Jumlah (KK) %
1. Petani 61 54,47
2. PNS 21 18,76
3. Pedagang/wiraswasta 23 20,54
4. TNI/POLRI 4 3,59
5. Lain-lain 2 1,74
Total 112 100
Sumber : data primer
Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan di Desa Tridana Mulya , Agustus 2009
No Pendapatan Jumlah (N) %
1 < 500.000,- 36 32,14
2 500.000,-1.000.000,- 41 36,61
3 >1.000.000,- 35 31,25
Total 112 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan data di atas diketahui jumlah pendapatan terbanyak adalah lima ratus ribu sampai satu juta rupiah yaitu sebanyak 41 orang (36,61 %) kurang lima ratus ribu adalah 36 KK (32, 14%) serta diatas satu juta adalah 35 orang (31,25%).



Tabel 7
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di Desa Tridana Mulya, Agustus 2009
No Pendidikan N %
1 SD 43 38,39
2 SLTP 16 14,29
3 SLTA 35 31,25
4 PT 18 16,07
TOTAL 112 100
Sumber : Data Primer
Dari tabel di atas menunjukan bahwa distribusi responden yang berpendidikan SD berjumlah 43 KK (38,39%), pendidikan SLTP sebanyak 16 KK (14,29), pendidikan SLTA sebanyak 35 KK (31,24%), dan pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 18 KK (16,07%).
a. Agama
Tabel 8
Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut
Di Desa Tridana Mulya, Agustus 2009

No Agama Jumlah (Jiwa) Persentase(%)
1. Islam 325 72,22
2. Kristen 39 8,67
3. Hindu 86 19,11
4. Budha - 0
Total 450 100
Sumber: Data Primer





a. Suku

Tabel 9
Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku
di Desa Tridana Mulya, Agustus 2009

No. Suku Jumlah (Jiwa) %
1. Jawa 288 64,00
2. Bali 90 20,00
3. Bugis 34 7,56
4. Tolaki 4 0,89
5. Tator 9 2,00
6. Sunda 11 2,44
7. Muna 5 1,11
8. Menui 5 1,11
9. Flores 4 0,89
Total 450 100
Sumber : Data primer
D. Fasilitas umum yang berpengaruh terhadap program kesehatan
Adapun fasilitas yang berpengaruh terhadap kesehatan di Desa Tridana Mulya yaitu :
Tabel 10
Distribusi Responden Berdasarkan Fasilitas Kesehatan
di Desa Tridana Mulya, Agustus 2009
No Fasilitas Kesehatan jumlah Persent
1 Puskesmas induk 1 50
2 Puskesmas Pembantu 0 0
3 Polindes /poskesdes 0 0
4 Posyandu 1 50
Jumlah 2 100

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pendataan
A.1. Analisis Masalah

1. Promosi kesehatan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Tabel 11.
Cakupan Perilaku PHBS desa Tridana Mulya Januari – Desember 2009
Jmlh RT Jml jiwa Jumlah RT diperiksa Indikator
linakes ASI eks Timbang Air Bersih jamban Jentik cuci Tangan Buah + sayur fisik rokok

100 363 80 130 118 41 80 76 72 310 333 363 286
Sumber : Puskesmas Landono

Berdasarkan data diatas perilaku PHBS masyarakat Tridana Mulya baik dilihat dari 10 indikator yaitu : linakes, ASI ekslusif, timbang, Air bersih, jamban, jentik, cuci tangan, buah dan sayur, fisik, dan Rokok.











2. Kesehatan Ibu dan Anak
Tebel 12
Laporan PWS KIA desa Tridana Mulya bulan Januari-Desember 2009
No Kegiatan Pencapaian Kegiatan Indikator Standar Pelayanan Minimal
(%)
Sasaran Pencapaian %
1 K1 bumil 13 7 54 95
2 K4 13 6 46 95
3 KN1 12 9 75 90
4 KN2 12 9 75 90
5 Persalinan nakes 12 8 75 90
4 Resti 3 0 0 100
Sumber : laporan pencapaian kegiatan Puskesmas Landono 2009
Berdasarkan tabel laporan PWS KIA yang ada di desa Tridana Mulya dilihat dari KI 54 %, K4 ( 46 ), KN1 ( 75 % ), KN2 ( 75% ), Persalinan Nakes ( 75 % ), dan Resti ( 0 % ) tidak mencapai indikator Standar Pelayanan Minimal.

3. GIZI

Tabel 13.
Laporan F-III Gizi Desa Tridana Mulya bulan Januari-Desember 2009
No Kegiatan Pencapaian Kegiatan Indikator Standar Pelayanan Minimal
(%)
Sasaran Pencapaian %
1 Vitamin A Balita 43 40 93 90
2 Fe Bumil 13 0 0 90
3 Gizi buruk 0 0 0 100
4 Penimbangan ( D/S) 59 41 69
Sumber : puskesmas Landono

Berdasarkan data diatas dapat dilihat Vitamin A Balita dengan sasaran 43 yang mendapat Vitamin A mencapai 40 (93%), Fe ibu Hamil dengan sasaran 13 yang mendapat Fe (zat besi) mencapai 0, gizi buruk tidak ada kasus dan penimbanmgan (D/S) dengan sasaran 59 yang dicapai sebesar 41 (69%).
4. Imunisasi
Tabel 14.
Cakupan Imunisasi Desa Tridana Mulya bulan Januari-Desember 2009

No Sasaran Kegiatan Imunisasi
Campak % Polio % DPT-HB % DPT- 1 % BCG %
1 9 9 100 5 56 5 56 7 78 11 122
Sumber : Puskesmas Landono
Berdasarkan data diatas kegiatan Imunisasi di Desa Tridana Mulya sangat lengkap dimana jumlah sasaran bayi di Imunisasi 9 dengan capaian sebagai berikut : campak 9 (100%), polio 5 (56%), DPT-HB (56%), DPT-1 7 (78%) dan BCG 11 (122%).

5. Kesehatan Lingkungan
Tabel 15.
Laporan Inpeksi Sanitasi Dasar Desa Tridana Mulya bulan Januari-Desember 2009
No. Sanitasi dasar Target/tahun Jan Feb. Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des Jumlah %
1 Rumah sehat 409 15 25 25 30 15 25 39 18 35 35 60 25 317 85
2 Jamban 313 15 25 20 25 15 20 28 19 17 20 60 50 313 100
3 SPAL 217 10 8 5 10 5 6 12 13 14 17 12 20 142 65
4 TPS 203 10 8 5 10 10 6 22 13 0 17 12 24 137 67
Sumber : Puskesmas Landono
Berdasarkan data diatas Rumah Sehat dengan Target 409 yang ada adalah 317 ( 85%), jamban dengan target 313 yang dicapai 313 (100%), SPAL dengan target 217 yang dicapai 142 (65%) dan TPS dengan target 203 yang dicapai 137 (67%).


6. Pemberantasan Penyakit Menular

Tabel 16.
Laporan Rekapitulasi Penyakit Menular Desa Tridana Mulya 2009

No
Nama Penyakit Pelayanan kesehatan
Presentase
( % )

Jumlah penduduk Jumlah penderita Mati
1 Diare 461 49 - 10,63 %
2 Malaria 461 13 - 2,82 %
Sumber : Puskesmas Landono
Berdasarkan data diatas penderita penyakit Diare 49 (10,63%), dan penderita penyakit Malaria 13 (2,82%)

A.2. Identifikasi Masalah
Dari data-data diatas dan hasil analisis yang sederhana, maka banyak permasalahan yang timbul dalam masyarakat Tridana Mulya yang disebabkan oleh faktor ketidaktahuan dan ketidakmampuan masyarakat dalam menjalankan tugas-tugas dalam bidang kesehatan, sehingga timbulah masalah-masalah kesehatan sebagai berikut :
1. Promkes
2. Kesehatan Ibu dan Anak
3. Gizi ( Fe Bumil, Penimbangan )
4. Imunisasi
5. Kesehatan Lingkungan ( SPAL dan TPS)
6. Penyakit Menular ( Diare dan Malaria )






A.3. Prioritas Masalah
Menetapkan prioritas dari sekian banyak masalah kesehatan di masyarakat saat ini merupakan tugas yang penting dan semakin sulit. Manager kesehatan masyarakat sering dihadapkan pada masalah yang semakin menekan dengan sumber daya yang semakin terbatas. Metode untuk menetapkan prioritas secara adil, masuk akal, dan mudah dihitung merupakan perangkat manajemen yang penting.
Metode yang dijelaskan di sini memberikan cara untuk membandingkan berbagai masalah kesehatan dengan cara yang relatif, tidak absolut/mutlak, memiliki kerangka, sebisa mungkin sama/sederajat, dan objektif.
Metode ini, yang disebut dengan Metode Hanlon maupun Sistem Dasar Penilaian Prioritas (BPRS), dijelaskan dalam buku Public Health: Administration and Practice (Hanlon and Pickett, Times Mirror/Mosby College Publishing) dan Basic Health Planning (Spiegel and Hyman, Aspen Publishers).
Metode ini memiliki tiga tujuan utama:
• Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas
• Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki bobot relatif satu sama lain
• Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dinilai secara individual.
Formula Dasar Penilaian Prioritas
Berdasarkan tinjauan atas percobaan berulang yang dilakukan dalam mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan, pola kriteria yang konsisten menjadi kelihatan jelas. Pola tersebut tercermin pada komponen-komponen dalam sistem ini.
Komponen A = Ukuran/Besarnya masalah
Komponen B = Tingkat keseriusan masalah
Komponen C = Perkiraan efektivitas solusi
Komponen D = PEARL faktor ((propriety, economic feasibility, acceptability, resource availability, legality--Kepatutan, kelayakan ekonomi, dapat diterima, ketersediaan sumber daya, dan legalitas).
Semua komponen tersebut diterjemahkan ke dalam dua rumus yang merupakan nilai numerik yang memberikan prioritas utama kepada mereka penyakit / kondisi dengan skor tertinggi.
Nilai Dasar Prioritas/Basic Priority Rating (BPR)> BPR = (A + B) C / 3
Nilai Prioritas Keseluruhan/Basic Priority Rating (OPR)> OPR = [(A + B) C / 3] x D
Perbedaan dalam dua rumus akan menjadi semakin nyata ketika Komponen D (PEARL) dijelaskan. Penting untuk mengenal dan menerima hal-hal tersebut, karena dengan berbagai proses seperti itu, akan terdapat sejumlah besar subyektivitas. Pilihan, definisi, dan bobot relatif yang ditetapkan pada komponen merupakan keputusan kelompok dan bersifat fleksibel. Lebih jauh lagi, nilai tersebut merupakan penetapan dari masing-masing individu pemberi nilai. Namun demikian, beberapa kontrol ilmiah dapat dicapai dengan menggunakan definisi istilah secara tepat, dan sesuai dengan data statistik dan akurat.
Komponen

Komponen A - Ukuran/Besarnya Masalah
Komponen ini adalah salah satu yang faktornya memiliki angka yang kecil. Pilihan biasanya terbatas pada persentase dari populasi yang secara langsung terkena dampak dari masalah tersebut, yakni insiden, prevalensi, atau tingkat kematian dan angka.
Ukuran/besarnya masalah juga dapat dipertimbangkan dari lebih dari satu cara. Baik keseluruhan populasi penduduk maupun populasi yang berpotensi/berisiko dapat menjadi pertimbangan. Selain itu, penyakit –penyakit dengan faktor risiko pada umumnya, yang mengarah pada solusi bersama/yang sama dapat dipertimbangkan secara bersama-sama. Misalnya, jika kanker yang berhubungan dengan tembakau dijadikan pertimbangan, maka kanker paru-paru, kerongkongan, dan kanker mulut dapat dianggap sebagai satu. Jika akan dibuat lebih banyak penyakit yang juga dipertimbangkan, penyakit cardiovascular mungkin juga dapat dipertimbangkan. Nilai maksimal dari komponen ini adalah 10. Keputusan untuk menentukan berapa ukuran/besarnya masalah biasanya merupakan konsensus kelompok.
Komponen B – Tingkat Keseriusan Masalah
Kelompok harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin dan menentukan tingkat keseriusan dari masalah. Sekalipun demikian, angka dari faktor yang harus dijaga agar tetap pada nilai yang pantas. Kelompok harus berhati-hati untuk tidak membawa masalah ukuran atau dapat dicegahnya suatu masalah ke dalam diskusi, karena kedua hal tersebut sesuai untuk dipersamakan di tempat yang lain.
Maksimum skor pada komponen ini adalah 20. Faktor-faktor harus dipertimbangkan bobotnya dan ditetapkan secara hati-hati. Dengan menggunakan nomor ini (20), keseriusan dianggap dua kali lebih pentingnya dengan ukuran/besarnya masalah.
Faktor yang dapat digunakan adalah:
• Urgensi: sifat alami dari kedaruratan masalah; tren insidensi, tingkat kematian, atau faktor risiko; kepentingan relatif terhadap masayarakat; akses terkini kepada pelayanan yang diperlukan.
• Tingkat keparahan: tingkat daya tahan hidup, rata-rata usia kematian, kecacatan/disabilitas, angka kematian prematur relatif.
• Kerugian ekonomi: untuk masyarakat (kota / daerah / Negara), dan untuk masing-masing individu.
Masing-masing faktor harus mendapatkan bobot. Sebagai contoh, bila menggunakan empat faktor, bobot yang mungkin adalah 0-5 atau kombinasi manapun yang nilai maksimumnya sama dengan 20. Menentukan apa yang akan dipertimbangkan sebagai minimum dan maksimum dalam setiap faktor biasanya akan menjadi sangat membantu. Hal ini akan membantu untuk menentukan batas-batas untuk menjaga beberapa perspektif dalam menetapkan sebuah nilai numerik. Salah satu cara untuk mempertimbangkan hal ini adalah dengan menggunakannya sebagai skala seperti:
0 = tidak ada
1 = beberapa
2 = lebih (lebih parah, lebih gawat, lebih banyak, dll)
3 = paling
Komponen C - Efektivitas dari Intervensi
Komponen ini harus dianggap sebagai "Seberapa baikkan masalah ini dapat diselesaikan?" Faktor tersebut mendapatkan skor dengan angka dari 0 - 10. Komponen ini mungkin merupakan komponen formula yang paling subyektif. Terdapat sejumlah besar data yang tersedia dari penelitian-penelitian yang mendokumentasikan sejauh mana tingkat keberhasilan sebuah intervensi selama ini.
Efektivitas penilaian, yang dibuat berdasarkan tingkat keberhasilan yang diketahui dari literatur, dikalikan dengan persen dari target populasi yang diharapkan dapat tercapai.
Contoh: Berhenti Merokok
Target populasi 45.000 perokok
Total yang mencoba untuk berhenti 13.500
Efektivitas penghentian merokok 32% atau 0,32
Target populasi x efektivitas 0,30 x 0,32 = 0,096 atau 0,1 atau 1
Contoh: Imunisasi
Target populasi 200.000
Jumlah yang terimunisasi yang diharapkan 193.000
Persen dari total 97% atau 0,97
Efektivitas 94% atau 0,94
Populasi yang tercapai x efektivitas 0,97 x 0,94 = 0,91 atau 9,1
Sebuah keuntungan dengan mempertimbangkan populasi target dan jumlah yang diharapkan adalah akan didapatkannya perhitungan yang realistis mengenai sumber daya yang dibutuhkan dan kemampuan yang diharapkan untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan.






Komponen D – PEARL
PEARL yang merupakan kelompok faktor itu, walaupun tidak secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan, memiliki pengaruh yang tinggi dalam menentukan apakah suatu masalah dapat diatasi.
P – Propierity/Kewajaran. Apakah masalah tersebut berada pada lingkup keseluruhan misi kita?
E – Economic Feasibility/Kelayakan Ekonomis. Apakah dengan menangani masalah tersebut akan bermakna dan memberi arti secara ekonomis? Apakah ada konsekuensi ekonomi jika masalah tersebut tidak diatasi?
A – Acceptability. Apakah dapat diterima oleh masyarakat dan / atau target populasi?
R – Resources/Sumber Daya. Apakah tersedia sumber daya untuk mengatasi masalah?
L – Legalitas. Apakah hukum yang ada sekarang memungkinkan masalah untuk diatasi?
Masing-masing faktor kualifikasi dipertimbangkan, dan angka untuk setiap faktor PEARL adalah 1 jika jawabannya adalah "ya" dan 0 jika jawabannya adalah "tidak." Bila penilaian skor telah lengkap/selesai, semua angka-angka dikalikan untuk mendapatkan jawaban akhir terbaik. Karena bersama-sama, faktor-faktor ini merupakan suatu produk dan bukan merupakan jumlah. Singkatnya, jika salah satu dari lima faktor yang "tidak", maka D akan sama dengan 0. Karena D adalah pengali akhir dalam rumus , maka jika D = 0, masalah kesehatan tidak akan diatasi dibenahi dalam OPR, terlepas dari seberapa tingginya peringkat masalah di BPR. Sekalipun demikian, bagian dari upaya perencanaan total mungkin termasuk melakukan langkah-langkah lanjut yang diperlukan untuk mengatasi PEARL secara positif di masa mendatang. Misalnya, jika intervensi tersebut hanya tidak dapat diterima penduduk, dapat diambil langkah-langkah bertahap untuk mendidik masyarakat mengenai manfaat potensial dari intervensi, sehingga dapat dipertimbangkan di masa mendatang.
Untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di desa Tridana Mulya secara keseluruhan tidak mungkin, oleh karena itu perlu dilakukan prioritas masalah kesehatan, mana masalah kesehatan dan keperawatan yang mengancam kehidupan dan mengancam kesehatan masyarakat itulah yang menjadi Prioritas utama.


Agar dapat melakukan prioritas kesehatan dalam masyarakat secara tetap, maka dilakukan pembobotan masalah dengan mengunakan metode Hanlon sebagai berikut :
1. Promosi Kesehatan
No Masalah Kesehatan A B C D Basic Priority Rating (BPR)
( A+B)C/3 OPR
(A+B)C/3]D
1 Linakes 0 0 4 1 0 0
2 ASI Ekslusif 0 0 4 1 0 0
3 Penimbangan 2 3 3 1 5 5
4 SAB 1 1 3 1 2 2
5 Jamban keluarga 0 0 3 1 0 0
6 Pemberantasan jentik 3 3 1 1 2 2
7 Cuci tangan 3 2 2 1 3,3 3,3
8 Cuci buah dan sayur 2 2 2 1 2,7 2,7
9 Merokok 3 4 1 1 2,3 2,3
Total 17,3
Ket :
A : Besarnya Masalah
0 = Tidak ada masalah
1 = Kurang masalah
2 = Cukup Masalah
3 = Masalah
4 = Sangat Masalah
B : Tingkat Keseriusan
0 = Tidak serius
1 = Ringan
2 = Sedang
3 = Serius
4 = Sangat Serius
2. Kesehatan Ibu dan Anak

No Masalah kesehatan A B C D Nilai Prioritas Dasar
( A+B)C/3 Nilai Prioritas Total
[ (A+B)C/3]D
1 K1 3 3 2 1 4 4
2 K4 3 4 3 1 7 7
3 KN1 2 2 3 1 4 4
4 KN2 2 2 3 1 4 4
5 KB 2 2 3 1 4 4
Total 23

KET :
A : Besarnya Masalah
0 = Tidak ada masalah
1 = Kurang masalah
2 = Cukup Masalah
3 = Masalah
4 = Sangat Masalah
B : Tingkat Keseriusan
0 = Tidak serius
1 = Ringan
2 = Sedang
3 = Serius
4 = Sangat Serius







3. Gizi


No Masalah kesehatan A B C D Nilai Prioritas Dasar
( A+B)C/3 Nilai Prioritas Total
[ (A+B)C/3]D
1 Vit. A Balita 0 0 3 1 0 0
2 Fe Bumil 4 3 3 1 7 7
3 Gizi kurang 3 2 2 1 3,3 3,3
4 Penimbangan 2 3 3 1 5 5
Total 15,3
KET :
A : Besarnya Masalah
0 = Tidak ada masalah
1 = Kurang masalah
2 = Cukup Masalah
3 = Masalah
4 = Sangat Masalah
B : Tingkat Keseriusan
0 = Tidak serius
1 = Ringan
2 = Sedang
3 = Serius
4 = Sangat Serius









4. Imunisasi

No Masalah kesehatan A B C D Nilai Prioritas Dasar
( A+B)C/3 Nilai Prioritas Total
[ (A+B)C/3]D
1 BCG 0 0 3 1 0 0
2 DPT-1 + HB1 2 2 2 1 2,7 2,7
3 DPT-HB 3 3 2 1 4 4
3 Polio 3 3 2 1 4 4
4 Campak 0 0 3 1 0 0
Total 10,7

A : Besarnya Masalah
0 = Tidak ada masalah
1 = Kurang masalah
2 = Cukup Masalah
3 = Masalah
4 = Sangat Masalah
B : Tingkat Kesiriusan
0 = Tidak serius
1 = Ringan
2 = Sedang
3 = Serius
4 = Sangat Serius








5. Kesehatan Lingkungan

No Masalah kesehatan A B C D Nilai Prioritas Dasar
( A+B)C/3 Nilai Prioritas Total
[ (A+B)C/3]D
1 Rumah Sehat 2 2 2 1 2,7 2,7
2 Jamban Keluarga 0 0 3 1 0 0
3 SPAL 3 3 2 1 4 4
4 TPS 4 3 2 1 4,7 4,7
Total 11,7

A : Besarnya Masalah
0 = Tidak ada masalah
1 = Kurang masalah
2 = Cukup Masalah
3 = Masalah
4 = Sangat Masalah
B : Tingkat Kesiriusan
0 = Tidak serius
1 = Ringan
2 = Sedang
3 = Serius
4 = Sangat Serius









6. Penyakit Menular


No Masalah kesehatan A B C D Nilai Prioritas Dasar
( A+B)C/3 Nilai Prioritas Total
[ (A+B)C/3]D
1 ISPA 0 0 3 1 0 0
2 Diare 3 3 3 1 6 6
3 Malaria 2 3 3 1 5 5
4 TBC Paru 0 0 3 1 0 0
Total 11


A : Besarnya Masalah
0 = Tidak ada masalah
1 = Kurang masalah
2 = Cukup Masalah
3 = Masalah
4 = Sangat Masalah
B : Tingkat Kesiriusan
0 = Tidak serius
1 = Ringan
2 = Sedang
3 = Serius
4 = Sangat Serius






Berdasarkan hasil pembobotan masalah diatas, maka urutan prioritas masalah kesehatan masyarakat Desa Tridana Mulya disusun sebagai berikut :
Prioritas 1 = Kesehatan Ibu dan Anak
Prioritas 2 = Promosi Kesehatan
Prioritas 3 = Gizi
Prioritas 4 = Kesehatan Lingkungan
Prioritas 5 = Penyakit Menular
Prioritas 6 = Imunisasi

Dari ke-6 prioritas masalah kesehatan diatas yang menjadi prioritas, pada program kesehatan lingkungan akan dilakukan intervensi fisik berupa Pembuatan SPAL dan TPS percontohan sekaligus intervensi non fisik berupa penyuluhan. Sedangkan program KIA dalam hal ini K4, Promkes dalam hal ini Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Gizi dalam hal ini Fe Bumil, Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) dalam hal ini penyakit Diare dan Malaria, Imunisasi (imunisasi lengkap).
A.4. Penyusunan Rencana
Perencanaan yang disusun berdasarkan prioritas masalah yang disusun secara sistematis. Yaitu
A. Program KIA
 Perumusan Tujuan dan Sasaran
- Tujuan Umum
Masyarakat dapat menjelaskan program KIA
- Tujuan Khusus
Masyarakat dapat mengetahui upaya-upaya dalam kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak berupa Kunjungan Ibu hamil, kunjungan neonatal, Ibu hamil resiko tinggi dan bayi yang berada dibawah garis merah
- Sasaran
Yang menjadi sasaran adalah Ibu-Ibu pasangan Usia Subur dengan target 40 orang dari 4 dusun dan indikator keberhasilan yaitu 80 % dari jumlah sasaran.


 Perumusan kegiatan
- Kegiatan dilaksanakan pada PBL III berupa memberikan penyuluhan.
 Perumusan Sumber Daya
- Sumber daya meliputi : peserta PBL, Ibu-Ibu pasangan usia subur
- Alat/Perlengkapan : Leptop, LCD dan Brosur
- Dana : peserta PBL, Swdaya Masyarakat dan Instansi yang tidak terikat
B. Program Kesehatan Lingkungan
 Perumusan Tujuan dan Sasaran
- Tujuan umum
Masyarakat dapat memberikan gambaran tentang pembuatan SPAL dan TPS yang memenuhi syarat.
- Tujuan khusus
Masyarakat dapat membuat SPAL dan TPS yang memenuhi syarat
- Sasaran dan target
Sasaran yaitu Bapak-bapak dengan target 20 orang dengan indaktor keberhasilan 80 % dari jumlah sasaran
 Perumusan kegiatan
Kegiatan yang akan dilakukan adalah pembuatan SPAL dan TPS percontohan yang dilakukan secara gotong royong bersama masyarakat
 Perumusan Sumber Daya
- Tenaga adalah bapak-bapak
- Bahan/alat : pipa 4 inchi 2 buah, sambungan Pipa 1 buah dan Cincin I Buah
- Dana : swadaya masyarakat dan bantuan instansi lain yang tidak mengikat.
C. Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
 Perumusan Tujuan dan Sasaran
- Tujuan Umum
Masyarakat dapat menjelaskan penyakit Diare dan Malaria
- Tujuan khusus
Masyarakat dapat mengetahui Penyakit Diare dan Malaria
- Sasaran dan target
Sasaran penyuluhan adalah Masyarakat Tridana Mulya dengan target 50 Orang serta indikator keberhasilan 80 persen dari jumlah yang hadir

 Perumusan kegiatan
Kegiatan dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit Diare dan penyakit Malaria
 Perumusan Sumber Daya
- Tenaga : peserta PBL dan Masyarakat
- Alat/perlengkapan : LCD, brosur
- Dana : peserta PBL, swadaya masyarakat dan bantuan instansi lain yang tidak mengikat.

D. Promosi Kesehatan
 Perumusan Tujuan dan Sasaran
- Tujuan Umum
Masyarakat dapat menjelaskan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
- Tujuan Khusus
Masyarakat dapat mengetahui Perlaku Hidup Bersih dan Sehat (cuci tangan sebelum makan)
- Sasaran dan target
Sasaran penyuluhan Masyarakat desa Tridana Mulya dengan target 40 orang serta Indikator keberhasilan 80 % dari jumlah sasaran yang hadir
 Perumusan kegiatan
Kegiatan dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang PHBS (Cuci tangan sebelum makan)
 Perumusan Sumber Daya
- Tenaga : peserta PBL dan Masyarakat
- Alat/perlengkapan : LCD, brosur
- Dana : peserta PBL, swadaya masyarakat dan bantuan instansi lain yang tidak mengikat.
-
E. Gizi
 Perumusan Tujuan dan Sasaran
- Tujuan Umum
Masyarakat dapat menjelaskan tentang manfaat Fe bumil, Triguna Makanan
- Tujuan Khusus
Masyarakat dapat mengetahui manfaat Fe Bumil dan Triguna Makanan
- Sasaran dan target
Sasaran penyuluhan Masyarakat desa Tridana Mulya dengan target 40 orang serta Indikator keberhasilan 80 % dari jumlah sasaran yang hadir
 Perumusan kegiatan
Kegiatan dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang Fe Bumil dan Triguna Makanan
 Perumusan Sumber Daya
- Tenaga : peserta PBL dan Masyarakat
- Alat/perlengkapan : LCD, brosur
- Dana : peserta PBL, swadaya masyarakat dan bantuan instansi lain yang tidak mengikat.
F. Imunisasi
 Perumusan Tujuan dan Sasaran DPT-HB
- Tujuan Umum
Masyarakat dapat menjelaskan tentang manfaat Imunisasi BCG, DPT 1+HB1, DPT-HB, Polio, dan Campak
- Tujuan Khusus
Masyarakat dapat mengetahui manfaat Imunisasi
- Sasaran dan target
Sasaran penyuluhan Masyarakat desa Tridana Mulya dengan target 40 orang serta Indikator keberhasilan 80 % dari jumlah sasaran yang hadir
 Perumusan kegiatan
Kegiatan dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang Imunisasi
 Perumusan Sumber Daya
- Tenaga : peserta PBL dan Masyarakat
- Alat/perlengkapan : LCD, brosur
- Dana : peserta PBL, swadaya masyarakat dan bantuan instansi lain yang tidak mengikat.

A.5. Plan Of Action (POA) atau Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Penyusunan Plan Of Action dalam Rencana Intervensi pada PBL III yaitu
1. Program kesehatan lingkungan
a) Penjadwalan
- Penentuan waktu
Waktu pelaksanaan interfensi dilakukan pada PBL III selama 2 minggu
- Penentuan lokasi dan sasaran
Lokasi berada didesa Tidana Mulya dengan sasaran masyarakat Tridana Mulya, dimana lokasi pembuatan:
 TPS: dibalai desa
 SPAL: dirumah kepala desa
 Penyuluhan: dibalai desa
b) Pengalokasian sumber daya, meliputi:
- Dana
Dana diperoleh dari bantuan yayasan hakli dan swadaya masyarakat serta instansi lain yang tidak terikat dan pemanfaatannya untuk pembuatan SPAL dan TPS.
c) Pelaksanaan kegiatan meliputi
- Persiapan
Persiapan sejak PBL II, pengerakkan dan pelaksanaan pada PBL III dan kegiatan diawasi oleh kepala desa, peserta PBL serta masyarakat
- Penggerakan dan pelaksanaan
Penggerakan dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL dan dilaksanakan secara gotong royong dengan masyarakat.
- Pengawasan, pengendalian dan penilaian
Pengawasan dan pengendalian dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL, serta dinilai secara bersama-sama dengan masyarakat.

2. Program KIA
a) Penjadwalan
- Penentuan waktu
Waktu pelaksanaan interfensi dilakukan pada PBL III selama 2 minggu
- Penentuan lokasi dan sasaran
Lokasi berada didesa Tidana Mulya dengan sasaran masyarakat Tridana Mulya, dimana lokasi:
 Penyuluhan: dibalai desa
b) Pengalokasian sumber daya, meliputi:
- Dana
Dana diperoleh dari bantuan yayasan hakli dan swadaya masyarakat serta instansi lain yang tidak terikat
- Jenis dan jumlah sarana ynag dibutuhkan.
c) Pelaksanaan kegiatan meliputi
- Persiapan
Persiapan sejak PBL II, pengerakkan dan pelaksanaan pada PBL III dan kegiatan diawasi oleh kepala desa, peserta PBL serta masyarakat
- Penggerakan dan pelaksanaan
Penggerakan dilakukan oleh kepala desa, peserta PBL dan kader posyandu.
- Pengawasan, pengendalian dan penilaian
Pengawasan dan pengendalian dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL, serta dinilai secara bersama-sama dengan masyarakat.
3. Program Promkes
a) Penjadwalan
- Penentuan waktu
Waktu pelaksanaan interfensi dilakukan pada PBL III selama 2 minggu
- Penentuan lokasi dan sasaran
Lokasi berada didesa Tidana Mulya dengan sasaran masyarakat Tridana Mulya, dimana lokasi:
 Penyuluhan: dibalai desa

b) Pengalokasian sumber daya, meliputi:
- Dana
Dana diperoleh dari bantuan yayasan hakli dan swadaya masyarakat serta instansi lain yang tidak terikat
- Jenis dan jumlah sarana ynag dibutuhkan.
c) Pelaksanaan kegiatan meliputi
- Persiapan
Persiapan sejak PBL II, pengerakkan dan pelaksanaan pada PBL III dan kegiatan diawasi oleh kepala desa, peserta PBL serta masyarakat
- Penggerakan dan pelaksanaan
Penggerakan dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL.
- Pengawasan, pengendalian dan penilaian
Pengawasan dan pengendalian dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL, serta dinilai secara bersama-sama dengan masyarakat.
4. Program P2M
a) Penjadwalan
- Penentuan waktu
Waktu pelaksanaan interfensi dilakukan pada PBL III selama 2 minggu
- Penentuan lokasi dan sasaran
Lokasi berada didesa Tidana Mulya dengan sasaran masyarakat Tridana Mulya, dimana lokasi:
 Penyuluhan: dibalai desa
- Pengorganisasian
b) Pengalokasian sumber daya, meliputi:
- Dana
Dana diperoleh dari bantuan yayasan hakli dan swadaya masyarakat serta instansi lain yang tidak terikat
- Jenis dan jumlah sarana ynag dibutuhkan.
c) Pelaksanaan kegiatan meliputi
- Persiapan
Persiapan sejak PBL II, pengerakkan dan pelaksanaan pada PBL III dan kegiatan diawasi oleh kepala desa, peserta PBL serta masyarakat
- Penggerakan dan pelaksanaan
Penggerakan dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL.
- Pengawasan, pengendalian dan penilaian
Pengawasan dan pengendalian dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL, serta dinilai secara bersama-sama dengan masyarakat.
5. Program program Gizi
a) Penjadwalan
- Penentuan waktu
Waktu pelaksanaan interfensi dilakukan pada PBL III selama 2 minggu
- Penentuan lokasi dan sasaran
Lokasi berada didesa Tidana Mulya dengan sasaran masyarakat Tridana Mulya, dimana lokasi:
 Penyuluhan: dibalai desa
b) Pengalokasian sumber daya, meliputi:
- Dana
Dana diperoleh dari bantuan yayasan hakli dan swadaya masyarakat serta instansi lain yang tidak terikat
- Jenis dan jumlah sarana ynag dibutuhkan.
c) Pelaksanaan kegiatan meliputi
- Persiapan
Persiapan sejak PBL II, pengerakkan dan pelaksanaan pada PBL III dan kegiatan diawasi oleh kepala desa, peserta PBL serta masyarakat
- Penggerakan dan pelaksanaan
Penggerakan dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL.
- Pengawasan, pengendalian dan penilaian
Pengawasan dan pengendalian dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL, serta dinilai secara bersama-sama dengan masyarakat.


B. Pembahasan

A. Promosi Kesehatan
a. Pengertian
 Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak hanya sada, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya suatu anjuran yang ada hubunganya dengan kesehatan. ( Azrul Anwar )
 Pendidikan kesehatan adalah uapaya menterjemahkan yang telah diketahui tentang kesehatan kedalam perilaku yang diinginkan dari perorangan ataupun masyarakat melalui proses pendidikan. ( Grout )
 Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat. (Nyswander )
2. Rumah Tangga Sehat
a. Pengertian
Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang memenuhi minimal 10 indikator, sebagai berikut :
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Adalah tindakan yang dilakukan Bidan/Nakes lainnya dalam proses lahirnya janin dari kandungan ke dunia luar dimulai dari tanda-tanda lahirnya bayi, pemotongan tali pusat dan keluarnya placenta.
2. Balita diberi ASI eksklusif. Adalah proporsi bayi usia 0-6 bulan yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir.
3. Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan. Adalah penduduk semua umur yang tercakup berbagai jenis pembiayaan pra upaya seperti Askes, Jamsostek, Asuransi Perusahaan, Dana Sehat, Kartu Sehat dll.
4. Tidak merokok. Adalah penduduk umur 10 tahun ke atas yang tidak merokok selama 1 bulan terakhir.
5. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. Adalah penduduk 10 tahun ke atas dalam seminggu terakhir melakukan aktivitas fisik sedang atau berat minimal 30 menit setiap hari.
6. Makan sayur dan buah setiap hari. Adalah penduduk 10 tahun ke atas yang mengkonsumsi minimal 2 porsi sayuran dan 2 porsi buah-buahan dalam seminggu terakhir.
7. Tersedia air bersih. Rumah tangga memiliki akses terhadap air bersih adalah rumah tangga yang memakai sehari-hari kebutuhan air minum yang meliputi air dalam kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung, serta mata air terlindung yang berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah.
8. Tersedianya jamban. Adalah rumah tangga menggunakan jamban dengan septic tank atau lubang penampungan sebagai pembuangan akhir.
9. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni. Adalah lantai rumah yang ditempati dan digunakan untuk keperluam sehari-hari dibagi dengan jumlah penghuni rumah (2,5 m2/orang).
10. Lantai rumah bukan dari tanah. Adalah bagian bawah/dasar/alas suatu ruangan terbuat dari semen, papan, dan ubin.
Catatan khusus : Apabila dalam rumah tangga tersebut tidak ada ibu yang pernah melahirkan dan tidak ada balita, maka pengertian rumah tangga sehat adalah rumah tangga yang memenuhi 8 indikator.
b. Definisi Operasional
Rumah tangga sehat adalah proporsi rumah tangga yang memenuhi 10 indikator, yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, balita diberi ASI eksklusif, mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, tidak merokok, melakukan aktivitas fisik setiap hari, makan sayur dan buah setiap hari, tersedia air bersih, tersedianya jamban, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, dan lantai rumah bukan dari tanah.








B. Kesehatan Ibu dan Anak
1. Cakupan kunjungan ibu hamil K- 4
a. Pengertian
1) Ibu hamil K-4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan.
2) Pelayanan adalah pelayanan/pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil sesuai standar pada masa kehamilan oleh tenaga kesehatan terampil (Dokter, Bidan, dan Perawat).
b. Definisi Operasional
Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal 4 kali sesuai dengan stándar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.


2. Cakupan pertolongan persalinan oleh Bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
a. Pengertian
1) Pertolongan persalinan adalah pertolongan ibu bersalin di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang mendapatkan pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
2) Kompetensi kebidanan adalah keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan dalam bidang pelayanan kebidanan (Dokter dan Bidan).
b. Definisi Operasional
Cakupan pertolongan persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan adalah cakupan Ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.



3. Ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk
a. Pengertian
1) Risti/Komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.
2) Risti/komplikasi kebidanan meliputi: (Hb < 8 g%, Tekanan darah tinggi (sistole > 140 mmHg, Diastole > 90 mmHg, Oedema nyata, eklampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, Letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan prematur.
3) Bumil Risti / komplikasi yang dirujuk adalah Bumil Risti / Komplikasi yang ditemukan untuk mendapat pertolongan pertama dan rujukan oleh tenaga kesehatan.
b. Definisi Operasional
Ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk adalah Ibu hamil risiko tinggi/komplikasi yang dirujuk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
4. Cakupan kunjungan neonatus
a. Pengertian
1) Cakupan Kunjungan Neonatus (KN) adalah pelayanan kesehatan kepada bayi umur 0-28 hari di sarana pelayanan kesehatan maupun pelayanan melalui kunjungan rumah.
2) Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit, dan pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; manajemen terpadu bayi muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan Buku KIA.
3) Setiap neonatus memperoleh pelayanan kesehatan minimal 2 kali yaitu 1 kali pada umur 0-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari.
b. Definisi Operasional
Cakupan kunjungan neonatus adalah cakupan neonatus yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh Dokter, Bidan, Perawat yang memilki kompetensi klinis kesehatan neonatal, paling sedikit 2 kali, di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.



5. Cakupan kunjungan bayi
a. Pengertian
1) Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan kunjungan bayi umur 1- 12 bulan di sarana pelayanan kesehatan maupun di rumah, posyandu, tempat penitipan anak, panti asuhan dan sebagainya, melalui kunjungan petugas.
2) Pelayanan kesehatan tersebut meliputi deteksi dini kelainan tumbuh kembang bayi (DDTK), stimulasi perkembangan bayi, MTBM, manajemen terpadu balita sakit (MTBS), dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA yang diberikan oleh dokter, bidan dan perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan bayi.
3) Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 1-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan dan 1 kali pada umur 9-12 bulan.
b. Definisi Operasional
Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh Dokter, Bidan, Perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan bayi, paling sedikit 4 kali, di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
C. GIZI
1. Cakupan balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali per tahun.
a. Pengertian
1) Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul vitamin A adalah bayi yang berumur mulai umur 6 bulan s/d 11 bulan dan anak umur 12 – 59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi.
2) Kapsul vitamin A dosis tinggi terdiri dari kapsul vitamin A berwarna biru dengan dosis 100.000 S.I yang diberikan kepada bayi umur 6-11 bulan dan kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis 200.000 S.I. yang diberikan kepada anak umur 12 – 59 bulan.
b. Definisi Operasional
Cakupan balita mendapat kapsul vitamin A adalah cakupan bayi 6 – 11 bulan mendapat kapsul vitamin A satu kali dan anak umur 12-59 bulan mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi dua kali per tahun di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
2. Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe
a. Pengertian
1) Ibu hamil adalah ibu yang mengandung mulai trimester I s/d trismester III.
2) Tablet Fe adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi Anemia Gizi Besi yang diberikan kepada ibu hamil.
b. Definisi Operasional
Cakupan Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe adalah cakupan Ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
3. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada Bayi Bawah Garis Merah dari keluarga miskin.
a. Pengertian
1) Bayi Bawah Garis Merah (BGM) keluarga miskin adalah bayi usia 6-11 bulan yang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS.
2) Keluarga Miskin (Gakin) adalah keluarga yang dtetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui Tim Koordinasi Kabupaten/Kota (TKK) dengan melibatkan Tim Desa dalam mengidentifikasi nama dan alamat Gakin secara tepat, sesuai dengan Gakin yang disepakati.
3) MP-ASI dapat berbentuk bubur, nasi tim dan biskuit yang dapat dibuat dari campuran beras, dan atau beras merah, kacangkacangan, sumber protein hewani/nabati, terigu, margarine, gula, susu, lesitin kedele, garam bikarbonat dan diperkaya dengan vitamin dan mineral.
b. Definisi Operasional
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi BGM dari keluarga miskin adalah pemberian MP-ASI dengan porsi 100 gram per hari selama 90 hari.
4. Balita gizi buruk mendapat perawatan
a. Pengertian
1) Balita adalah anak usia di bawah lima tahun (0 tahun sampai dengan 4 tahun 11 bulan), yang ada di kabupaten/kota.
2) Gizi buruk adalah status gizi menurut berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) dengan Z-score < −3, dan atau dengan tanda-tanda klinis (marasmus, kwasiorkor, dan marasmuskwasiorkor). 50
3) Perawatan sesuai standar yaitu pelayanan yang diberikan mencakup :
• Pemeriksaan klinis meliputi kesadaran, dehidrasi, hipoglikemi, dan hipotermi;
• Pengukuran antropometri menggunakan parameter BB dan TB;
• Pemberian larutan elektrolit dan multi-micronutrient serta memberikan makanan dalam bentuk, jenis, dan jumlah yang sesuai kebutuhan, mengikuti fase Stabilisasi, Transisi, dan Rehabilitasi;
• Diberikan pengobatan sesuai penyakit penyerta;
• Ditimbang setiap minggu untuk memantau peningkatan BB sampai mencapai Z-score -1;
• Konseling gizi kepada orang tua/pengasuh tentang cara memberi makan anak.
b. Definisi Operasional
Balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

D Pelayanan Imunisasi
Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
a. Pengertian
1) Desa/Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan/atau daerah kota di bawah kecamatan. (Undang- Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Daerah).
2) Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah kabupaten.
3) UCI (Universal Child Immunization) ialah tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, WUS dan anak sekolah tingkat dasar.
4) Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis Campak. Ibu hamil dan WUS meliputi 2 dosis TT. Anak sekolah tingkat dasar meliputi, 1 dosis DT, 1 dosis campak, 2 dosis TT.

b. Definisi Operasional
Desa atau Kelurahan UCI adalah desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap.

E. Penyakit Menular
a. Diare
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja
penderita (Sutanto 1984; Winardi 1981).
Penanganan yang tepat setelah terjangkit diare dapat dilakukan dengan cara : • Memperbanyak minum air putih yang bersih dan matang (terapi air).
• Hindari makanan atau minuman yang merasang seperti sambal,santan, nanas, dan sebagainya.
• Minum cairan rehidrasi ORALIT.
• Bila hendak ditambah dengan obat yang mengandung garam bismuth (sejenis garam untuk mengurangi bakteri diare) juga boleh, asal jangan berlebihan.
b. Malaria
Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles.
Tanda dan Gejala Penyakit Malaria
Masa tunas / inkubasi penyakit ini dapat beberapa hari sampai beberapa bulan yang kemudian barulah muncul tanda dan gejala yang dikeluhkan oleh penderita seperti demam, menggigil, linu atau nyeri persendian, kadang sampai muntah, tampak pucat / anemis, hati serta limpa membesar, air kencing tampak keruh / pekat karena mengandung Hemoglobin (Hemoglobinuria), terasa geli pada kulit dan mengalami kekejangan.
Pencegahan penyakit Malaria
Malaria bisa menyerang semua orang, baik lelaki maupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak maupun orang dewasa. Bila terserang penyakit ini, penderita bisa mengalami koma, kegagalan multi organ, bahkan kematian. Padahal, hal itu sebenarnya bisa dicegah dengan cara mudah dan murah.
sejauh ini ada beberapa cara paling aman untuk terhindar dari malaria.
Pertama, menghindari atau mengurangi gigitan nyamuk dengan cara tidur di dalam kelambu berinsektisida, berada di dalam rumah pada malam hari, mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk, memakai obat nyamuk bakar atau menyemprot dengan obat nyamuk. Jangan lupa memasang kawat kasa pada jendela atau ventilasi, ujarnya.
Kedua, membersihkan tempat-tempat hinggap atau istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk dengan membersihkan rumput dan semak di tepi saluran, melipat kain-kain yang ber gantungan, mengusahakan keadaan di dalam rumah tidak ada tempat gelap dan lembab dengan memasang genting kaca dan membuka kaca. Cara lain adalah, membersihkan semak-semak di sekitar rumah, mengalirkan genangan air, dan menimbun dengan tanah atau pasir semua genangan air di sekitar rumah.






C. Faktor Pendukung dan Penghambat
1. Faktor Pendukung
Adapun faktor pendukung terlaksananya kegiatan PBL II ini yaitu :
a. Adanya bantuan berupa saran-saran dari dosen-dosen supervisior dan dosen pembimbing serta dosen STIKES Mandala Waluya Kendari
b. Adanya partisipasi aktif dan motivasi dari masyarakat setempat
c. Adanya kerja sama dari Kepala Desa Tridana Mulya beserta perangkatnya.
d. Adanya kerja sama antar sesama anggota PBL.
2. Faktor Penghambat
Adapun faktor penghambat dalam kegiatan PBL II ini yaitu :
a. Kesibukan warga dalam bekerja hingga tidak mengikuti pertemuan .
b. Komunikasi kurang lancar karena sebagian penduduk menggunakan bahasa Jawa.
c. Adanya perbedaan pendapat saat penyusunan Laporan











BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah menentukan prioritas masalah dari 5 program kesehatan, diperoleh satu prioritas yang akan diintervensi dari masing-masing program yaitu:
1. Pelaksanaan intervensi fisik yang dilakukan yaitu pembuatan SPAL, dan Tempat Sampah Percontohan
2. Pelaksanaan intervensi nonfisik yang dilakukan yaitu penyuluhan penyakit diare, malaria, KIA, Manfaat Imunisasi dan Gizi dibalai desa serta penyuluhan tentang Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar.

B. SARAN

1. Sebaiknya pemerintahan wilayah Kec. Landono khususnya Desa Tridana Mulya lebih meningkatkan perhatiannya dalam bidang pembangunan kesehatan.









DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1990. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Departemen Kesehatan RI : Jakarta
Anonim. 2009. Rekapitulasi jumlah Penduduk Desa Tridana Mulya : Landono.
Anonim. 2009. Monografi Desa Tridana Mulya : Landono.
Anonim. 2009. Selayang Pandang Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Indonesia. Departemen Kesehatan : Jakarta.
Azrul Azwar. 1988. Pengantar Pendidikan Kesehatan. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Pencegahan FKUI. Sastra Hudaya. Jakarta.
Efendi, Nasrul.1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta: Jakarta

Ai/uti

TBC menyerang kaum Wanita

Tuberkulosis (TB) masih jadi masalah kesehatan penting dewasa ini, padahal kuman penyebab maupun obatnya telah ditemukan sejak puluhan tahun silam. Penyakit ini menyerang sebagian besar perempuan pada usianya yang paling produktif, dan kebanyakan tidak didiagnosis atau tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat.

Diperkirakan, sekitar dua miliar manusia atau sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman penyakit itu. Laporan Pengendalian Tuberkulosis Global tahun 2008 menyebutkan, prevalensi atau angka kejadian TB tahun 2 006 adalah 14,4 juta orang, di mana diperkirakan ada sekitar 500.000 pasien TB dengan resistensi ganda. Pada tahun 2006, diperkirakan 1,7 juta orang meninggal dunia per tahun akibat TB, dan 200.000 di antaranya dengan HIV.

Menurut Prof Tjandra Yoga Aditama saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap dalam Bidang Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Universitas Indonesia, Sabtu (12/7), di Jakarta, tuberkulosis membunuh satu juta perempuan di dunia setiap tahun. Di Indonesia, tahun 2007 ditemukan 94.614 pasien pria dan 65.642 pasien TB perempuan dengan BTA positif.

Sementara pasien dengan BTA negatif jumlahnya adalah 56.758 pasien laki-laki dan 45.572 pasien perempuan. Tuberkulosis menyerang sebagian besar perempuan pada usianya yang paling produktif. “Beberapa alasan para perempuan tidak didiagnosis atau tidak mendapat pengobatan adekuat adalah, tidak ada waktu karena kesibukannya mengurus keluarga, masalah biaya dan tr ansportasi,” ujarnya.

Kendala lain adalah, adanya stigma dan hambatan sosio-budaya tertentu, tingkat pendidikan yang relatif masih rendah sehingga keterbatasan informasi mengenai gejala dan pengobatan tuberkulosis. Tak jarang, prioritas gizi dan kesehatan dalam keluarga lebih diberikan pada suami dan anak daripada pada istri. Kondisi ini mengakibatkan banyak perempuan sulit mengakses layanan pengobatan tuberkulosis.

Data dari India (2008) menyebutkan, penemuan pasien pria tiga kali lebih banyak dari perempuan TB. Penelitian kualitatif Ganapathy menunjukkan, faktor yang berperan antara lain, perbedaan gender dalam persepsi kesehatan masyarakat, masalah dalam perkawinan, stigma dan kenyataan kaum pria dan anak-anak lebih dapat perhatian kalau sakit ketimbang kaum perempuan. “Karena itu, perlu ada strategi intervensi spesifik gender untuk mengatasi ketimpangan pelayanan kesehatan bagi kaum perempuan,” kata Tjandra.

Secara umum, saat ini teknik diagnosis yang digunakan secara luas adalah teknik yang berumur lama, Tentunya perlu ada sebuah teknik diagnosis baru yang dapat mendiagnosis lebih cepat dan akurat, baik untuk diagnosis penyakit, resistensi serta infeksi late n. Tes diagnostik yang baru harus mempertimbangkan sejumlah faktor seperti sensitivitas, kecepatan, harga serta kemudahan penggunaannya di lapangan.(kompas)

mengatsi stres wlaupun pekerjaan menumpuk


Bila kita terus menerus hanya mengeluhkan pekerjaan kita, pikiran kita akan semakin tertekan dan pekerjaan tidak akan selesai juga bukan? Cobalah cari sedikit nilai positif yang bisa diambil, anggap saja ini sebagai sarana belajar bagi Anda. Atau pikirkan hal menarik yang akan Anda lakukan saat menerima gaji.


Tentukan prioritas

Memang kita tidak bisa mengerjakan semua pekerjaan sekaligus, maka tentukan mana dahulu yang lebih penting dan harus diselesaikan. Jangan pikirkan pekerjaan lain, karena akan membuat konsentrasi Anda terganggu dan pekerjaan lebih lambat selesai.


Tetap rileks dan istirahat

Sesibuk apapun Anda, saat jam istirahat, gunakan waktu sebaik-baiknya untuk bersantai. Bila mungkin, gunakan waktu istirahat Anda untuk tidur minimal 15 menit. Hal ini dapat membuat tubuh dan pikiran Anda lebih segar.


Makan makanan yang bergizi

Jangan lupa tetap memperhatikan makanan Anda agar gizi tetap tercukupi. Gizi yang cukup dapat membuat tubuh lebih sehat dan bersemangat. Usahakan agar mengkonsumsi cukup buah.


Pulang pada waktunya

Bila pekerjaan bisa dikerjakan besok dan Anda tidak diminta lembur, pulanglah pada waktunya. Ini akan membantu Anda memperoleh waktu lebih banyak untuk beristirahat dan bersantai bersama keluarga.


Minta cuti dan refreshing

Bila Anda sudah sangat penat, cobalah minta cuti pada atasan Anda. Gunakan cuti Anda untuk mengunjungi tempat-tempat yang Anda sukai, misalnya jalan-jalan ke gunung atau pantai. Bila mungkin, ajaklah anak atau keluarga Anda untuk berlibur bersama.


Cari pekerjaan lain

Hal ini merupakan salah satu pilihan jika Anda merasa sudah tidak sanggup lagi melaksanakan pekerjaan Anda. Cobalah cari pekerjaan lain yang berbeda dan Anda sukai. Namun pikirkan dahulu hal ini dengan matang sebelumnya.

jerawat


Jangan sering makan kacang dalam jumlah yang banyak, nanti timbul jerawat di wajah. Demikian mitos seputar jerawat yang kebenarannya masih menjadi pro dan kontra di antara para pakar kecantikan. Selain kacang, konon coklat juga menjadi musuh utama bagi para wanita yang wajahnya mudah ditumbuhi jerawat.

Is it true? Well, sampai saat ini masih sering terjadi perdebatan. American Academy of Dermatology, sebuah institusi untuk urusan kecantikan kulit, adalah salah satu badan yang berpendapat bahwa jerawat tidak disebabkan oleh makanan seperti kacang, coklat atau ice cream. Namun sebuah hasil riset, membuktikan hal yang bertolak belakang.

Colorado State University Department of Health and Exercise, menyarankan untuk mengurangi gula dan makanan yang kadar karbohiodratnya tinggi. Institusi tersebut telah meneliti sekitar 1300 orang penduduk pulau Kitivan di Papua New Guinea, yang puasa makanan manis serta makanan berkarbohidrat. Seharo-harinya mereka hanya makan ikan, buah dan daging yang dimasak secara tradisional. Hasilnya? Tidak ada satu jerawat pun yang bertengger di wahaj mereka.
Mengkonsumsi terlalu banyak gula dapat meningkatkan kadar insulin dalam darah, dimana hal tersebut memicu produksi hormone androgen yang membuat kulit jadi berminyak. Demikian statement dari Howard Murad, seorang professor dari UCLA School of Medicine. Pernyataan tersebut menjelaskan mengapa para penduduk pulau tersebut bebas dari jerawat.

Untuk Anda yang masih berusaha memerangi jerawat, tak ada salahnya mencoba, bukan? Mulai hari ini, cobalah untuk mengurangi gula dalam teh atau kopi. Serta mengurangi roti-rotian, kentang atau nasi pada menu sehari-hari Anda, agar wajah bebas jerawat jadi milik Anda.

TERTAWA bermanfaat bagi kesehatan


TERTAWA ternyata sangat bermanfaat bagi kesehatan. Tertawa terbahak-bahak selama satu menit setara dengan 45 menit olahraga yang mengeluarkan keringat.

Bahkan, efek tertawa selama 20 detik sama halnya dengan tiga menit joging, yang baik untuk kesehatan jantung.

Getaran yang dihasilkan ketika kita tertawa membuat jantung berdetak lebih kencang. Selain itu, tekanan darah meningkat dan oksigen dalam darah juga naik. Bahkan endorfin yang diproduksi otak akan melahirkan rasa nyaman.

Studi membuktikan tekanan darah menurun 10-20 mm ketika seseorang tertawa selama 10 menit. Endorfin atau hormon anti stres yang dilepas akan mengalahkan hormon stres (cortisol, adrenalin, epinephrine). Tekanan darah sebagai penyebab berbagai penyakit pun dapat berkurang.

Tertawa terbahak-bahak juga memicu produksi sel-sel limfosit sebagai pembunuh stres alami. Dengan kata lain, efek tertawa dapat meningkatkan sistem imun tubuh kita.

Sebuah penelitian yang dilakukan psikiatris Arthur Stone dari State University of New York di Stony Brook Medical School membuktikan hal itu. Selama tiga bulan ia melakukan studi dengan melibatkan 96 pria untuk mengukur tingkat antibodi.

Tak perlu menunggu saat yang tepat untuk tertawa, seperti saat menonton tayangan lucu, bercanda dengan teman atau membaca buku humor. Tertawa tanpa sebab pun sah-sah saja, toh bermanfaat bagi kesehatan Anda. Alternatif lain, tak ada salahnya mencoba bergabung dengan kelompok tertawa yang kini mulai menjamur.


(berbagai sumber/CN16)

jantung


Menurut para pakar kesehatan ada 10 kunci agar kita terhindar dari Penyakit Jantung yakni :

1.Kadar Kolesterol* harus selalu di bawah 200 mg%

2.Kadar Trigliserida* usahakan kurang dari 200 mg %

3.Kadar HDL* usahakan selalu di atas 35 mg %

4.Kadar LDL* usahakan selalu kurang dari 160 mg%

5.Kadar Gula Puasa* antara 60 - 110 mg%

6.Kadar Gula sesudah 2 jam makan* tidak lebih dari 200 mg%

7.Tekanan darah normal menurut standar WHO sebaiknya tidak melebihi

140 mmHg untuk Sistole dan 90 mmHg untuk Diastole.

8.Jangan merokok atau dalam lingkungan asap rokok.

9.Dapat mengendalikan Stress dengan baik (Stress Positif).

10.Olahraga Teratur, Bertahap dan Terukur (sebaiknya olahraga yang bersifat Aerobik seperti Jalan Kaki, Jogging, Bersepeda, Berenang, Senam Aerobic atau olahraga permainan dengan tempo rendah).

Sabtu, 10 April 2010

प्रक्तेक बेलाजर लापंगन ( पब्ल) II

A.2. Identifikasi Masalah
Dari data-data diatas dan hasil analisis yang sederhana, maka banyak permasalahan yang timbul dalam masyarakat Tridana Mulya yang disebabkan oleh faktor ketidaktahuan dan ketidakmampuan masyarakat dalam menjalankan tugas-tugas dalam bidang kesehatan, sehingga timbulah masalah-masalah kesehatan sebagai berikut :
1. Promkes
2. Kesehatan Ibu dan Anak
3. Gizi ( Fe Bumil, Penimbangan )
4. Imunisasi
5. Kesehatan Lingkungan ( SPAL dan TPS)
6. Penyakit Menular ( Diare dan Malaria )






A.3. Prioritas Masalah
Menetapkan prioritas dari sekian banyak masalah kesehatan di masyarakat saat ini merupakan tugas yang penting dan semakin sulit. Manager kesehatan masyarakat sering dihadapkan pada masalah yang semakin menekan dengan sumber daya yang semakin terbatas. Metode untuk menetapkan prioritas secara adil, masuk akal, dan mudah dihitung merupakan perangkat manajemen yang penting.
Metode yang dijelaskan di sini memberikan cara untuk membandingkan berbagai masalah kesehatan dengan cara yang relatif, tidak absolut/mutlak, memiliki kerangka, sebisa mungkin sama/sederajat, dan objektif.
Metode ini, yang disebut dengan Metode Hanlon maupun Sistem Dasar Penilaian Prioritas (BPRS), dijelaskan dalam buku Public Health: Administration and Practice (Hanlon and Pickett, Times Mirror/Mosby College Publishing) dan Basic Health Planning (Spiegel and Hyman, Aspen Publishers).
Metode ini memiliki tiga tujuan utama:
• Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas
• Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki bobot relatif satu sama lain
• Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dinilai secara individual.
Formula Dasar Penilaian Prioritas
Berdasarkan tinjauan atas percobaan berulang yang dilakukan dalam mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan, pola kriteria yang konsisten menjadi kelihatan jelas. Pola tersebut tercermin pada komponen-komponen dalam sistem ini.
Komponen A = Ukuran/Besarnya masalah
Komponen B = Tingkat keseriusan masalah
Komponen C = Perkiraan efektivitas solusi
Komponen D = PEARL faktor ((propriety, economic feasibility, acceptability, resource availability, legality--Kepatutan, kelayakan ekonomi, dapat diterima, ketersediaan sumber daya, dan legalitas).
Semua komponen tersebut diterjemahkan ke dalam dua rumus yang merupakan nilai numerik yang memberikan prioritas utama kepada mereka penyakit / kondisi dengan skor tertinggi.
Nilai Dasar Prioritas/Basic Priority Rating (BPR)> BPR = (A + B) C / 3
Nilai Prioritas Keseluruhan/Basic Priority Rating (OPR)> OPR = [(A + B) C / 3] x D
Perbedaan dalam dua rumus akan menjadi semakin nyata ketika Komponen D (PEARL) dijelaskan. Penting untuk mengenal dan menerima hal-hal tersebut, karena dengan berbagai proses seperti itu, akan terdapat sejumlah besar subyektivitas. Pilihan, definisi, dan bobot relatif yang ditetapkan pada komponen merupakan keputusan kelompok dan bersifat fleksibel. Lebih jauh lagi, nilai tersebut merupakan penetapan dari masing-masing individu pemberi nilai. Namun demikian, beberapa kontrol ilmiah dapat dicapai dengan menggunakan definisi istilah secara tepat, dan sesuai dengan data statistik dan akurat.
Komponen

Komponen A - Ukuran/Besarnya Masalah
Komponen ini adalah salah satu yang faktornya memiliki angka yang kecil. Pilihan biasanya terbatas pada persentase dari populasi yang secara langsung terkena dampak dari masalah tersebut, yakni insiden, prevalensi, atau tingkat kematian dan angka.
Ukuran/besarnya masalah juga dapat dipertimbangkan dari lebih dari satu cara. Baik keseluruhan populasi penduduk maupun populasi yang berpotensi/berisiko dapat menjadi pertimbangan. Selain itu, penyakit –penyakit dengan faktor risiko pada umumnya, yang mengarah pada solusi bersama/yang sama dapat dipertimbangkan secara bersama-sama. Misalnya, jika kanker yang berhubungan dengan tembakau dijadikan pertimbangan, maka kanker paru-paru, kerongkongan, dan kanker mulut dapat dianggap sebagai satu. Jika akan dibuat lebih banyak penyakit yang juga dipertimbangkan, penyakit cardiovascular mungkin juga dapat dipertimbangkan. Nilai maksimal dari komponen ini adalah 10. Keputusan untuk menentukan berapa ukuran/besarnya masalah biasanya merupakan konsensus kelompok.
Komponen B – Tingkat Keseriusan Masalah
Kelompok harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin dan menentukan tingkat keseriusan dari masalah. Sekalipun demikian, angka dari faktor yang harus dijaga agar tetap pada nilai yang pantas. Kelompok harus berhati-hati untuk tidak membawa masalah ukuran atau dapat dicegahnya suatu masalah ke dalam diskusi, karena kedua hal tersebut sesuai untuk dipersamakan di tempat yang lain.
Maksimum skor pada komponen ini adalah 20. Faktor-faktor harus dipertimbangkan bobotnya dan ditetapkan secara hati-hati. Dengan menggunakan nomor ini (20), keseriusan dianggap dua kali lebih pentingnya dengan ukuran/besarnya masalah.
Faktor yang dapat digunakan adalah:
• Urgensi: sifat alami dari kedaruratan masalah; tren insidensi, tingkat kematian, atau faktor risiko; kepentingan relatif terhadap masayarakat; akses terkini kepada pelayanan yang diperlukan.
• Tingkat keparahan: tingkat daya tahan hidup, rata-rata usia kematian, kecacatan/disabilitas, angka kematian prematur relatif.
• Kerugian ekonomi: untuk masyarakat (kota / daerah / Negara), dan untuk masing-masing individu.
Masing-masing faktor harus mendapatkan bobot. Sebagai contoh, bila menggunakan empat faktor, bobot yang mungkin adalah 0-5 atau kombinasi manapun yang nilai maksimumnya sama dengan 20. Menentukan apa yang akan dipertimbangkan sebagai minimum dan maksimum dalam setiap faktor biasanya akan menjadi sangat membantu. Hal ini akan membantu untuk menentukan batas-batas untuk menjaga beberapa perspektif dalam menetapkan sebuah nilai numerik. Salah satu cara untuk mempertimbangkan hal ini adalah dengan menggunakannya sebagai skala seperti:
0 = tidak ada
1 = beberapa
2 = lebih (lebih parah, lebih gawat, lebih banyak, dll)
3 = paling
Komponen C - Efektivitas dari Intervensi
Komponen ini harus dianggap sebagai "Seberapa baikkan masalah ini dapat diselesaikan?" Faktor tersebut mendapatkan skor dengan angka dari 0 - 10. Komponen ini mungkin merupakan komponen formula yang paling subyektif. Terdapat sejumlah besar data yang tersedia dari penelitian-penelitian yang mendokumentasikan sejauh mana tingkat keberhasilan sebuah intervensi selama ini.
Efektivitas penilaian, yang dibuat berdasarkan tingkat keberhasilan yang diketahui dari literatur, dikalikan dengan persen dari target populasi yang diharapkan dapat tercapai.
Contoh: Berhenti Merokok
Target populasi 45.000 perokok
Total yang mencoba untuk berhenti 13.500
Efektivitas penghentian merokok 32% atau 0,32
Target populasi x efektivitas 0,30 x 0,32 = 0,096 atau 0,1 atau 1
Contoh: Imunisasi
Target populasi 200.000
Jumlah yang terimunisasi yang diharapkan 193.000
Persen dari total 97% atau 0,97
Efektivitas 94% atau 0,94
Populasi yang tercapai x efektivitas 0,97 x 0,94 = 0,91 atau 9,1
Sebuah keuntungan dengan mempertimbangkan populasi target dan jumlah yang diharapkan adalah akan didapatkannya perhitungan yang realistis mengenai sumber daya yang dibutuhkan dan kemampuan yang diharapkan untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan.






Komponen D – PEARL
PEARL yang merupakan kelompok faktor itu, walaupun tidak secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan, memiliki pengaruh yang tinggi dalam menentukan apakah suatu masalah dapat diatasi.
P – Propierity/Kewajaran. Apakah masalah tersebut berada pada lingkup keseluruhan misi kita?
E – Economic Feasibility/Kelayakan Ekonomis. Apakah dengan menangani masalah tersebut akan bermakna dan memberi arti secara ekonomis? Apakah ada konsekuensi ekonomi jika masalah tersebut tidak diatasi?
A – Acceptability. Apakah dapat diterima oleh masyarakat dan / atau target populasi?
R – Resources/Sumber Daya. Apakah tersedia sumber daya untuk mengatasi masalah?
L – Legalitas. Apakah hukum yang ada sekarang memungkinkan masalah untuk diatasi?
Masing-masing faktor kualifikasi dipertimbangkan, dan angka untuk setiap faktor PEARL adalah 1 jika jawabannya adalah "ya" dan 0 jika jawabannya adalah "tidak." Bila penilaian skor telah lengkap/selesai, semua angka-angka dikalikan untuk mendapatkan jawaban akhir terbaik. Karena bersama-sama, faktor-faktor ini merupakan suatu produk dan bukan merupakan jumlah. Singkatnya, jika salah satu dari lima faktor yang "tidak", maka D akan sama dengan 0. Karena D adalah pengali akhir dalam rumus , maka jika D = 0, masalah kesehatan tidak akan diatasi dibenahi dalam OPR, terlepas dari seberapa tingginya peringkat masalah di BPR. Sekalipun demikian, bagian dari upaya perencanaan total mungkin termasuk melakukan langkah-langkah lanjut yang diperlukan untuk mengatasi PEARL secara positif di masa mendatang. Misalnya, jika intervensi tersebut hanya tidak dapat diterima penduduk, dapat diambil langkah-langkah bertahap untuk mendidik masyarakat mengenai manfaat potensial dari intervensi, sehingga dapat dipertimbangkan di masa mendatang.
Untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di desa Tridana Mulya secara keseluruhan tidak mungkin, oleh karena itu perlu dilakukan prioritas masalah kesehatan, mana masalah kesehatan dan keperawatan yang mengancam kehidupan dan mengancam kesehatan masyarakat itulah yang menjadi Prioritas utama.

Berdasarkan hasil pembobotan masalah diatas, maka urutan prioritas masalah kesehatan masyarakat Desa Tridana Mulya disusun sebagai berikut :
Prioritas 1 = Kesehatan Ibu dan Anak
Prioritas 2 = Promosi Kesehatan
Prioritas 3 = Gizi
Prioritas 4 = Kesehatan Lingkungan
Prioritas 5 = Penyakit Menular
Prioritas 6 = Imunisasi

Dari ke-6 prioritas masalah kesehatan diatas yang menjadi prioritas, pada program kesehatan lingkungan akan dilakukan intervensi fisik berupa Pembuatan SPAL dan TPS percontohan sekaligus intervensi non fisik berupa penyuluhan. Sedangkan program KIA dalam hal ini K4, Promkes dalam hal ini Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Gizi dalam hal ini Fe Bumil, Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) dalam hal ini penyakit Diare dan Malaria, Imunisasi (imunisasi lengkap).
A.4. Penyusunan Rencana
Perencanaan yang disusun berdasarkan prioritas masalah yang disusun secara sistematis. Yaitu
A. Program KIA
 Perumusan Tujuan dan Sasaran
- Tujuan Umum
Masyarakat dapat menjelaskan program KIA
- Tujuan Khusus
Masyarakat dapat mengetahui upaya-upaya dalam kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak berupa Kunjungan Ibu hamil, kunjungan neonatal, Ibu hamil resiko tinggi dan bayi yang berada dibawah garis merah
- Sasaran
Yang menjadi sasaran adalah Ibu-Ibu pasangan Usia Subur dengan target 40 orang dari 4 dusun dan indikator keberhasilan yaitu 80 % dari jumlah sasaran.


 Perumusan kegiatan
- Kegiatan dilaksanakan pada PBL III berupa memberikan penyuluhan.
 Perumusan Sumber Daya
- Sumber daya meliputi : peserta PBL, Ibu-Ibu pasangan usia subur
- Alat/Perlengkapan : Leptop, LCD dan Brosur
- Dana : peserta PBL, Swdaya Masyarakat dan Instansi yang tidak terikat
B. Program Kesehatan Lingkungan
 Perumusan Tujuan dan Sasaran
- Tujuan umum
Masyarakat dapat memberikan gambaran tentang pembuatan SPAL dan TPS yang memenuhi syarat.
- Tujuan khusus
Masyarakat dapat membuat SPAL dan TPS yang memenuhi syarat
- Sasaran dan target
Sasaran yaitu Bapak-bapak dengan target 20 orang dengan indaktor keberhasilan 80 % dari jumlah sasaran
 Perumusan kegiatan
Kegiatan yang akan dilakukan adalah pembuatan SPAL dan TPS percontohan yang dilakukan secara gotong royong bersama masyarakat
 Perumusan Sumber Daya
- Tenaga adalah bapak-bapak
- Bahan/alat : pipa 4 inchi 2 buah, sambungan Pipa 1 buah dan Cincin I Buah
- Dana : swadaya masyarakat dan bantuan instansi lain yang tidak mengikat.
C. Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
 Perumusan Tujuan dan Sasaran
- Tujuan Umum
Masyarakat dapat menjelaskan penyakit Diare dan Malaria
- Tujuan khusus
Masyarakat dapat mengetahui Penyakit Diare dan Malaria
- Sasaran dan target
Sasaran penyuluhan adalah Masyarakat Tridana Mulya dengan target 50 Orang serta indikator keberhasilan 80 persen dari jumlah yang hadir

 Perumusan kegiatan
Kegiatan dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit Diare dan penyakit Malaria
 Perumusan Sumber Daya
- Tenaga : peserta PBL dan Masyarakat
- Alat/perlengkapan : LCD, brosur
- Dana : peserta PBL, swadaya masyarakat dan bantuan instansi lain yang tidak mengikat.

D. Promosi Kesehatan
 Perumusan Tujuan dan Sasaran
- Tujuan Umum
Masyarakat dapat menjelaskan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
- Tujuan Khusus
Masyarakat dapat mengetahui Perlaku Hidup Bersih dan Sehat (cuci tangan sebelum makan)
- Sasaran dan target
Sasaran penyuluhan Masyarakat desa Tridana Mulya dengan target 40 orang serta Indikator keberhasilan 80 % dari jumlah sasaran yang hadir
 Perumusan kegiatan
Kegiatan dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang PHBS (Cuci tangan sebelum makan)
 Perumusan Sumber Daya
- Tenaga : peserta PBL dan Masyarakat
- Alat/perlengkapan : LCD, brosur
- Dana : peserta PBL, swadaya masyarakat dan bantuan instansi lain yang tidak mengikat.
-
E. Gizi
 Perumusan Tujuan dan Sasaran
- Tujuan Umum
Masyarakat dapat menjelaskan tentang manfaat Fe bumil, Triguna Makanan
- Tujuan Khusus
Masyarakat dapat mengetahui manfaat Fe Bumil dan Triguna Makanan
- Sasaran dan target
Sasaran penyuluhan Masyarakat desa Tridana Mulya dengan target 40 orang serta Indikator keberhasilan 80 % dari jumlah sasaran yang hadir
 Perumusan kegiatan
Kegiatan dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang Fe Bumil dan Triguna Makanan
 Perumusan Sumber Daya
- Tenaga : peserta PBL dan Masyarakat
- Alat/perlengkapan : LCD, brosur
- Dana : peserta PBL, swadaya masyarakat dan bantuan instansi lain yang tidak mengikat.
F. Imunisasi
 Perumusan Tujuan dan Sasaran DPT-HB
- Tujuan Umum
Masyarakat dapat menjelaskan tentang manfaat Imunisasi BCG, DPT 1+HB1, DPT-HB, Polio, dan Campak
- Tujuan Khusus
Masyarakat dapat mengetahui manfaat Imunisasi
- Sasaran dan target
Sasaran penyuluhan Masyarakat desa Tridana Mulya dengan target 40 orang serta Indikator keberhasilan 80 % dari jumlah sasaran yang hadir
 Perumusan kegiatan
Kegiatan dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang Imunisasi
 Perumusan Sumber Daya
- Tenaga : peserta PBL dan Masyarakat
- Alat/perlengkapan : LCD, brosur
- Dana : peserta PBL, swadaya masyarakat dan bantuan instansi lain yang tidak mengikat.

A.5. Plan Of Action (POA) atau Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Penyusunan Plan Of Action dalam Rencana Intervensi pada PBL III yaitu
1. Program kesehatan lingkungan
a) Penjadwalan
- Penentuan waktu
Waktu pelaksanaan interfensi dilakukan pada PBL III selama 2 minggu
- Penentuan lokasi dan sasaran
Lokasi berada didesa Tidana Mulya dengan sasaran masyarakat Tridana Mulya, dimana lokasi pembuatan:
 TPS: dibalai desa
 SPAL: dirumah kepala desa
 Penyuluhan: dibalai desa
b) Pengalokasian sumber daya, meliputi:
- Dana
Dana diperoleh dari bantuan yayasan hakli dan swadaya masyarakat serta instansi lain yang tidak terikat dan pemanfaatannya untuk pembuatan SPAL dan TPS.
c) Pelaksanaan kegiatan meliputi
- Persiapan
Persiapan sejak PBL II, pengerakkan dan pelaksanaan pada PBL III dan kegiatan diawasi oleh kepala desa, peserta PBL serta masyarakat
- Penggerakan dan pelaksanaan
Penggerakan dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL dan dilaksanakan secara gotong royong dengan masyarakat.
- Pengawasan, pengendalian dan penilaian
Pengawasan dan pengendalian dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL, serta dinilai secara bersama-sama dengan masyarakat.

2. Program KIA
a) Penjadwalan
- Penentuan waktu
Waktu pelaksanaan interfensi dilakukan pada PBL III selama 2 minggu
- Penentuan lokasi dan sasaran
Lokasi berada didesa Tidana Mulya dengan sasaran masyarakat Tridana Mulya, dimana lokasi:
 Penyuluhan: dibalai desa
b) Pengalokasian sumber daya, meliputi:
- Dana
Dana diperoleh dari bantuan yayasan hakli dan swadaya masyarakat serta instansi lain yang tidak terikat
- Jenis dan jumlah sarana ynag dibutuhkan.
c) Pelaksanaan kegiatan meliputi
- Persiapan
Persiapan sejak PBL II, pengerakkan dan pelaksanaan pada PBL III dan kegiatan diawasi oleh kepala desa, peserta PBL serta masyarakat
- Penggerakan dan pelaksanaan
Penggerakan dilakukan oleh kepala desa, peserta PBL dan kader posyandu.
- Pengawasan, pengendalian dan penilaian
Pengawasan dan pengendalian dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL, serta dinilai secara bersama-sama dengan masyarakat.
3. Program Promkes
a) Penjadwalan
- Penentuan waktu
Waktu pelaksanaan interfensi dilakukan pada PBL III selama 2 minggu
- Penentuan lokasi dan sasaran
Lokasi berada didesa Tidana Mulya dengan sasaran masyarakat Tridana Mulya, dimana lokasi:
 Penyuluhan: dibalai desa

b) Pengalokasian sumber daya, meliputi:
- Dana
Dana diperoleh dari bantuan yayasan hakli dan swadaya masyarakat serta instansi lain yang tidak terikat
- Jenis dan jumlah sarana ynag dibutuhkan.
c) Pelaksanaan kegiatan meliputi
- Persiapan
Persiapan sejak PBL II, pengerakkan dan pelaksanaan pada PBL III dan kegiatan diawasi oleh kepala desa, peserta PBL serta masyarakat
- Penggerakan dan pelaksanaan
Penggerakan dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL.
- Pengawasan, pengendalian dan penilaian
Pengawasan dan pengendalian dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL, serta dinilai secara bersama-sama dengan masyarakat.
4. Program P2M
a) Penjadwalan
- Penentuan waktu
Waktu pelaksanaan interfensi dilakukan pada PBL III selama 2 minggu
- Penentuan lokasi dan sasaran
Lokasi berada didesa Tidana Mulya dengan sasaran masyarakat Tridana Mulya, dimana lokasi:
 Penyuluhan: dibalai desa
- Pengorganisasian
b) Pengalokasian sumber daya, meliputi:
- Dana
Dana diperoleh dari bantuan yayasan hakli dan swadaya masyarakat serta instansi lain yang tidak terikat
- Jenis dan jumlah sarana ynag dibutuhkan.
c) Pelaksanaan kegiatan meliputi
- Persiapan
Persiapan sejak PBL II, pengerakkan dan pelaksanaan pada PBL III dan kegiatan diawasi oleh kepala desa, peserta PBL serta masyarakat
- Penggerakan dan pelaksanaan
Penggerakan dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL.
- Pengawasan, pengendalian dan penilaian
Pengawasan dan pengendalian dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL, serta dinilai secara bersama-sama dengan masyarakat.
5. Program program Gizi
a) Penjadwalan
- Penentuan waktu
Waktu pelaksanaan interfensi dilakukan pada PBL III selama 2 minggu
- Penentuan lokasi dan sasaran
Lokasi berada didesa Tidana Mulya dengan sasaran masyarakat Tridana Mulya, dimana lokasi:
 Penyuluhan: dibalai desa
b) Pengalokasian sumber daya, meliputi:
- Dana
Dana diperoleh dari bantuan yayasan hakli dan swadaya masyarakat serta instansi lain yang tidak terikat
- Jenis dan jumlah sarana ynag dibutuhkan.
c) Pelaksanaan kegiatan meliputi
- Persiapan
Persiapan sejak PBL II, pengerakkan dan pelaksanaan pada PBL III dan kegiatan diawasi oleh kepala desa, peserta PBL serta masyarakat
- Penggerakan dan pelaksanaan
Penggerakan dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL.
- Pengawasan, pengendalian dan penilaian
Pengawasan dan pengendalian dilakukan oleh kepala desa dan peserta PBL, serta dinilai secara bersama-sama dengan masyarakat.


B. Pembahasan

A. Promosi Kesehatan
a. Pengertian
 Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak hanya sada, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya suatu anjuran yang ada hubunganya dengan kesehatan. ( Azrul Anwar )
 Pendidikan kesehatan adalah uapaya menterjemahkan yang telah diketahui tentang kesehatan kedalam perilaku yang diinginkan dari perorangan ataupun masyarakat melalui proses pendidikan. ( Grout )
 Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat. (Nyswander )
2. Rumah Tangga Sehat
a. Pengertian
Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang memenuhi minimal 10 indikator, sebagai berikut :
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Adalah tindakan yang dilakukan Bidan/Nakes lainnya dalam proses lahirnya janin dari kandungan ke dunia luar dimulai dari tanda-tanda lahirnya bayi, pemotongan tali pusat dan keluarnya placenta.
2. Balita diberi ASI eksklusif. Adalah proporsi bayi usia 0-6 bulan yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir.
3. Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan. Adalah penduduk semua umur yang tercakup berbagai jenis pembiayaan pra upaya seperti Askes, Jamsostek, Asuransi Perusahaan, Dana Sehat, Kartu Sehat dll.
4. Tidak merokok. Adalah penduduk umur 10 tahun ke atas yang tidak merokok selama 1 bulan terakhir.
5. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. Adalah penduduk 10 tahun ke atas dalam seminggu terakhir melakukan aktivitas fisik sedang atau berat minimal 30 menit setiap hari.
6. Makan sayur dan buah setiap hari. Adalah penduduk 10 tahun ke atas yang mengkonsumsi minimal 2 porsi sayuran dan 2 porsi buah-buahan dalam seminggu terakhir.
7. Tersedia air bersih. Rumah tangga memiliki akses terhadap air bersih adalah rumah tangga yang memakai sehari-hari kebutuhan air minum yang meliputi air dalam kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung, serta mata air terlindung yang berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah.
8. Tersedianya jamban. Adalah rumah tangga menggunakan jamban dengan septic tank atau lubang penampungan sebagai pembuangan akhir.
9. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni. Adalah lantai rumah yang ditempati dan digunakan untuk keperluam sehari-hari dibagi dengan jumlah penghuni rumah (2,5 m2/orang).
10. Lantai rumah bukan dari tanah. Adalah bagian bawah/dasar/alas suatu ruangan terbuat dari semen, papan, dan ubin.
Catatan khusus : Apabila dalam rumah tangga tersebut tidak ada ibu yang pernah melahirkan dan tidak ada balita, maka pengertian rumah tangga sehat adalah rumah tangga yang memenuhi 8 indikator.
b. Definisi Operasional
Rumah tangga sehat adalah proporsi rumah tangga yang memenuhi 10 indikator, yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, balita diberi ASI eksklusif, mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, tidak merokok, melakukan aktivitas fisik setiap hari, makan sayur dan buah setiap hari, tersedia air bersih, tersedianya jamban, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, dan lantai rumah bukan dari tanah.








B. Kesehatan Ibu dan Anak
1. Cakupan kunjungan ibu hamil K- 4
a. Pengertian
1) Ibu hamil K-4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan.
2) Pelayanan adalah pelayanan/pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil sesuai standar pada masa kehamilan oleh tenaga kesehatan terampil (Dokter, Bidan, dan Perawat).
b. Definisi Operasional
Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal 4 kali sesuai dengan stándar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.


2. Cakupan pertolongan persalinan oleh Bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
a. Pengertian
1) Pertolongan persalinan adalah pertolongan ibu bersalin di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang mendapatkan pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
2) Kompetensi kebidanan adalah keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan dalam bidang pelayanan kebidanan (Dokter dan Bidan).
b. Definisi Operasional
Cakupan pertolongan persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan adalah cakupan Ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.



3. Ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk
a. Pengertian
1) Risti/Komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.
2) Risti/komplikasi kebidanan meliputi: (Hb < 8 g%, Tekanan darah tinggi (sistole > 140 mmHg, Diastole > 90 mmHg, Oedema nyata, eklampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, Letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan prematur.
3) Bumil Risti / komplikasi yang dirujuk adalah Bumil Risti / Komplikasi yang ditemukan untuk mendapat pertolongan pertama dan rujukan oleh tenaga kesehatan.
b. Definisi Operasional
Ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk adalah Ibu hamil risiko tinggi/komplikasi yang dirujuk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
4. Cakupan kunjungan neonatus
a. Pengertian
1) Cakupan Kunjungan Neonatus (KN) adalah pelayanan kesehatan kepada bayi umur 0-28 hari di sarana pelayanan kesehatan maupun pelayanan melalui kunjungan rumah.
2) Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit, dan pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; manajemen terpadu bayi muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan Buku KIA.
3) Setiap neonatus memperoleh pelayanan kesehatan minimal 2 kali yaitu 1 kali pada umur 0-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari.
b. Definisi Operasional
Cakupan kunjungan neonatus adalah cakupan neonatus yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh Dokter, Bidan, Perawat yang memilki kompetensi klinis kesehatan neonatal, paling sedikit 2 kali, di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.



5. Cakupan kunjungan bayi
a. Pengertian
1) Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan kunjungan bayi umur 1- 12 bulan di sarana pelayanan kesehatan maupun di rumah, posyandu, tempat penitipan anak, panti asuhan dan sebagainya, melalui kunjungan petugas.
2) Pelayanan kesehatan tersebut meliputi deteksi dini kelainan tumbuh kembang bayi (DDTK), stimulasi perkembangan bayi, MTBM, manajemen terpadu balita sakit (MTBS), dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA yang diberikan oleh dokter, bidan dan perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan bayi.
3) Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 1-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan dan 1 kali pada umur 9-12 bulan.
b. Definisi Operasional
Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh Dokter, Bidan, Perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan bayi, paling sedikit 4 kali, di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
C. GIZI
1. Cakupan balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali per tahun.
a. Pengertian
1) Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul vitamin A adalah bayi yang berumur mulai umur 6 bulan s/d 11 bulan dan anak umur 12 – 59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi.
2) Kapsul vitamin A dosis tinggi terdiri dari kapsul vitamin A berwarna biru dengan dosis 100.000 S.I yang diberikan kepada bayi umur 6-11 bulan dan kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis 200.000 S.I. yang diberikan kepada anak umur 12 – 59 bulan.
b. Definisi Operasional
Cakupan balita mendapat kapsul vitamin A adalah cakupan bayi 6 – 11 bulan mendapat kapsul vitamin A satu kali dan anak umur 12-59 bulan mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi dua kali per tahun di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
2. Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe
a. Pengertian
1) Ibu hamil adalah ibu yang mengandung mulai trimester I s/d trismester III.
2) Tablet Fe adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi Anemia Gizi Besi yang diberikan kepada ibu hamil.
b. Definisi Operasional
Cakupan Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe adalah cakupan Ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
3. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada Bayi Bawah Garis Merah dari keluarga miskin.
a. Pengertian
1) Bayi Bawah Garis Merah (BGM) keluarga miskin adalah bayi usia 6-11 bulan yang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS.
2) Keluarga Miskin (Gakin) adalah keluarga yang dtetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui Tim Koordinasi Kabupaten/Kota (TKK) dengan melibatkan Tim Desa dalam mengidentifikasi nama dan alamat Gakin secara tepat, sesuai dengan Gakin yang disepakati.
3) MP-ASI dapat berbentuk bubur, nasi tim dan biskuit yang dapat dibuat dari campuran beras, dan atau beras merah, kacangkacangan, sumber protein hewani/nabati, terigu, margarine, gula, susu, lesitin kedele, garam bikarbonat dan diperkaya dengan vitamin dan mineral.
b. Definisi Operasional
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi BGM dari keluarga miskin adalah pemberian MP-ASI dengan porsi 100 gram per hari selama 90 hari.
4. Balita gizi buruk mendapat perawatan
a. Pengertian
1) Balita adalah anak usia di bawah lima tahun (0 tahun sampai dengan 4 tahun 11 bulan), yang ada di kabupaten/kota.
2) Gizi buruk adalah status gizi menurut berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) dengan Z-score < −3, dan atau dengan tanda-tanda klinis (marasmus, kwasiorkor, dan marasmuskwasiorkor). 50
3) Perawatan sesuai standar yaitu pelayanan yang diberikan mencakup :
• Pemeriksaan klinis meliputi kesadaran, dehidrasi, hipoglikemi, dan hipotermi;
• Pengukuran antropometri menggunakan parameter BB dan TB;
• Pemberian larutan elektrolit dan multi-micronutrient serta memberikan makanan dalam bentuk, jenis, dan jumlah yang sesuai kebutuhan, mengikuti fase Stabilisasi, Transisi, dan Rehabilitasi;
• Diberikan pengobatan sesuai penyakit penyerta;
• Ditimbang setiap minggu untuk memantau peningkatan BB sampai mencapai Z-score -1;
• Konseling gizi kepada orang tua/pengasuh tentang cara memberi makan anak.
b. Definisi Operasional
Balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

D Pelayanan Imunisasi
Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
a. Pengertian
1) Desa/Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan/atau daerah kota di bawah kecamatan. (Undang- Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Daerah).
2) Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah kabupaten.
3) UCI (Universal Child Immunization) ialah tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, WUS dan anak sekolah tingkat dasar.
4) Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis Campak. Ibu hamil dan WUS meliputi 2 dosis TT. Anak sekolah tingkat dasar meliputi, 1 dosis DT, 1 dosis campak, 2 dosis TT.

b. Definisi Operasional
Desa atau Kelurahan UCI adalah desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap.

E. Penyakit Menular
a. Diare
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja
penderita (Sutanto 1984; Winardi 1981).
Penanganan yang tepat setelah terjangkit diare dapat dilakukan dengan cara : • Memperbanyak minum air putih yang bersih dan matang (terapi air).
• Hindari makanan atau minuman yang merasang seperti sambal,santan, nanas, dan sebagainya.
• Minum cairan rehidrasi ORALIT.
• Bila hendak ditambah dengan obat yang mengandung garam bismuth (sejenis garam untuk mengurangi bakteri diare) juga boleh, asal jangan berlebihan.
b. Malaria
Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles.
Tanda dan Gejala Penyakit Malaria
Masa tunas / inkubasi penyakit ini dapat beberapa hari sampai beberapa bulan yang kemudian barulah muncul tanda dan gejala yang dikeluhkan oleh penderita seperti demam, menggigil, linu atau nyeri persendian, kadang sampai muntah, tampak pucat / anemis, hati serta limpa membesar, air kencing tampak keruh / pekat karena mengandung Hemoglobin (Hemoglobinuria), terasa geli pada kulit dan mengalami kekejangan.
Pencegahan penyakit Malaria
Malaria bisa menyerang semua orang, baik lelaki maupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak maupun orang dewasa. Bila terserang penyakit ini, penderita bisa mengalami koma, kegagalan multi organ, bahkan kematian. Padahal, hal itu sebenarnya bisa dicegah dengan cara mudah dan murah.
sejauh ini ada beberapa cara paling aman untuk terhindar dari malaria.
Pertama, menghindari atau mengurangi gigitan nyamuk dengan cara tidur di dalam kelambu berinsektisida, berada di dalam rumah pada malam hari, mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk, memakai obat nyamuk bakar atau menyemprot dengan obat nyamuk. Jangan lupa memasang kawat kasa pada jendela atau ventilasi, ujarnya.
Kedua, membersihkan tempat-tempat hinggap atau istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk dengan membersihkan rumput dan semak di tepi saluran, melipat kain-kain yang ber gantungan, mengusahakan keadaan di dalam rumah tidak ada tempat gelap dan lembab dengan memasang genting kaca dan membuka kaca. Cara lain adalah, membersihkan semak-semak di sekitar rumah, mengalirkan genangan air, dan menimbun dengan tanah atau pasir semua genangan air di sekitar rumah.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1990. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Departemen Kesehatan RI : Jakarta
Anonim. 2009. Rekapitulasi jumlah Penduduk Desa Tridana Mulya : Landono.
Anonim. 2009. Monografi Desa Tridana Mulya : Landono.
Anonim. 2009. Selayang Pandang Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Indonesia. Departemen Kesehatan : Jakarta.
Azrul Azwar. 1988. Pengantar Pendidikan Kesehatan. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Pencegahan FKUI. Sastra Hudaya. Jakarta.
Efendi, Nasrul.1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta: Jakarta