Laman

Sabtu, 10 April 2010

askepgastrostomi

BAB I
PENDAHULUAN
Gastrostomi adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk membuat lubang kedalam lambung untuk tujuan pemberian makanan dan cairan. Pada beberapa kejadian gastrostomi digunakan untuk nutrisi jangka panjang, seperti pada lansia atau pasien yang lemah. Gastrostomi dilakukan untuk pemberian makan nasogastrik pada pasien koma karena sfingter gastroesofagus tetap utuh. Regurgitasi jarang terjadi pada gastrostomi disbanding pemberian makan secara nasogastrik.
Berbagai jenis pemberian makan gastrotomi dapat digunakan: Stamm (temporer dan permanen), janeway (permanen), dan gastrostomi endoskopik perkutan (temporer). Gastrostomi prosedur stamm memerlukan jahitan purse-string konsentrik untuk mengamankan selang pada dinding lambung anterior. Jalan keluar luka tikam dibuat di abdomen atas kiri untuk membuat gastrostomi. Prosedur janeway memerlukan pembuatan terowongan (yang disebut selang lambung) menembus abdomen untuk membuat stoma perrmanen.
Gastrostomi endoskopik perkutan perkutan (PEG) memerlukan pelayanan dari dua dokter. Dokter pertama memasang kanula kedalam lambung melalui insisi abdomen., dengan menggunakan anestesi local dan dan kemudian menjahitkan jahitan yang tidak dapat diabsorpi melalui kanula, sementara dokter kedua, melihat melalui endoskopik untuk menggenggam ujung jahitan dan membimbingnya naik keatas melalui mulut pasien. Jahitan diikat keujung dilator pada ujung selang PEG. Ahli endoskopik kemudian mendorong ujung dilator melalui mulut pasien sementara dokter lain menarik jahitan melalui sisi kanula. Selang PEG yang diletakan ditarik ke bawah esophagus, masuk kedalam lambung, dan keluar melalui insisi Abdomen. Ujung keteter Mushroom dan crossbar eksternal mengamankan selang terhadap dinding lambung. Crossbar eksternal mempertahankan keteter ditempatnya. Sebuah selang adaptor ditempatkan diantara tempat pemberian makan dan klem digunakan untuk menutup dan membuka selang.
Alat PEG dapat diangkat dan ditempatkan kembali billa saluran tersedia deengan baik (10 sampai 14 hari setelah pemasangan). Penempatan kembali alat PEG diindikasikan untuk dukungan nutrisi jangka panjan, menggatikan selang yang tersumbat, atau meningkatkan kenyamanan pasien. Pemasangan kembali alat ini harus disesuaikan dengan stoma untuk mencegah kebocoran asam lambung; stoma dibersikan dengan perlahan dan salep antibiotik topical diberikan disekitar sisi pemasangan. Pemasangan kembali alat seperti pada tombol PEG atau gastro-port, dipasang tepat sejajar kulit. Alat ini mempunyai katup antirefluks dan penutup untuk menutup dengan rapat diantara pemberian makan. Aliran balik utama pada alat ini adalah perlunya obturat (pemasangan selang yang lebih besar dari stoma aktual). Alternatif untuk alat ini adalah selang MIC-KEY, selang silikon tingkat-kulit tidak-obturat yang dirancang seperti keteter indwelling pendek. MIC-KEY dipasang dalam stoma tanpa dorongan dan balon dikembangkan untuk mengamankan penempatan. Juga terdapat kit selang gastrostomi pra-kemasan yang tersedia untuk memasang dan menstabilkan selang. Keteter foley dapat digunakan sementara untuk mempertahankan potensi stoma sampoaii diperoleh alat pengganti yang tepat.
Pasien dengan refluks gastroesofagus berat resiko mengalami pneumonia aspirasi dan karenanya tidak dicalonkan untuk gastrostomi. Jejunostomi lebih disukai, atau pemberian makan jejunal melalui selang nasojejunal maungkin dianjurkan.











BAB II
PEMBAHASAN
 PROSES KEPERAWATAN
Pasien dengan Gastrostomi
Pengkajian
 Prooperatif
Fokus dari pengkajian proaperatif adalah untuk menentukan kemampuan untuk memahami dan menerima pengalaman pembedahan yang akan dilakukan. Kemampuan untuk menyesuaikan denagn perubahan gambaran diri dan untuk berpartisipasi dalam keperawatan diri terevaluasi, sesuai dengan status psikologis pasien dan keuarga. Apakah pasien depresi, marah menarik diri, atau optimistic? Akankan keluarga member dukungan?
Tujuan prosedur operasi dijelaskan sehingga pasien akan mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang program pascaoperatif yang diharapkan. Pasien perlu mengetahui bahwa tujuan pembedahan ini adalah untruk membuat pintasan esophagus dan bahwa cairan akan diberikan langsung plastic atau karet atau prosthesis. Bila prosthesis adal;ah permanen, pasien harus disadarkan tentang hal ini. Secara psikologis, hal ini sering sulit diterima pasien. Bila prosedur dilakukan untuk menghilangkan ketidaknyamanan, muntah jangka panjang, kelemahan dan ketidakmampuan untuk makan, pasien lebih dapat diterima. Seringkali gastrostomi dilakukan pada lansia atau pasien koma yang tidak dapat mentoleransi makanan nasogastrik.
Perawat mengevaluasi kondisi kulit pasien dan menentukan apakah pelambatan penyembuhan luka dapat diantisipasi karena gangguan sistemik (mis, diabetes mellitus, kanker)
 Pascaoperatif
Pada periode pascaoperatif, kebutuhan cairan dan nutrisi pasien dikaji untuk menyakinkan asupan makanan dan cairan yang tepat. Perawat mengobservasi status selang dan luka untuk pemeliharaan yang tepat dan adanya tanda-tanda infeksi. Pada waktu yang sama, pasien dievaluasi untuk perubahan gambaran tubuh dan pemahaman tentang metode untuk melakukan prosedur pemberian makan. Pada tahap ini, intervensi dilakukan untuk membantu pasien dan menghadapi adanya selang dan mempelajari tindakan perawatan mandiri.
Diagnosa Keperawatan.
Berdasarkan pada semua data pengkajian, diagnose keperawatan utama pada periode pascaopertif dapat mencakup yang berikut:
o Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, resiko tinggi berhubungan dengan masalah pemberian makan enteral.
o Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang prosedur perawatan dirumah dan prosedur pemberian makan serta kebutuhan pengobatan.
Diagnose keperawatan : Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, resiko tinggi berhubungan dengan masalah pemberian makan enteral.
Faktor Resiko meliputi : pembatasan cairan dan makanan
Perubahan proses digestif/absorpsi nutrisi.
Kemungkinan dibuktikan oleh : tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnose aktual.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi- pasien akan :
- Mempertahankan berat badan stabil/menunjukan kemajuan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal.
- Bebas dari tanda malnutrisi
- Menyatakan pemahaman perubahan fungsi
- Mengidentifikasi intervensi/perilaku yang perlu untuk mempertahankan berat bbadan tepat.


Perencanaan dan Implementasi
Tujuan : tujuan utama mencakup mendapatkan tingkat nutrisi yang diinginkan, tidak ada infeksi, pemeliharaan integritas kulit, perbaikan dalam metode koping, penyusaian terhadap perubahan citra tubuh, pengetahuan dan keterampilan tentang perawatan diri, dan tidak ada komplikasi.
Tindakan / Intervensi keperawatan
Mandiri
- Pertahankan potensi selang NG. Jangan mengembalikan posisi selang bila terjadi perubahn posisi.
- Catat karakter dan jumlah drainase
- Peringkatan pasien untuk membatasi makan batu es.
- Berikan perawatan oral teratur, sering, termasuk minyak untuk bibir
- Auskultasi bunyi usus dan catat pasase flatus.
- Awasi toleransi terhadap masukan cairan dan makanan. Catat distensi abdomen, laporkan peningkatan nyeri/kram, mula/muntah.
- Hindari susu (makanan tinggi karbohidrat) pada diet.
- Catat berat badan saat masuk dan bandingkan dengan saat berikutnya.
Kolaborasi
- Berikan cairan IV, hiperalimentasi dan lemak sesuai indikasi.
- Awasi pemeriksaan laboratorium, mis., Hb/Ht dan elektrolit.
- Kemajuan toleransi diet, kemajuan dari cairan jernih sampai diet halus dengan makan jumlah kecil.
- Berikan obat sesuai indikasi :
o Antikolinergik, contoh atropine, propantelin bromide (probanthine).
o Tambahan vitamin yang dapat larut dalam lemak, termasuk B12, kalsium.
o Tambahan protein
o Enzim pangkreas, garam empedu:
o Trigliserida rantai sedang (TRS)

RASIONAL
- Memberikan istrahat pada traktus GI selama fase pascaoperasi akut sampai kembali berfungsi normal. Catatan : meskipun distensi gaster dapat menyebabkan sters pada jahitan/kemungkinan rupture punting (billiroth II), selang perlu dikembalikan ke posisi oleh dokter untuk mencegah cidera pada area operasi.
- Akan berdarah pada 12 jam pertama dan kemudian harus jernih/kembali hijau. Perdarahan lanjut/berulang diduga ada komplikasi. Penurunan pada keluaran mungkin menunjukan kemajuan cairan melalui traktus GI diduga telah berfungsi kembali.
- Pemasukan es berlebihan menimbulkan mual dan dapat mencuci keluar elektrolit melalui selang NG
- Mencegah ketidaknyamanan karena mulut kering dan bibir pecah yang disebabkan oleh pembatasan cairan dan selang NG.
- Peristaltik dapat diharapkan kembali kurang lebih dari pascaoperasi ke-3, menunjukan kesiapan untuk memulai masukan per oral
- Komplikasi paralitik ileus, obstruksi, pengosongan lambung lambat, dan dilatasi gaster dapat terjadi, kemungkinan memerlukan masukan ulang selang NG.
- Dapat memacu sindrom dumping (rujuk DK : Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)
- Memberikan informasi tentang keadekuatan masukan diet/penentuan kebutuhan nutrisi.
- Memenuhi kebutuhan cairan/nutrisi sampai masukan oral dapat dimulai
- Indicator kebutuhan cairan/nutrisi dan keefektifan terapi dan terjadinya komplikasi
- Biasanya selang NG diklem untuk periode waktu tertentu bila perstaltik kembali, untuk menentukan toleransi. Setelah selang NG dilepa, pemasukan ditingkatkan secara bertahap untuk mencegah iritasi gaster/distensi.
- Mengontrol sindrom dumping, meningkatkan pencernaan dan absorpsi nutrient.
- Pengangkatan lambung mencegah absorpsi B12 ( sehubungan dengan kehilangan faktor instrinsik) dan dapat menimbulkan anemia pernisiosa. Selain itu pengosongan cepat lambung menurunkan absorpsi kalsium.
- Memperbaiki/mencegah anemia defisiensi besi.
- Protein tambahan dapat membantu perbaikan dan penyembuhan jaringan
- Meningkatkan proses pencernaan
- Miningkatkan absorpsi lemak dan vitamin larut dalam lemak untuk mencegah masalah malabsorpsi.
Diagnose keperawatan : kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang prosedur, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Dapat dihubungkan dengan : kurang terpajan/mengingat, kesalahan interprestasi informasi, tidak mengenal sumber informasi
Kemungkinan dibuktikan oleh : pertanyaan-pertanyaan kesalahan konsep, tidak akurat mengikuti instruksi, terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi-pasien akan : menyatakan pemahaman prosedur, proses penyakit/prognosis, pengobatan, melakukan dengan benmar procedural yang diperlukan, menjelaskan alasan tindakan.
TINDAKAN/INTERVENSI
Mandiri
- Kaji ulang prosedur bedah dan harapan jangka panjang
- Diskusikan dan identifikasi situasi stress dan bagimana menghindarinya. Selidiki isu hubunganya dengan kerja
- Kaji ulang kebutuhhan diet/program (mis, rendah karbohidrat,rendah lemak, tinggi protein) dan pentingnya mempertahankan tambahan vitamin.
- Diskusikan pentingnya makan sedikit. Sering dan dengan perlahan dan dalam lingkungan rileks, istrahat setelah makan, menghindari makanan terlalu panas atau dingin, membatasi makanan tinggi serat, kafein, produk susu dan alcohol, kelebihan gula dan garam dan minum cairan antara makan, dari pada makanan.
- Anjurkan menghindari makanan serat dan diskusikan perlunya mengunyah makanan dengan baik.
- Anjurkan menghindari makanan mengandung pectin, mis, buah asam, pisang, apel sayuran kuning dan polong.
- Identifikasi makanan yang dapat menyebabkan iritasi gaster dan meningkatkan asam gaster mis,.. coklat, makanan pedas, padi-padian, sayuran liar.
- Identifikasi gejala yang dapat miningkatkan sindrom dumping. Mis,,kelemahan, berkeringat, epigastrium penuh, mual/muntah, kram abdomen, rasa berdenyut, kemerahan, diare, dan palpitasi terjadi dalam 15 menit-1 jam setelah makan
- Diskusikan tanpa hipoglekimia dan intervensi perbaikan mis,, makan keju dan krekers, sari buah jeruk/anggur
- Anjurkan pasien mengukur berat badan sendiri dengan teratur.
- Peringkatan pasien untuk membaca label dan menghindari produk berisi ASA, ibuprofen
- Diskusikan alasan dan pentingnya menghentikan merokok.
- Identifikasi, tanda/gejala memerlukan evaluasi medic mis.. mual menetap/muntah atau abdomen penuh, penurunan berat badan, diare, feses bau lemak busuk atau hitam, muntah berwarna kopi gelap/adanya empedu,demam. Anjurkan pasien untuk melaporkan perubahan pada karakteristik nyeri.
- Tekankan pentingnya evaluasi teratyrpada pemberi asuhan.

RASIONAL
- Memberikan pengetahuan dasar dimana pilihan informasi dapat dibuat. Penyembuhan setelah bedah gaster sering lembih lambat daripada yang diharapkan dengan ti[pe yang mirip bedah. Perbaikan reganan dan normalisasi parsial mungkin tidak terbukti selama 3 bulan. Dan kembali penuh pada masukan biasanya (3 kali makan normal) dapat memerlukan waktu 12 bulan. Penyembuhan lama ini dapat sulit untuk pasien/orang terdekat untuk menerima dengan bila ia tidak disiapkan.
- Dapat menggangu motalitas gaster, mempengaruhi pencernaan optimal. Catataan : pasien dapat memerlukan konseling kejuruan bila perubahan pekerjaan diindikasikan
- Dapat mencegah defisiensi dan meningkatkan penyembuahan dan meningkatkan kerjasama dalam terapi. Catatan : diet rendah lemak diperlukan untuk menurunkan resiko gastritis refluks alkalin
- Tindakan ii dapat membantu menghindari distensi gaster/iritasi dan/atau sters dalam perbaikan bedah,sindrom dumping dan hipoglikemia reaktif. Catatan : cairan dingin/makanan dapat menyebabkan spasme gaster.
- Jaringan gaster bisa mungkin mengalami penurunan kemampuan untuk mencerna seperti makanan kulit jeruk/biji yang dapat terkumpul, membentuk massa (pembentukan fitobezoar) yang tak dikeluarkan.
- Peningkatan masukan makanan ini dapat mengurangi insiden sindrom dumping.
- Membatasi/menghindari makanan ini menurunkan resiko pendarahan gaster/ulkus pada beberapa individu. Catatatan : pencernaan buah segar untuk menurunkan resiko sindrom dumping harus disesuaikan dengan efek merugikan dari iritasi gaster
- Dapat menyebabkan ketidaknyamanan berat atau syok dan menurunkan absorpsi nutrisi. Biasnya berhenti sendiri (1 sampai 3 minggu setelah bedah) tetapi dapat menjadi kronis.
- Kesadaran membantu, pasien untuk melakukan tindakan untuk mencegah berlanjutnya gejala
- Perubahan pola diet, kenyang dini, uppaya menghindfari sindrom dumping dapat membatasi masukan menyebabkan penurunan berat badan
- Dapat menyebabkan iritasi gaster/ppendarahan
- Merokok merangsang produksi garam gaster dan dapat menyebabkan vasokontriksi, mempengaruhi membrane mukosa dan meningkatkan resiko iritasi/ulkus gaster
- Upaya pengenalan dan intervensi dapat mencegah konsekuensi serius potensial komplikasi seperti pancreatitis,peritonitis dan sindrom afferent loop.
- Perlu mendeteksi terjadinya komplikasi mis,,, anemia masalah dengan nutrisi dan/atau berulangnya penyakit


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang kita dapat ambil dari pembahasan ini adalah sebagai berikut
 Secara umum gastrostomi adalah suatu prosedur pembedahan yang dilakukan untuk membuat lubang kedalam lambung dengan tujuan pemberian makanan dan cairan
 Pasien perlu mengetahui bahwa tujuan dari pembedahan ini adalah untuk membuat pintasan esofagus dengan cara memberikan cairan secara langsung kedalam lambung dengan cara menggunakan selang plastic atau karet atau prosthesis
 Perawat mengkaji kebutuhan cairan dan nutrisi pasien dengan tujuan untuk menyakinkan asupan makanan dan cairan secara tepat dan mengobservasi status selang dan luka untuk menjaga pemeliharaan yang tepat supaya tidak terjadi adaanya tanda-tanda infeksi
B. Saran
Perlu adanya Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan profesional yang mempunyai kemampuan kompoten dalam bidang tertentu terutama dalam menangani masalah pasien dengan gangguan gastrostomi.

Daftar Pustaka
Brenda, Suzanne. Edisi 8 (2001). Medikal Bedah Brunner & suddarth. Buku kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. Edisi 3 (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Tidak ada komentar: